Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Kolom » Tanggung Jawab Kiai Pesantren

Tanggung Jawab Kiai Pesantren

  • account_circle admin
  • calendar_month Jum, 20 Mei 2022
  • visibility 69
  • comment 0 komentar



KH. M. Aniq Muhammadun, Rais Syuriyah PBNU dalam acara halal bi halal yang diselenggarakan RMI-NU Pati (Kamis, 19 Mei 2022) di IPMAFA Pati menjelaskan tanggungjawab kiai pesantren.

Pertama, aktif mengaji

Kiai harus mengaji kepara para santri. Kiai yang mampu mengaji adalah kiai yang mempunyai kapasitas keilmuan memadai sehingga mampu menjelaskan kandungan al-Qur’an-hadis yang ada dalam kitab tafsir, syarah hadis, fiqh, ushul fiqh, tauhid, akhlak, tasawuf, dan lain-lain.

Kiai jangan hanya mendirikan pesantren, namun menyerahkan pengajian kepada orang lain. Kiai harus menjadi pusat keilmuan pesantren yang membaca dan menjelaskan kandungan kitab kuning kepada para santri.

Kiai zaman dulu selalu stanby di pondok dengan mencurahkan semua waktu dan perhatian kepada para santri.

Kedua, menjadi teladan baik bagi santri

Kiai tidak hanya membaca dan menjelaskan kandungan kitab kuning. Kiai juga memberikan contoh bagaimana mengamalkan ilmu yang dimiliki.

Dalam hal ini, Kiai harus aktif memimpin shalat jamaah, memberikan teladan shalat qabliyyah-ba’diyyah, shalat dhuha, shalat tahajjud, dan lain-lain. Kiai juga harus aktif membaca aurad dalam rangka taqarrub kepada Allah. Santri melihat, merekam, dan meniru teladan kiai.

Hal ini sesuai kaidah:

لسان الحال افصح من لسان المقال

Contoh yang baik lebih efektif dari sekedar ucapan

Ketiga, mengontrol santri secara ketat

Melihat tantangan sekarang yang kompleks, maka orientasi kualitas harus dikedepankan kiai dari pada orientasi kuantitas.

Dalam konteks ini, maka dibutuhkan manajemen profesional dengan kontrol-pengawasan ketat supaya santri mematuhi tata tertib pesantren. Pagi, siang, sore, dan mala hari, santri harus dikontrol supaya berada di jalan yang tepat. Jangan sampai santri dibiarkan bermain tanpa batas, seperti main ps, internetan, dan hal-hal yang tidak bermanfaat.

Pesantren jangan takut ditinggal santri ketika menerapkan aturan ketat karena memang tangungjawab pesantren adalah mendidik dan membangun keilmuan, moralitas, dan mentalitas kader-kader handal di masa depan.

Keempat, memberikan pendidikan nasionalisme

Kiai zaman dulu mempunyai trik jitu sehingga berhasil membangun spiri nasionalisme (hubbul wathan minal iman) para santri.

Kiai melarang santri memakai celana, dasi, makan makanan produk penjajah. Hal ini dilakukan supaya ada militansi dalam membangun pergerakan menuju kemerdekaan bangsa.

Peran besar Kiai pesantren dalam mengusir penjajah ini diakui para pengamat Barat. Menurut mereka, jika di Jawa tidak ada kiai pesantren, maka belum tentu Indonesia mampu meraih kemerdekaan.

Virus nasionalisme yang disuntikkan para kiai ini terbukti efektif dalam menggerakkan spirit umat Islam dan bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah dari bumi Indonesia.

Hadlratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari dan Kiai Abbas Buntet adalah salah satu eksponen pesantren yang berada di garda depan pesantren dalam menggalang spirit mengusir penjajah demi meraih kemerdekaan.

Kelima, melahirkan kader penerus perjuangan bangsa

Pesantren zaman dulu mampu mencetak kiai yang berperan besar dalam membangun bangsa. Hadlratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari dan KH. MA. Sahal Mahfudh adalah tokoh bangsa yang lahir dari rahim pesantren.

Maka pesantren sekarang harus belajar dari pesantren masa lalu supaya mampu melahirkan santri yang berkualitas tinggi yang menjadi motivator, dinamisator, dan inspirator kemajuan bangsa di segala aspek kehidupan.

Input pesantren harus berkualitas. Jangan malah pesantren justru menjadi tempat pembuangan anak-anak nakal atau yang prestasinya di bawah standar.

Justru yang belajar di pesantren harus anak-anak yang berkualitas tinggi sehingga diharapkan mampu menjadi tokoh pembangkit kemajuan bangsa sebagaimana masa lalu.

Keenam, jangan berorientasi materi

Pesantren didirikan jangan karena orientasi materi, misalnya menampung anggaran negara. Pesantren didirikan harus dalam rangka mendidik dan mengkader generasi penerus perjuangan agama dan bangsa.

Orientasi materi akan merobohkan bangunan pesantren dan menjauhkan pesantren dari khittahnya sebagai lembaga pendidikan tafaqquh fiddin dan lembaga kemasyarakatan.

Ketujuh, ikhlas

Kiai dalam mendidik dan membimbing santri harus ikhlas karena Allah. Ulama zaman dulu meskipun retorikanya biasa, namun apa yang disampaikan masuk dan menghunjam kuat dalam sanubari santri sehingga menjadi lentera hidup. Banyak kiai yang retorikanya memukau, tapi tidak mampu menembus kalbu, apalagi mempengaruhi akhlak dan membentik pandangan hidup santri.

Keikhlasan memegang peranan kunci sehingga para kiai mampu melahirkan santri-santri yang bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa.

والله أعلم بالصواب

IPMAFA, Kamis, 19 Mei 2022

Oleh : Dr. Jamal Makmur Asmani (Ketua PCNU Pati)

  • Penulis: admin

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • PC IPNU IPPNU Pati Audiensi dengan Bupati, Ini Hasilnya

    PC IPNU IPPNU Pati Audiensi dengan Bupati, Ini Hasilnya

    • calendar_month Kam, 19 Agu 2021
    • account_circle admin
    • visibility 39
    • 0Komentar

    Ketua PC IPNU Pati, Moh. Salman (kedua dari kanan) dan Ketua PC IPPNU, Sulistiani ditemani Ketua Panitia OC Konfercab XIII, M. Khoirul Anam (kanan) usai melakukan audiensi dengan Bupati Pati, Haryanto (baju batik) PATI – PC IPNU IPPNU Kabupaten Pati baru saja mengadakan audiensi dengan Bupati Pati, Haryanto di Kantor Bupati, Kamis (19/8). Hadir dalam […]

  • PCNU- PATI Photo by geralt

    “Wuih Kompak Amat”

    • calendar_month Sen, 7 Nov 2022
    • account_circle admin
    • visibility 41
    • 0Komentar

    Oleh : M Iqbal Dawami Cerita lucu ini berawal ketika menjelang Isya beberapa warga bergegas ke masjid untuk azan. Belum lagi sampai masjid terlihat seorang pemuda dengan tampang klimis dan dihiasi jenggot sedang menyapu di lantai masjid. Azan dimulai, jamaah pun berdatangan dan siap mendirikan shalat Isya berjamaah. Sang pemuda yang tadi menyapu segera saja […]

  • Akhir Kepengurusan, LP. Ma'arif Berikan Ma'arif NU Jateng Awards

    Akhir Kepengurusan, LP. Ma’arif Berikan Ma’arif NU Jateng Awards

    • calendar_month Ming, 10 Mar 2024
    • account_circle admin
    • visibility 40
    • 0Komentar

      Semarang – Bertempat di Hotel Muria Semarang, Lembaga Pendidikan Ma’arif NU PWNU Jawa Tengah 2018-2023 memberikan penghargaan kepada Lembaga Pendidikan Ma’arif NU PCNU Kabupaten/Kota dalam kegiatan Ma’arif NU Jateng Awards pada Sabtu (9/3/2024). Hadir Ketua dan jajaran pengurus Lembaga Pendidikan Ma’arif NU PWNU Jawa Tengah dan pengurus Lembaga Pendidikan Ma’arif NU PCNU Kabupaten/Kota se […]

  • Mahasiswa Polines Pamit Dari Lazisnu Usai Magang

    Mahasiswa Polines Pamit Dari Lazisnu Usai Magang

    • calendar_month Rab, 15 Feb 2023
    • account_circle admin
    • visibility 71
    • 0Komentar

    Pcnupati.or.id – Pati- Dua orang Mahasiswa Politeknik Negeri Semarang pamit usai melaksanakan magang selama satu bulan di kantor PC Lazisnu Pati, senin (10/02). Syaiful Huda selaku perwakilan dari pengurus dan tim manajerial PC Lazisnu Pati menyampaikan permohonan maaf jika terdapat keterbatasan dalam pemberian pendampingan kepada para mahasiswa tersebut. “Kami minta maaf jika selama melaksanakan magang […]

  • PCNU - PATI Photo by FRANCESCO TOMMASINI

    Dunia Anak Tak Datang Dua Kali

    • calendar_month Jum, 15 Jul 2022
    • account_circle admin
    • visibility 59
    • 0Komentar

    Kemarin sewaktu saya ke indomart saya melihat pemandangan sebuah keluarga yang tengah duduk di teras ruko tersebut. Kedua orang tuanya tengah asyik bermain ponsel, sedangkan kedua anaknya asyik makan es krim dengan belepotan dan saling berebut. Kedua orang tua tersebut tak bergeming saat anak perempuannya yang kecil menangis ketika sang kakak merebut es krimnya. Saya […]

  • Koin Kemandirian NU

    Koin Kemandirian NU

    • calendar_month Rab, 31 Jan 2018
    • account_circle admin
    • visibility 48
    • 0Komentar

    RABU, 31 Januari 2018, Nahdlatul Ulama memeringati Hari Lahir (Harlah) ke-92. Berdiri sejak 31 Januari 1926, kontribusi NU pada bangsa tidak terhitung jumlahnya, baik dalam konteks pembinaan moral, peningkatan kualitas pendidikan, pemberdayaan ekonomi umat, serta internalisasi nasionalisme dan patriotisme. NU berdiri dari tiga embiro gerakan, yaitu Nahdlatul Wathan yang bergerak di bidang nasionalisme (1916), Tashwirul […]

expand_less