Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Kolom » Genghis Khan dan Rajawalinya

Genghis Khan dan Rajawalinya

  • account_circle admin
  • calendar_month Sen, 26 Sep 2022
  • visibility 76
  • comment 0 komentar

Oleh : M. Iqbal Dawami

Gengis Khan, seorang raja bengis dan kejam dari Mongolia, mempunyai burung Rajawali. Suatu ketika burung Rajawalinya menumpahkan cawan yang berisi air yang hendak diminum Gengis Khan. Ketika cawan itu diisi kembali, pada saat itu pula Rajawali menumpahkannya. Gengis Khan kesal bukan main. Sekali lagi menumpahkan air yang hendak diminumnya, Rajawalinya akan dia bunuh, ujar Gengis Khan. Dan betul saja, ketika Gengis Khan mengisi cawannya lagi, si Rajawali itu menumpahkannya, dan pada saat itu Gengis Khan menghunuskan pedangnya, memenggal leher Rajawali.

Ketika air yang ada dalam cawannya hendak diminum, rupanya air itu bau bangkai. Dan ketika menelusuri aliran sungai yang diambilnya ternyata di hulu ada bangkai binatang. Gengis Khan berpikir sejenak, rupanya Rajawali hendak menyelamatkan dirinya dari penyakit. Gengis Khan menyesal bukan main. Dia kembali ke perkemahannya dengan burung Rajawali yang sudah mati itu dalam pelukannya. Dia memerintahkan kepada prajuritnya supaya dibuatkan patung emas burung itu, dan di salah satu sayapnya dia mengukirkan kata-kata berikut ini:

Saat seorang sahabat melakukan hal yang tidak berkenan di hatimu sekalipun, dia tetaplah sahabatmu.

Dan di sayap satunya lagi, dia mengukirkan kata-kata:

Tindakan apa pun yang dilakukan dalam angkara murka hanya akan membuahkan kegagalan.

Pembaca yang budiman, hikmah apa yang bisa kita ambil dari kisah di atas? Barangkali adalah kita tidak boleh tergesa-gesa “mengeksekusi” tuduhan terhadap sesuatu yang negatif. Banyak motif yang menyelutinya. Seorang kawan, misalnya, berbuat buruk kepada kita, kemudian kita dengan serta merta memutus tali persahabatan, tentu itu merupakan tindakan yang tidak kalah buruk juga dengan yang dilakukan temannya. Mestinya kita tidak perlu sejauh itu bereaksi.

Dalam Cacing dan Kotoran Kesayangannya (2011), Ajahn Brahm bercerita perihal dua bata jelek. Suatu ketika dia memasang batu bata untuk membangun vihara. Sebagai amatiran, dia berusaha sebaik mungkin menata batu bata hingga menjadi sebuah bangunan. Dia tidak peduli berapa lama waktu yang hendak dia habiskan, asalkan dia bisa menata bata secara baik.

Dengan kesabaran yang tinggi Brahm dapat menyelesaikan satu tembok pertamanya. Dia kagum melihatnya. Sekilas terlihat rapi. Tapi, ketika diperhatikan secara seksama, rupanya ada dua batu bata yang tampak miring. Jelek sekali kelihatannya. Kedua bata itu merusak kerapian tembok. Dan sialnya, dua batu bata itu sudah tidak bisa dirapikan karena semennya sudah mengeras.

Tak ada cara lain, Brahm dan biksu lainnya harus membongkar kembali tembok tersebut. Namun, usaha itu dicegah oleh kepala Vihara. Biarkan saja, ujarnya. 

Ketika Ajahn Brahm membawa tamunya berkeliling di wiharanya yang baru setengah jadi, dia selalu menghindarkan para tamu dari tembok itu. Ajahn Brahm tidak suka jika ada orang lain yang melihatnya. Hingga 3-4 bulan berlalu, ada seorang pengunjung yang melihatnya.

“Itu tembok yang indah,” komentar seorang pengunjung dengan santai.

“Pak,” Ajahn Brahm menjawab dengan terkejut, ”apakah kacamata Anda tertinggal di mobil? Apakah penglihatan Anda sedang terganggu? Tidakkah Anda melihat dua batu bata jelek yang merusak keseluruhan tembok itu?”

Sang pengunjung pun berkata ”Ya, saya bisa melihat dua bata jelek itu, namun saya juga bisa melihat 998 batu bata yang bagus”. Lalu Ajahn Brahm pun tertegun. Dia seolah tak percaya ada yang memandang dengan cara lain. Mungkin dia bertanya-tanya dalam hati, ‘iya juga, kenapa aku hanya berfokus pada batu bata yang jelek dan tidak melihat yang lainnya’. Itu membuat pelajaran berharga baginya yang dapat diterapkan dalam bidang lainnya. 

Pelajaran dari batu bata itu bisa kita seret ke dalam kehidupan kita. Misalnya, kita seringkali melihat keburukan/kelemahan kita terus bukan kelebihan kita. Hal itu membuat kita rendah diri, penuh rasa bersalah, dan tidak percaya diri. Padahal, di luar itu ada banyak kelebihan yang kita punya. Hanya saja lantaran kita fokus pada kekurangan, akhirnya kelebihan itu tidak terlihat. Jadi jangan cemaskan “dua bata” jelek yang ada dalam diri kita, maka kita pun hidup akan akan baik-baik saja. Kita akan mudah menerima diri sendiri dari segala kekurangan yang melekat dalam diri.   

Persahabatan kadangkala dihinggapi hal demikian juga. Ini masih terkait dengan kisah di atas perihal pemutusan persahabatan. Tidak sedikit orang terjebak demikian sehingga membuat banyak orang memproduksi permusuhan alih-alih penguatan perkariban. Hanya orang-orang yang menyadari tamsil batu bata itulah yang akan selamat dari permusuhan dan segala kebencian. Karena, dia akan terus menjaga perspektif bahwa segala kekurangan temannya tidak akan menghilangkan rasa cinta terhadapnya.

Karena nila setitik rusa susu sebelanga, begitu peribahasa mengatakan. Gara-gara  melakukan sebuah peristiwa keburukan hancurlah segala kebaikan kita. Semua orang menghukum kita dengan pelbagai cara mereka masing-masing. Mungkin itu akan menyakitkan kita. Tapi lihatlah orang yang benar-benar tulus mencintai kita, mereka akan tetap setiap kepada kita. Mereka tetap mencoba menghubungkan tali silaturahmi. Mereka itu bisa keluarga, sahabat, maupun orang lain yang tahu diri kita yang sesungguhnya.

Sepasang suami-istri akan tetap rukun dan setia apabila memegang prinsip “tembok indah di antara 2 bata jelek”. Keduanya akan memaklumi segala kekurangan yang tidak seberapa dalam diri pasangan mereka masing-masing. Mereka lebih melihat kepada kelebihannya yang begitu banyak ketimbang keburukannya yang sedikit. Kalau sudah begitu “dua bata jelek” itu akan menjadi “penghias dan hiburan” yang membuat mereka selalu dinamis dalam menjalankan biduk rumah tangga. Mereka akan sama-sama menertawakan “dua bata jelek” itu. 

 “Dua bata jelek” juga menjadi tanda bahwa kita adalah manusia yang selalu mempunyai kekurangan (di samping kelebihannya). Maka, sudah sepantasnyalah kekurangan-kekurangan  yang ada dalam diri kita disikapi secara wajar. Al-Insanu mahalill khatha’ wan nisyan, manusia adalah tempatnya salah dan lupa. []

  • Penulis: admin

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • PCNU - PATI

    Ketua IPPNU Pati Dukung Kebijakan Peremajaan Usia IPNU IPPNU

    • calendar_month Sel, 19 Jul 2022
    • account_circle admin
    • visibility 58
    • 0Komentar

    PATI – Ketua PC IPPNU Kabupaten Pati, Melisa Yusrina mendukung wacana peremajaan usia IPNU IPPNU. Menurutnya, hal ini dibutuhkan untuk memetakan fokus garapan dalam IPNU IPPNU. Namun, ia memberikan catatan jika penerapan kebijakan ini diberikan waktu transisi hanya satu tahun, maka sangat memberatkan para pengurus yang ada di bawah “Apalagi dengan kondisi tiap daerah berbeda-beda. […]

  • PCNU PATI

    Nikmat yang Terlupakan

    • calendar_month Sen, 23 Sep 2024
    • account_circle admin
    • visibility 45
    • 0Komentar

    Oleh : M. Iqbal Dawami Siang ini, suasana rumah sakit mulai ramai, berbeda dengan pagi tadi. Saya sedang menemani anak saya yang bungsu, yang kini terbaring lemah di tempat tidur. Tidak ada yang lebih berat bagi seorang orang tua selain melihat anaknya sakit. Saya duduk di sampingnya, memperhatikan wajahnya yang tampak pucat, berharap ia segera […]

  • Penasihat Pergunu Jateng Minta Hak Pendidikan Anak Tidak Dibatasi

    Penasihat Pergunu Jateng Minta Hak Pendidikan Anak Tidak Dibatasi

    • calendar_month Jum, 23 Jul 2021
    • account_circle admin
    • visibility 46
    • 0Komentar

    Muh Zen, Adv., Dewan Penasihat Pergunu Jawa Tengah saat memaparkan gagasannya dihadapan wartawan. Ia berharap kepada pemerintah untuk tidak membatasi hak pendidikan anak. PATI-Pada tahun ajaran baru 2021-2022 ini dunia pendidikan masih diselimuti kekhawatiran dan ketidakpastian di tengah pandemi Covid-19 yang belum juga usai.  Hal itu diungkap oleh Dewan Penasihat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) […]

  • AI Membantu Umat Muslim Berpuasa?

    AI Membantu Umat Muslim Berpuasa?

    • calendar_month Sel, 18 Mar 2025
    • account_circle admin
    • visibility 71
    • 0Komentar

      Oleh Hamidulloh Ibda*   Opo isa janjane? La kok puasa dibantu AI? Di era digital yang serba cepat ini, kecerdasan buatan (AI) telah merambah ke berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam membantu umat Muslim menjalankan ibadah puasa Ramadan. Bagaimana AI dapat memfasilitasi dan meningkatkan kualitas ibadah kita selama bulan suci ini?   Bulan Ramadan, bulan […]

  • Ramadan: Bulan Nggrayangi Dada

    Ramadan: Bulan Nggrayangi Dada

    • calendar_month Sen, 17 Mar 2025
    • account_circle admin
    • visibility 64
    • 0Komentar

      Oleh Hamidulloh Ibda*   Ramadan, bulan yang penuh berkah dan maghfirah, hadir sebagai momen spesial yang mengundang umat Islam untuk meresapi makna hidup melalui puasa, ibadah, dan introspeksi diri. Di balik rutinitas menjalankan kewajiban agama, Ramadan membuka kesempatan untuk merenung, mereset diri, dan menggali potensi terbaik yang ada dalam diri setiap individu. Di bulan […]

  • Presiden Pecinta Sholawat Berikan Sembako ke Dapur Umum NU Peduli Pati

    Presiden Pecinta Sholawat Berikan Sembako ke Dapur Umum NU Peduli Pati

    • calendar_month Ming, 4 Des 2022
    • account_circle admin
    • visibility 48
    • 0Komentar

    Pcnupati.or.id- Presiden Pecinta Sholawat, Muh Zen, berikan sembako ke dapur umum NU Peduli Pati, yang berada di kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pati, Sabtu (3/12/2022) siang. Muh Zen memberikan sembako berupa beras, minyak goreng dan lainnya. Sembako itu ia salurkan untuk membantu para relawan NU Peduli Pati dalam menyupali makanan untuk korban banjir.  […]

expand_less