Khutbah
Siapakah Orang yang Paling Kaya?

Amma Ba’dhu:
أوصيكم أيها المسلمون ونفسي المذنبة بتقوى الله تعالى
Wahai orang-orang yang beriman, wahai orang yang telah ridlo Gusti Allah Ta’ala sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Sayyidina Muhammad shollallahu alaihi wasallam sebagai Nabi dan Rosul. Apakah kita semua benar-benar telah mengerti siapa itu orang yang paling kaya? Sering kita temui dimasyarakat bahwa seseorang disebut yang paling kaya adalah apabila orang tersebut memiliki simpanan harta berlimpah. Semakin sulit dihitung kekayaan hartanya, berarti orang tersebut adalah kaya. Pandangan sederhana tersebutlah yang sering kita jumpai dalam kehidupan bermasyarakat.
Namun apabila manusia berpikir dan merenungi kembali dengan akalnya, maka dirinya akan mengerti bahwa manusia yang paling kaya bukanlah yang berlimpah hartanya. Melainkan, dialah yang telah mengetahui dan mengenal Tuhannya. Yaitu manusia yang senantiasa berpegang teguh dengan Tuhannya disetiap keadaan, dan senantiasa menyerahkan segala proses keadaan hidup kepada Tuhannya. Itu adalah orang yang paling kaya dan yang paling tinggi derajatnya.
Manusia pada kenyataannya adalah faqir, yang tidak mungkin untuk dapat berubah menjadi kaya. Karena pada dasarnya manusia senantiasa menempati posisi Ubudiyyah, dimana posisi tersebut senantiasa terdapat ciri khas yang tampak dalam dirinya kefaqiran. Seorang hamba selamanya adalah faqir (orang yang senantiasa butuh), dan faqir adalah pakaian kemutlakan yang bersifat selamanya bagi seorang hamba. Dan seseorang yang telah menyadari hal tersebut, ia akan senantiasa membutuhkan kepada Dzat yang Maha Kaya, ialah seseorang yang mengerti bahwa Tuhannya lah yang Maha Kaya. Sehingga dirinya senantiasa menyerahkan kebutuhannya kepada Gusti Allah Ta’ala, karena dia memahami bahwa dirinya hanyalah seorang hamba yang senantiasa membutuhkan pemberian dan perlindungan dari Tuhannya. Manusia tersebut adalah bagian dari hamba yang meyakini bahwa Gusti Allah Ta’ala adalah Dzat Pelindung atas segala keadaannya di dunia. Sebagaimana yang disebut dalam firmanNya Azza wa Jalla:
{ ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ مَوْلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَأَنَّ الْكَافِرِينَ لَا مَوْلَى لَهُمْ} [محمد: 11]
“Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman dan karena sesungguhnya orang-orang kafir itu tidak mempunyai pelindung”.
Apabila manusia benar-benar memahami atas ayat tersebut secara mendalam, kemudian melihat dirinya sendiri, maka dia akan menemukan kemuliaan serta kebahagiaan karena Gusti Allah Ta’ala adalah Pelindungnya. Itulah orang kaya sejati, yang tidak akan mungkin dapat diraih oleh orang yang memiliki harta berlimpah sekalipun. Siapa yang memberikan kekayaan serta membebaskan kefaqiran selain Allah? Siapa yang mengangkat kecacatan dalam diri kita selain Allah? Siapa yang mengangkat, ketika seseorang diberi cobaan sakit selain Allah? Siapa yang mampu membuat kita tertawa atau menangis selain Allah? Siapa yang dapat menghidupkan serta mewafatkan kita selain Allah?
Ketika kita kembalikan jawaban atas semua pertanyaan tersebut kepada Gusti Allah Ta’ala, dan ketika seorang hamba menisbatkan Ubudiyahnya kepadaNya, maka secara otomatis hal tersebut adalah upaya seorang hamba dari afqoril fuqoro’ (yang paling faqir) menuju Aghnal aghniya’ (yang paling kaya).
Ma’asyiral Muslimin Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Didalam ayat yang lain, Gusti Allah Ta’ala telah berfirman:
{ يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ } [فاطر: 15]
“Wahai manusia, kalianlah yang faqir (butuh) kepada Allah; dan Dialah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.
Kalau kita baca ayat tersebut, kita temukan bahwa khitob / arah kalimat bersifat umum; “Wahai manusia”. Hal itu menandakan bahwa ayat tersebut tidak ditujukan kepada kelompok atau golongan tertentu. Tidak hanya ditujukan kepada mu’minin dan meniadakan orang ateis, begitupula tidak hanya ditujukan kepada sholihin saja melainkan juga orang-orang fasiq. Dalam arti, khitob ayat tersebut ditujukan kepada manusia semuanya, sekalipun derajat sosialnya berbeda-beda. Gusti Allah Ta’ala telah berfirman kepada mereka semua: “Wahai manusia, kalian adalah orang yang faqir (butuh) kepada Allah”. Dari situ menyebutkan bahwa manusia adalah mutlak kefaqirannya, tidak terhenti pada satu jenis kefaqiran dan mengesampingkan kefaqiran yang lain (faqir nisbi), melainkan faqir dzati yang bersifat mutlak dan mencakup segala jenis kefaqiran; “kalian adalah orang yang faqir (butuh) kepada Allah”.
Faqir dalam wujud, faqir dalam persoalan kesehatan, faqir dalam akal dan fikir, faqir dalam kebaikan, harta serta faqir dalam rizqi. Semua itu masuk bagian dari firman Gusti Allah Ta’ala kepada hambaNya diatas.
Apakah diantara manusia dapat mengingkari keputusan tersebut? apakah dari seseorang yang berilmu atau bodoh sekalipun ketika dirinya hidup di dunia, baik iman atau tidak dapat mengingkari hakikat tersebut?
Barangkali ada diantara manusia yang mengingkari hal tersebut. Ia mencoba melihat kembali jasad dirinya, ia temukan bahwa dirinya dalam keadaan sehat, berkelimpahan harta, memiliki kekuatan, dan merasa semua persoalan dalam hidup dapat ia atasi dengan baik. Bahkan ia sempatkan untuk berkaca, sehingga melihat dirinya cakap dan tiada yang lebih cakap darinya. Kemudian dia mengatakan kepada dirinya sendiri: “tidak, melainkan saya memiliki semuanya dari apa yang dibutuhkan oleh semua manusia, lantas kefaqiran yang mana yang dimaksud dalam ayat tersebut? toh nyatanya saya memiliki semuanya.”
Apakah pertanyaan tersebut pantas diucapkan, ketika ditimbang dengan menggunakan ilmu? orang yang seperti itu adalah orang yang bodoh wahai hamba-hamba Allah. Saya tidak hanya menilai bahwa dirinya bodoh dalam segi agama saja, melainkan dirinya juga bodoh dalam persoalan ilmu sehingga tidak dapat memahami persoalan hakikat kebenaran akan kefaqirannya.
Ketika kita tanya kembali orang yang mengaku kaya tersebut; darimana datangnya kekayaanmu? kamu mengatakan menikmati kekuatan yang kamu miliki, baik, namun apakah kamu adalah sumber dari kekuatan tersebut? apakah kamu yang telah menciptakan energi yang mengalir dalam darahmu? apakah kamu yang mengatur segala anggota yang ada didalam tubuhmu? apakah kamu yang benar-benar menggerakkan lisanmu sehingga mampu mengeluarkan suara yang jelas? apakah kamu dapat mengalirkan darahmu sendiri dengan segenap kekuatan yang kamu miliki? Kamu mengatakan bahwa kamu memiliki kekuatan, buktinya kamu tidak mampu menjawab semua itu. Tidaklain kamu hanya menerima kekuatan saja bukan yang memunculkannya.
أحبة النبي صلى الله عليه وسلم، يا خير أمة أخرجت للناس…
Kita hanyalah tempat untuk menampakkan kekuatan, bukan sumber kekuatan wahai saudaraku. Ketika semua kekuatan yang ada didalam diri kita berhenti tidak berfungsi, lantas apa yang dapat kita lakukan? Apabila kita mengaku bahwa kita kaya lantaran memiliki akal, apakah kita benar-benar dapat memfungsikan akal sedari awal melalui upaya kita sendiri? kalaulah kita mengaku kaya lantaran akal kita dapat berfungsi untuk berfikir serta merenung atas segala yang ada, lantas apakah akal tersebut dapat berfungsi ketika mata kita tidak dapat melihat sesuatu? ketika pendengaran kita tidak berfungsi, ketika mulut kita membisu?
Daripada itu, apabila kita merasa bahwa kita lemah dan tidak memiliki daya kekuatan untuk memfungsikan anggota tubuh kita sendiri dari awal, maka dari manakah kekuatan itu wahai yang mengaku memiliki kekuatan? Allah… dariNya lah sumber semua kekuatan itu, sehingga kita semua dapat menjalankan fungsi anggota tubuh kita untuk beraktifitas sepanjang hidup kita.
Itulah maksud dari bahwa semua manusia tidak dapat melepaskan kefaqiran dirinya dari Dzat Yang Maha Kaya. Sekali lagi; “Wahai manusia, kalian adalah orang yang faqir (butuh) kepada Allah Ta’ala”.
Dan terakhir, sebaik-baiknya orang yang faqir adalah dia yang telah mengenal dan senantiasa butuh kepada Tuhannya, karena sejatinya itulah orang kaya. wastaghfirullaha li walakum.
Khutbah ke 2:
الحمد لله رب العالمين، على أنّا محمديون والشكر لله على أنّا أحمديون وأشهد أن لا إله إلا الله الذي لا يُسأل عن ما يفعل، ومن كرمه وحكمته أنه لا يُسأل عن ما يفعل جعل امثالنا من هذه الأمة العمر قصير والجسد ضعيف جعلنا من أمة أعظم نبي وأعظم رسول إمام وختام عليه الصلاة والسلام وأشهد أن سيدنا محمد رسول الله صلى الله عليه وسلم عبده ورسوله نبيه وحبيبه، واسطة الوجود وعين مرآءة الشهود وفلك الدائرة الجلالية إنسان عين الكمال وناموس الجمال والهادي إلى الرشاد صلّ اللهم وسلم عليه وآله وصحبه ومن سار بدَرَبِه بدُرْبه إذ من لا دُربة له فلا دَرب له إلى يوم لقاء ربه.
أما بعد: عِبادَ الله: فإني أوصيكم ونفسيَ بتقوى الله. فاتَّقُوا الله فيما تَسْمَعُوْنَ وما تُسْمِعُون، مما يَصْدُرُ منكم أو تحملونه عن غيركم بأيِّ وسيلةٍ من الوسائل، وكونوا مع الفضلِ وأرباب الفضائل، واحذروا مما ينشرُ الرذيلة، ويخرج بكم عن الطريقةِ الحميدةِ الجميلة، واسلُكُوا مع المصطفى صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وسلم. وأكِثروا الصلاةَ والسلامَ على حبيب الله سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم، فهي من خيرِ ما سمعتُم ومن خير ما أسمعتُم، فإنه من صلى عليه مرةً واحدةً صلى الله عليه بها عشرا. وإنه القائل: إن أولى الناس بي يوم القيامة أكثرُهم عليَّ صلاة.
وإنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِه وثنَّى بملائكته المسَبِّحَة بِقُدْسِه، وأَيَّهَ بالمؤمنين من عباده تعميماً فقال مُخْبِرَاً وآمِراً لهم تَكريما :
{إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا}
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وبارِكْ وكَرِّم على عبدِك المصطفى سيدِنا محمد، نورِ الأنوار وسرِّ الأسرار، وعلى الخليفة مِنْ بعده المختار، وصاحبِهِ وأنيْسِه في الغار، أهلِ الخلافة ومستحقها بالتحقيق، إمام البركة خليفةِ رسولِ الله سيدنا أبي بكرٍ الصِّدِّيق؛ وعلى النَّاطقِ بالصَّواب، الشهيدِ حَلِيفِ المحراب، أميرِ المؤمنين سيِّدِنا عُمَرَ بن الخطاب؛ وعلى النَّاصحِ للهِ في السِّرِّ والإعلان، مَن استحيَتْ منهُ ملائكةُ الرحمن، أميرِ المؤمنين ذي النورين سيِّدِنا عثمانَ بن عفان؛ وعلى أخي النبيِّ المصطفى وابنِ عَمِّه، وَوَلِيِّه وبابِ مدينةِ علمه، إمامِ أهلِ المشارق والمغارب أمير المؤمنين سيدِنا عليِّ بن أبي طالب. وعلى الحسنِ والحسين سيِّدَيْ شبابِ أهلِ الجنة في الجنة، وريحانَتَيْ نبيِّك بِنَصِّ السُّنَّة، وعلى أمِّهِما الحوراء فاطمة البتول الزهراء، وعلى خديجة الكبرى وعائشةَ الرضى، وسائرِ أمهات المؤمنين، وأولادِ النبي الأمين وعلى آل بيته وعمه الحمزة والعباس وسائر أهلِ بيتِ نبيك الذين طهَّرْتَهُم من الدَّنَس والأرجاس، وعلى أهل بيعة العقبة وأهل بدرٍ وأهل أحد وأهل بيعة الرضوان وسائر الصحابة الأكرمين، ومن تبعَهُم بإحسانٍ إلى يوم الدين، وعلينا معهم وفيهم برحمتِك يا أرحمَ الراحمين.
اللهم أعِزَّ الإسلام وانصُرِ المسلمين. اللهم أذلَّ الشركَ والمشركين. اللَّهُمَّ أَعْلِ كلمةَ المؤمنين. اللَّهُمَّ دَمِّرْ أعداءَ الدين. اللَّهُمَّ اجْمَعْ شملَ المسلمين. اللَّهُمَّ ألّف ذاتَ بين المؤمنين. اللَّهُمَّ اصرِفْنَا من جُمعتنا وقلوبنا عليك مجموعة، ودعواتنا عندك مسموعة، وارزقنا الصدقَ في تقواك في الغيب والشهادة. ارزقنا حِفظ الأسماع والأبصار، والأفئدة عما لا يرضيك في السر والإجهار، آناء الليل وأطراف النهار، حتى تنقضي على التقوى والاستقامة منا الأعمار، وتُختَم لنا بأكمل حسن الخاتمة يا كريم يا غفار.
اللهم عزنا بالإسلام وعزّ بنا الإسلام اللهم عزنا بالإسلام اللهم عزنا برسول الله صلى الله عليه وسلم وبارك وعظم ومجد واكرم. اللهم على هذا الحال فلا يُقادرنا سر الحال ولا نور الحال ولا جوهر الحال ولا كشف الحال ولا ذوق الحال حتى نلقاك يا منزهاً عن الحال وصلي اللهم على سيدنا محمدٍ وعلى آله وصحبه وسلم. وإستغفر الله لي ولكم.
عِبادَ الله. إنَّ اللهَ أَمَرَ بِثَلاثٍ وَنَهَى عن ثلاث : {إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ}
فاذكروا اللهَ العظيم يذكركم، اُشْكُرُوْهُ على نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. ولَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر. قوموا الى صلاتكم يرحمكم الله.
Taufiq Zubaidi
Iklan