Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Cerpen » Bagai Pungguk Menjerat Bulan Part 7

Bagai Pungguk Menjerat Bulan Part 7

  • account_circle admin
  • calendar_month Ming, 8 Okt 2023
  • visibility 94
  • comment 0 komentar

Oleh : Elin Khanin

“Apaan sih?” gumamnya tak sadar ketika baru saja sampai kamar. Sesaat setelah ia menutup pintu kamarnya rapat-rapat, wajah itu kembali membayang di pelupuk matanya. Wajah dengan sepasang mata sendu penuh tanya, hidung bangir, dagu terbelah, dan seulas senyum tipis dari balik partisi kaca pesarean. Wajah yang ia dapati saat baru saja membuka mata. Sejak kapan cowok gila itu menatapnya?

 Ia hanya tak habis pikir dengan santri baru itu. Tidakkah dia terlalu berani? Dan apa tadi? dia bahkan melayangkan senyum dengan sorot mata yang menatap lekat ke arahnya. Membuatnya bergidik dan sedikit panik, hingga menyusut air matanya cepat-cepat. Untung saja sesi ziarah sudah saatnya berakhir, jadi dia bisa segera pulang dan jauh-jauh dari jangkauan lelaki itu.

“Dasar santri gila,” gerutunya sambil meraup muka. Berharap bayangan tadi segera enyah. Tapi justru bayangan yang lain datang bersusul-susulan tanpa permisi.

“I LOVE YOU.”

Suara lantang itu berdengung di telinganya, membuatnya tertegun sejenak di depan pintu kamar. Mengingat itu, membuat wajahnya seketika seperti dikerubuti hawa panas. Ia coba abai dan melangkah menuju meja rias saat ponsel yang ia letakkan di sana tampak berpendar. Tadi ia sengaja meninggalkan benda itu waktu memimpin para santri berziarah di pesarean Sunan Nirboyo. Ia yakin pasti sudah ada beberapa pesan di aplikasi whatsapp-nya. Tapi ….

“I LOVE YOU. MAU NGGAK JADI PACAR AKU?”

Arrrghhhh … Ia tutup kedua daun telinganya rapat-rapat, berharap suara bersama wajah itu segera lenyap. Tapi percuma. Karena lagi dan lagi, insiden memalukan itu secara otomatis kembali terputar dalam benaknya. Termasuk ketika lelaki tak tahu diri itu tiba-tiba muncul di ruang tengah.

 “Ma-maaf, Bu Nyai. Saya hanya memenuhi panggilan.”

“Tadi … sampai beberapa kali. Salman … my sweety come here. Salman, kalau dipanggil tuh jangan diem aja.”

Sampai di kalimat itu, secara tak sadar senyum geli terbit di bibirnya. “Sinting emang,” gumamnya sebelum menyadari sesuatu … jika … umpatan itu lebih terdengar seperti dia tengah mengatai dirinya sendiri. Ah, bukan … bukan … santri baru itulah yang sinting. Bertahun-tahun hidup di pesantren, baru kali ini ia bertemu dengan lelaki model seperti itu. Gila, tidak tahu malu, nekat, berani, dan … sangat … ganteng?

Ah, apa yang sebenarnya kamu pikirkan, Zoeya?

 “Astaghfirullah,” desahnya lirih dan segera berjalan menuju meja rias, menjangkau ponsel yang sejak tadi sudah merengek-rengek gaduh. Benar, ada beberapa chat yang masuk. Terutama dari grup SAEC. Tapi chat dari kontak bernama “My Iridessa” itu harus selalu ia prioritaskan.

(Mbak tuh egois dan nggak berguna banget ya, Za, jadi istri).

Segera ia mengetik sebuah balasan sambil menjatuhkan pantat di pinggir ranjang. Dahinya berkerut-kerut serius.

Zaima Zoeya Maryam

(Kenapa lagi? Mbak didesak lagi? Bukan Mbak yang egois. Tapi mereka)

Chat langsung terbaca. Mungkin si My Iridessa memang sedang tak ada kerjaan, atau memang sedang butuh seseorang yang bisa mendengarkan segala keluh kesahnya.

My Iridessa

(Nggak sih. Dia halus kok ngomongnya. Dia juga bilang kalau yang pertama itu nggak bakal tergantikan. Akan selalu mendapat porsi cinta yang lebih banyak)

Zaima Zoeya Maryam

(Bullshit. Dia egois, jahat, nggak punya ati. Dia hanya mikirin dirinya dan keluarganya. Kalau dia punya ati, dia nggak akan seperti ini. Dia nggak akan ada niat poligami. Menyerahlah kalau Mbak ingin menyerah. Tanpa dia, Mbak bisa hidup bahagia. Aku akan selalu ada untuk Mbak)

Satu tetes air mata meluncur dari tengah netranya. Ia banting ponselnya ke atas ranjang. Rasa nyeri merayap begitu cepat di dadanya setiap kali mendapat curhatan itu. Ingin rasanya ia mengumpat dan memaki lelaki yang sudah menyengsarakan Iridessa-nya. Kenapa lelaki itu begitu egois? Jika bisa memilih, tentu setiap perempuan ingin sehat dan normal. Ingin merasakan mengandung dan melahirkan.

 Setiap orang pasti akan menghadapi ujian dan masalah yang berbeda. Tapi seringnya, manusia tidak tahu dan tidak bisa memilih ujian seperti apa yang akan mereka hadapi. Seperti halnya dengan Irridessa—yang tidak pernah menduga jika miom sialan itu bersemayam di rahimnya dan membuatnya sulit memiliki keturunan. Membawanya ke dalam kondisi sulit dan terjepit sebagai menantu dari putra seorang Kiai besar. Dan Kiai besar itu tentu seperti orang tua yang lain, ingin tahu bagaimana rasanya menimang cucu.

Tanpa sadar, ia mengusap perutnya sendiri. Tak bisa ia bayangkan jika ia di posisi Iridessa. Ia tentu akan sangat dilema dan bingung sekali. Ah, dia mulai menyadari sesuatu. Tidakkah tadi ia berlebihan? Seharusnya tadi ia bisa memberi respon yang lebih baik. Respon yang menentramkan. Ia coba tarik napas dan meraih handphone itu lagi, lalu mengetikkan sebuah pesan.

Zaima Zoeya Maryam

(Nanti healing yuk. Jalan-jalan gitu sama shopping. Udah lama kan nggak ngemall bareng?)

Setelah itu ia letakkan kembali ponselnya di atas ranjang setelah mengecek beberapa pesan yang lain. Setengah jam lagi, tiba waktu dzuhur dan ia harus bersiap-siap ke kampus. Sebenarnya dia hanya ada satu jadwal kuliah—Semantic dengan Mr Retmono nanti bakda asar. Tapi dia sudah berjanji ikut rapat siang ini di SAEC untuk membahas acara EBT.

Zoeya, maksudnya Maryam, sempat mengamati wajahnya di depan kaca. Masih ada sisa-sisa sembab di sana. Ia kembali melenguh panjang. Pasti dia kelihatan menyedihkan tadi di depan lelaki tengik itu. Ya, dia memang menyedihkan bukan?  Dan demi apa dia masih memikirkan itu? Seharusnya dia masa bodoh saja. Seperti halnya saat dia melangkahkan kaki ke arah balkon untuk mengambil handuk, lalu mendapati seseorang sedang berjongkok di bawah sana. Di gang sempit yang juga sebagai jalan pintas menuju gedung pertemuan dan asrama putra. Gang itu jarang dilewati orang, jadi seringkali tampak sepi seperti saat ini.

Zoeya tertegun sejenak saat menyadari bahwa lelaki yang sedang berjongkok itu adalah lelaki yang menatapnya lekat di pesarean. Lelaki yang menyatakan cinta secara terang-terangan di halaman kemarin, dan lelaki yang secara kurang ajar masuk ke area privasinya. Dia … Salman Al-Farisi.

Salman ternyata benar-benar menjalankan takzirannya dengan baik. See, saat ini dia sedang memberi makan kucing kesayangannya dengan baik. Bagaimana ia menuangkan whiskas ke dalam stainless steel, juga menyiapkan wadah kecil berisi air berhasil menyita perhatian Zoeya. Hingga tak sadar kedua sudut bibirnya terangkat. Ia merasa takjub dengan keakraban duo Salman itu. Merasa geli juga melihat lelaki absurd seperti Salman mengelus-elus kucingnya penuh sayang.

“Pusss … empus … Pus apa yang bikin berkeringat?” tanya Salman mengajak komunikasi. Dan tentu saja kucing yang tengah makan dengan lahap itu tidak bisa menjawab. Kecuali dia kucing siluman.

“Push up. Hahaha.” Jawab-jawab sendiri. Ketawa-ketawa sendiri. Sinting emang.

“Pertanyaan selanjutnya. Kalau nggak bisa jawab, tak ubah ya nama kamu.”

Mendengar itu, Zoeya mengernyitkan dahi. Enak saja main ubah-ubah nama hewan peliharaan orang.

“Bayi… bayi apa yang dibakar?”

Kucing itu tetap diam. Hanya area keher dan punggungnya yang bergerak-gerak mengikuti aktivitas mengunyahnya.

“Bayigon… huahahaha.”

“Nggak lucu,” gerutu Zoeya, tapi ia masih betah berdiri di atas sana.

“Oke, karena nggak bisa jawab, namamu gue ganti Abu. Abu Abdullah. Itu juga nama lain Salman Al-Farisi kan? Biar kita juga nggak bingung kalau ada bidadari yang manggil. Oke?  Tos dulu dong, Bro.”

Zoeya geleng-geleng sambil tersenyum. Boleh juga Abu.

“Satu pertanyaan lagi nih.”

Hah? Lagi? Zoeya urung masuk ke dalam dan kembali menyimak.

“Buah, buah apa yang durhaka?”

“Melon kundang. Huahahaha.”

Zoeya terkikik lagi. Merasa terhibur dengan lelucon receh itu. Dasar sintiiiing … Emang sin … ting … dan senyum Zoeya mendadak surut. Tapi belum benar-benar surut saat kepala di bawah sana reflek mendongak ke arahnya. Membawa satu kesimpulan bahwa Salman tahu sejak tadi dia mengamatinya, bahkan ikut tertawa dengan lelucon-leluconnya. Benarkah? Apakah dia sedang tertangkap basah? Dan kenapa dia malah membalas senyum lelaki itu? Apa dia sudah ketularan sinting? Sadar, Zoeya … Sadar. Kamu tidak lupa dengan statusmu, kan, kalau kamu adalah Ratu keduanya Al-Amin? Bu Nyai Maryam?

“Micin … micin apa yang bikin deg-deggan?” Salman melemparkan pertanyaan lagi, dengan nada menggumam, tapi masih terdengar jelas oleh Nyai Maryam.

Nyai … ngapain kamu masih disitu? Kamu tidak sedang terbuai, kan?

“Micintaimu dengan sepenuh jiwa,” jawab Salman masih dengan mata terpaku pada bidadari di balkon sana.

Tidak … ini tidak benar. Dia tidak boleh menjadi bahan lelucon santri tak tahu diri itu lagi.

“Dasar gila,” geram Nyai Maryam sebelum berputar dan masuk ke dalam.

Setelah itu Salman merasa kesulitan menelan ludahnya sendiri. Kenapa, Salman? Apa ludahmu ada durinya? Tidak, dia hanya masih … terkejut. Dan merasa kaki-kakinya tidak menjejak bumi.

“Hey, Abu … gue tadi nggak salah lihat, kan? Majikanmu tersenyum, Abu. Maleficent ternyata bisa tersenyum,” ujarnya pada Abu dengan tersenyum lebar. Dan senyum itu bertambah lebar saat mendapat respon dari kembarannya. “Meooong…” Yang artinya kira-kira, “Wah, benarkah? Kalau begitu ini pertanda bahaya.”

  • Penulis: admin

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • Kiat Menulis untuk Orang Sibuk. Photo by Cathryn Lavery on Unsplash.

    Kiat Menulis untuk Orang Sibuk

    • calendar_month Sen, 2 Okt 2023
    • account_circle admin
    • visibility 87
    • 0Komentar

    Oleh : M. Iqbal Dawami Seringkali saya mendengar orang ingin menulis tapi tidak punya waktu lantaran kesibukannya. Jadi bukan karena tidak bisa menulis, tapi karena tidak punya waktu untuk menulis. Sebetulnya patut disayangkan orang seperti ini, karena kendalanya bukan tidak bisa menulis, tapi karena faktor lain, yakni kesibukan. Fenomena ini bukan satu dua orang yang […]

  • Ketua IPPNU Gembong Komitmen Tak Akan Menikah Sebelum Jabatannya Usai

    Ketua IPPNU Gembong Komitmen Tak Akan Menikah Sebelum Jabatannya Usai

    • calendar_month Sab, 1 Jan 2022
    • account_circle admin
    • visibility 74
    • 0Komentar

      Para Pengurus Anak Cabang IPNU/IPPNU Gembong setelah menjalani Oruentasi All Pengurus GEMBONG – Minggu (26/12/2021) lalu, Pengurus Harian PAC IPNU IPPNU Gembong telah melaksanakan Orientasi All Pengurus. Kegiatan yang berlangsung di MI Hidayatul Islam Sentul diawali dengan pembekalan materi yang bersifat umum, seperti menganalisis potensi bagi PAC IPNU IPPNU Gembong dalam satu periode ke […]

  • PCNU PATI - Terima Kasih Tak Membawa Apa Apa, Doakan Saja. Photo by Andrew Neel on Unsplash.

    Terima Kasih Tak Membawa Apa Apa, Doakan Saja

    • calendar_month Rab, 8 Jun 2022
    • account_circle admin
    • visibility 96
    • 0Komentar

    Jika minggu lalu saya bercerita perihal orang yang suka menyia- nyiakan rejeki saat musim hajatan, atau menghadiri undangan nikahan dan resepsinan. Dengan cara tak menghabiskan menu makannya yang diambil sendiri. Di pilih sendiri, begitulah manusia dengan segala ke unikannya, dan segala kesempurnaannya yang tak disempurnakan sendiri. Bulan ini adalah dimana banyak orang yang telah di […]

  • Haul KH. Hadlrawi Akan Hadirkan Habib Bidin Pekalongan

    Haul KH. Hadlrawi Akan Hadirkan Habib Bidin Pekalongan

    • calendar_month Jum, 30 Agu 2019
    • account_circle admin
    • visibility 112
    • 0Komentar

    WEDARIJAKSA-Kamis (29/8) siang, ratusan warga bersuyun-duyun memadati komplek Yayasan Thoriqul Ulum, Wedarijaksa. Beberapa pedagang kaki lima juga tampak menggelar lapaknya di sekitaran area tersebut. Hari itu merupakan pembukaan Haul ke-42 KH. Hadlrowi dan peringatan HUT Yayasan yang ke-54. Beberapa anggota Banser Satkoryon Wedarijaksa sedang bersiap memgawal karnaval dalam rangka Haul ke-42 KH. Hadlrawi dan peringatan […]

  • Qurban PSAA Darul Hadlanah, Pengurus Targetkan Dua Dimensi

    Qurban PSAA Darul Hadlanah, Pengurus Targetkan Dua Dimensi

    • calendar_month Kam, 22 Jul 2021
    • account_circle admin
    • visibility 95
    • 0Komentar

    Proses pengulitan oleh pengurus dan santri PSAA Darul Hadlanah MARGOYOSO-Senyum lebar mekar di bibir anak-anak PSAA (Panti Sosial Asuhan Anak) Darul Hadlonah, Waturoyo, Margoyoso, Pati. Pasalnya Selasa (20/7) pihak pengasuh menyelenggarakan kegiatan penyembelihan hewan qurban.  Binatang qurban tersebut merupakan sumbangan dari beberapa donatur. R. Andi Irawan, pengasuh PSAA menyebutkan bahwa pihaknya memang menerima sumbangan hewan […]

  • Ihtival Muwadda’ah Pon Pes Al-Kautsar Putri

    Ihtival Muwadda’ah Pon Pes Al-Kautsar Putri

    • calendar_month Sab, 20 Mei 2017
    • account_circle admin
    • visibility 110
    • 0Komentar

    Pati. Pondok Pesantren Putri Al-Kautsar menyelenggarkan Ihtival Muwadda’ah Putri dan Khatmil Quran untuk santriwati yang tamat atau hafal Quran tahun ini. Sebanyak 50 santriwati melaksanakan wisuda, 12/05 kemarin. Ibu Nyai Hj. Rabiah al-Adawiyah selaku Pengasuh mengememukakan, setelah hatam al-Qurannya harus sering di baca minimal dalam satu minggu satu hataman. Selain itu Hj. Rabiah juga menceritakan […]

expand_less