Menghitung Mundur
Oleh : M. Iqbal Dawami
Kita sedang menghitung mundur, 10 malam terakhir Ramadan. Setiap detik yang berlalu semakin mendekatkan kita pada penghujung bulan suci ini, bulan yang telah memberikan kita banyak pelajaran, dan kesempatan untuk introspeksi diri. Dalam diam, kita mengingat kembali hari-hari yang telah dilewati, penuh dengan ibadah, doa, dan kebersamaan.
Hari-hari terakhir ini membawa perasaan yang beragam. Ada rasa sedih karena Ramadan yang penuh berkah ini akan segera berakhir. Ada pula rasa gembira, menantikan kemenangan di hari Idul Fitri yang akan datang.
Dalam malam-malam terakhir ini, kita berusaha memaksimalkan setiap kesempatan untuk beribadah dan merenung. Tadarus, tarawih, tahajud, dan doa-doa khusus mengisi malam-malam kita, sembari berharap keberkahan Ramadan menyelimuti kita. Kita juga berusaha memperbaiki diri, memohon ampunan atas kesalahan, dan berjanji untuk menjadi versi yang lebih baik dari diri kita.
Selain itu, Ramadan juga mengajarkan kita tentang pentingnya berbagi. Dalam hari-hari terakhir ini, kita berlomba-lomba dalam kebaikan, memberikan zakat fitrah dan sedekah kepada mereka yang membutuhkan, berharap dapat meringankan beban mereka dan memberi mereka kebahagiaan di hari yang fitri.
Perasaan kita tentang kepergian Ramadan adalah campuran kompleks antara kesedihan dan kebahagiaan. Di satu sisi, ada rasa sedih yang mendalam karena bulan yang penuh berkah, dengan malam-malamnya yang suci dan hari-harinya yang penuh ampunan, akan segera meninggalkan kita. Ramadan adalah saat ketika pintu-pintu surga dibuka lebar, dan ketika setiap doa terasa lebih dekat dengan dikabulkan. Kesedihan ini bukan hanya karena berakhirnya kesempatan untuk mendapatkan pahala yang berlipat ganda, tetapi juga karena harus berpisah dengan suasana ibadah yang begitu kental selama sebulan penuh.
Namun, di sisi lain, ada juga perasaan bahagia dan lega. Bahagia karena telah berhasil melewati satu bulan penuh tantangan, ibadah, dan disiplin diri, dan kelak kita dapat merayakan pencapaian tersebut dengan Idul Fitri, hari kemenangan. Ada kelegaan karena kita telah berusaha sebaik mungkin untuk menggunakan bulan Ramadan sebagai kesempatan untuk membersihkan diri, baik secara fisik maupun spiritual. Kita bahagia karena telah berkontribusi kepada masyarakat melalui zakat dan sedekah, dan karena telah menghabiskan waktu yang berharga dengan keluarga dan teman-teman dalam ibadah dan buka puasa bersama.
Rasa sedih karena kepergian Ramadan mengingatkan kita akan nilai dan keberkahannya, mendorong kita untuk tidak melupakan pelajaran yang telah kita pelajari dan untuk terus berusaha mempertahankan ibadah dan kebiasaan baik yang kita kembangkan selama bulan suci. Sementara itu, kebahagiaan dan lega yang kita rasakan dengan datangnya Idul Fitri mengingatkan kita pada rahmat dan kebaikan Tuhan, dan bahwa setiap akhir selalu membawa awal yang baru.
Sambil kita menghitung hari-hari terakhir ini. Kita harus menghargai setiap momen yang tersisa dari Ramadan ini, berusaha untuk mengakhiri bulan suci ini dengan puncak ibadah dan introspeksi diri. Dan ketika hari terakhir tiba, mari kita sambut Idul Fitri dengan hati yang bersih, penuh dengan rasa syukur dan kegembiraan, sambil membawa semangat dan pelajaran Ramadan ke dalam kehidupan kita sehari-hari.