Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Cerpen » Love Is Stupid Part 6

Love Is Stupid Part 6

  • account_circle admin
  • calendar_month Ming, 12 Mar 2023
  • visibility 76
  • comment 0 komentar

Oleh : Elin Khanin

(Aku pamit. Sampai jumpa lagi di pelaminan, Shanaya. Hahaha)

Sebuah pesan menyapa Shanaya pagi itu. Ia menatap layar berpendar itu dengan mata memicing. Lalu mengedarkan pandang sebentar ke setiap sudut kamar sambil mengumpulkan kesadaran. Tita sudah tak ada di kamar, mungkin gadis itu sudah duluan melakukan ritual di kamar mandi.

 Shanaya membaca lagi sebaris pesan di layar ponselnya, memastikan bahwa pesan itu memang dari Nikhil. Sebuah nama menghiasi papan atas kolom chat-nya “Alien Nakhal.” Semalam mereka sempat bertukar nomor whatsapp sebelum tidur ke kamar masing-masing. Shanaya mempersilahkan Nikhil tidur di salah satu kamar inap dan dia sendiri kembali ke kamar jaga.

Segera ia merapikan diri dan memakai jilbab instan sebelum melangkah keluar. Lalu memeriksa kamar inap Edelweiss dimana Nikhil tidur semalam. Sudah kosong. Shanaya menghembuskan napas lega.  Ternyata Nikhil menepati janjinya meninggalkan RB sebelum subuh, sebelum RB berubah menjadi ramai. Ia juga lega lantaran semalaman tak ada pasien melahirkan.

Ia sempatkan mengetik pesan balasan sebelum menyusul Tita melakukan ritual pagi.

(Hello … pelaminan itu nomor sekian. Ingat kamu udah janji nemui Juan untuk memberi tahu tentang pernikahan dadakan ini 😒😒😒) send.

“Dasar Nikhil nakhal. Nakhal udah paling pas deh. Atau kikhil kambing sekalian,” ceracaunya sambil menggulir layar ponsel. Jarinya beralih mengetik sebuah pesan untuk Juan. Ia ingat belum membuka dan membalas sama sekali puluhan chat dan missed call dari kekasihnya itu.

(Cinta, maafkan aku ya. Kemarin seharian hectic banget. Ntar kalau sudah selesai urusan aku kesitu buat masakin Cinta. Sementara nyuci baju sendiri, masak sendiri, sarapan sendiri ya?) send.

Shanaya segera meletakkan handphone-nya di kamar tanpa berniat mengecek lagi pesannya sudah terkirim atau belum, sudah terbaca atau belum. Ia hanya belum siap menerima balasan apapun dulu dari Juan. Untuk sementara ia mau menutup mata.

Ia tak mau kembali goyah jika nanti Juan memaksanya ke kos lagi saat ini juga. Sebab ia tahu hari ini mungkin akan lebih hectic dari hari kemarin. Tak mungkin insiden Partus Prosipitatus kemarin tidak membawa dampak besar. Semua harus ia selesaikan satu persatu.

Pertama, hari ini ia berencana akan menyempatkan ke rumah sakit Sultan Hasanudin untuk menjenguk Bu Kurniasih. Juga pulang ke rumah untuk meminta kejelasan pada orang tuanya mengenai pernikahan bagai tahu bulat digoreng dadakan itu. Ia mungkin juga akan mendapat panggilan dari kampus terkait kejadian kemarin. Kira-kira ganjaran apa yang akan dianugerahkan padanya? Di skors? Atau malah kemungkinan terpahit—di DO alias drop out? Membayangkan saja sudah membuat Shanaya gelisah tak keruan.

“Suamimu udah pulang, Mbak?”

Shanaya sedikit terlonjak oleh suara yang muncul tiba-tiba dari arah belakang. Ia tadi tak begitu fokus saat membubuhkan mosturizer pada wajahnya. Itu karena isi kepalanya sudah menyerupai benang kusut.

“U … udah, Mbak. Bu Kurniasih gimana, Mbak?” tanya Shanaya mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

“Alhamdulillah, sampai rumah sakit semalam langsung ditangani, Mbak. Pendarahan sudah berhenti dan dipindahkan ke bangsal VIP.”

“Alhamdulillah. Bayinya gimana, Mbak?”

“Sudah mau asi.”

“Sudah nggak kejang?” tanya Shanaya diliputi perasaan khawatir.

“Alhamdulillah udah nggak. Lain kali jangan ditinggal ya kalau ada pasien. Apa jangan-jangan kemarin pulang ngurus mau akad itu?” tebak Tita sok tahu. Shanaya hanya meringis. Mungkin lebih baik membiarkan Tita berasumsi begitu daripada tahu yang sebenarnya—bahwa ia pacaran di kos Juan hingga lupa dengan tugas pokoknya di RB.

“Kok bisa sih nikah instan gitu, kayak indomie aja. Itu berarti akad dulu ya? gak ada rencana diresmikan kah? Semalam aku dan Bu Eko kaget banget waktu sampai RB udah ada cowok itu. Awalnya kami nggak percaya itu suamimu tapi dia nunjukin foto waktu ijab qobulnya dan minta izin nemui Mbak. Keren, Mbak suami jenengan.” Tita terus mengoceh panjang lebar—membalikkan percakapan ke topik semula. Membuat Shanaya bingung mana dulu yang harus dijawab, jadi ia hanya merespon kalimat yang paling akhir.

“Keren sebelah mananya?”

“Ya … kan rata-rata cowok itu penuh pertimbangan kalau urusan nikah. Ini sat set sat set. Ganteng lagi. Semoga saja nanti aku kebagian satu yang begitu.”

Seketika ujung bibir Shanaya tertarik ke atas.

Iyalah, sat set sat set. Dimana-mana orang putus asa karena putus cinta tuh gantung diri. Kendat. Eh, ini main ngawinin anak orang aja seenak jidat. Shanaya menggerutu dalam hati.

Tapi kemudian jeritan batinnya seolah membenarkan argumen Tita.

Seandainya Juan yang sat set sat set begitu. Dia kan juga pernah putus asa karena ekonomi dan kondisi keluarganya. Kenapa pelampiasannya bukan aku, tapi malah nge-game mulu. Blade sialan.

 Mungkin kalau Tita adalah Magda, semua beban yang bertumpuk-tumpuk dalam dadanya sudah tersalurkan saat ini juga. Ia bisa dengan leluasa berkeluh kesah. Sayang, ia dan Magda, sahabatnya itu terpisah karena tempat PKL mereka berbeda. Magda beruntung kebagian jatah PKL di rumah sakit kampus mereka, sedangkan ia terpaksa menerima mandat PKL di RB Bidan Eko karena porsi PKL di rumah sakit sudah overload. Untung jarak rumah bersalin milik Bidan Eko dan kampus tidak terlalu jauh. Masih satu kota. 

“Amin, Mbak. Insyallah ada rencana diramein kok. Tapi please rahasiakan ini dulu ya, Mbak,” jawab Shanaya dengan tampang memelas. 

“Oke, ditunggu undangannya ya, Mbak Sufu. Jangan-jangan Mbak Sufu iri nih sama Mbak Ira.”

Shanaya mau menyanggah interupsi itu, tapi ia sudah tak sempat lantaran harus segera memenuhi sebuah panggilan. Bidan Eko memintanya menuju ke rumah depan. Entah ada apa. Tapi Shanaya seratus persen yakin ini ada kaitannya dengan kejadian kemarin.

“Duduk, Mbak Shanaya.” Bidan Eko menunjuk sofa di sebelahnya. Tapi Shanaya memilih duduk melantai di atas karpet. Rasa bersalah masih memenuhi rongga dadanya. Ia melirik sebentar perempuan yang sudah rapi dengan setelan dinasnya. Belum-belum Shanaya sudah gemetaran meski tak ada aura garang sedikitpun di wajah Bidan Eko. 

“Sini saja lah, Bu,” ucapnya tertunduk dalam.

“Kemarin sampai ninggalin pasien karena pulang kah ngurus mau akad?”

Shanaya spontan mendongak. Ia tak menyangka Bidan Eko satu server dengan Tita. Jadi sebaiknya ia membenarkan saja atau menyanggahnya? Ia tak mau berbohong tapi juga enggan membeberkan yang sebenarnya. Bisa tambah runyam nanti. Dan bisa jadi, sikap Bidan Eko yang sudah melunak ini akan berubah galak. Jadi, Shanaya hanya ber-ehm-ehm, bingung jawaban mana yang tepat untuk saat ini.

“Tai eh, tadi bapakmu telepon ngasih kabar pernikahanmu itu. Beliau bilang penting akad dulu baru nanti rame-ramenya.” Bidan Eko tersenyum. Shanaya sedikit lega, tapi kelegaan itu segera sirna ketika Bidan Eko kembali meneruskan bicaranya.

“Maaf ya, Mbak. Insiden kemarin terpaksa saya laporkan kepada pihak kampus. Jam sembilan nanti jenengan disuruh ke ruang dekan. Semoga ini bisa jadi pelajaran berharga buat Mbak Shanaya ya, ke depannya jangan sampai terulang lagi.”

“Iya, Bu. Maafkan saya, Bu. Saya sangat menyesal.” Shanaya menunduk lebih dalam. Di antara rasa gugup yang semakin menjadi, ia terpaksa mendengar ceramah Bidan Eko lebih lanjut.

“Coba Mbak Shanaya pikir lagi. Kenapa persalinan tidak boleh ditinggal. Kenapa ibu hamil yang sudah mendekati persalinan harus menginap? Karena persalinan tidak bisa diprediksi. Ketika kita sudah terjun di bidang kesehatan, semua kepentingan pribadi harus dikesampingkan. Jiwa kita sebagai nakes harus menyatu dengan jiwa Florence Nightingale.”

Shanaya seperti mendapat tamparan keras berkali-kali.

Nama itu seperti berputar-putar dalam kepalanya bagai elang yang terbang mengintai seekor ular di daratan sana.

Florence Nightingale…  Florence Nightingale.

Shanaya menghela napas sambil menghimpun kekuatan. Selepas dihujani ceramah oleh Bidan Eko, ia harus siap dengan konsekuensi dari pihak kampus.

Langkahnya lebar-lebar menyusuri jalan setapak yang diapit tanaman perdu di area kampus. Jantungnya semakin berdegup kencang ketika menjejakkan kaki di lantai fakultas.

Seharusnya ia urungkan saja merogoh ponsel dari tas jika tahu sebuah pesan dari aplikasi hijau membuat perasaannya semakin bertambah kacau. Entah kenapa kebiasaan buruknya tak hilang–men-scroll layar handphone jika sedang gugup. Shanaya pasti menyesali kebiasaan buruk ini.

Ternyata ia salah mengirim pesan. Pesan balasan yang seharusnya ia kirimkan pada Nikhil tertuju pada Juan. Sebaliknya, pesan yang seharusnya untuk Juan malah terkirim untuk Nikhil.

“Astaghfirullah…  matilah aku.”

Shanaya serasa ingin pingsan saat membaca balasan itu.

Juan

(Cinta, ini gimana maksudnya? Siapa yang nikah dadakan? Kamu harus kesini sekarang juga. Aku nggak mau tau!!!).

Alien Nakhal

(Siap, Cinta. Aku udah biasa kok masak sendiri, nyuci baju sendiri dan sarapan sendiri. Cieee ada yang salah kirim 🤣🤣🤣)

Reflek Shanaya berteriak dan membuat semua orang yang berada di lobi menoleh ke arahnya.

“Aaaarrrrggggghhhhh… nyebelin bangeeeeettttttt…  kenapa sih gue apes mulu. Kenapa bisa salah kirim sih? Huaaaaa …  dasar Alien gila… sudah gilaaaaaa….”

  • Penulis: admin

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • PCNU-PATI Photo by Dmitry Ganin

    Playboy

    • calendar_month Ming, 4 Des 2022
    • account_circle admin
    • visibility 41
    • 0Komentar

    Oleh: Elin Khanin “Kamu kalau sudah kebelet nikah bilango sama Ummik.” Laki-laki berkulit sawo matang di hadapan Bu nyai Khomsah itu menunduk dalam. Tiba-tiba tak berani menatap sang ibunda. Kontras dengan ekspresi wajahnya saat membenarkan hafalan wanita sepuh itu.  Berkobar-kobar. Pun sebaliknya, ia begitu antusias ketika Bu nyai menyimak dan membenarkan hafalannya. Rutinitas bakda isya’ […]

  • PCNU-PATI

    NU Peduli Pati Buka Dapur Umum untuk Suplai Makanan Korban Banjir Bandang

    • calendar_month Jum, 2 Des 2022
    • account_circle admin
    • visibility 38
    • 0Komentar

    Pcnupati.or.id – NU Peduli Pati membuka Dapur Umum di Kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) setempat.  Dapur umum dibuka untuk mensuplai makanan ke para korban bencana banjir bandang di Kabupaten Pati. “Dapur umum dibuka sampai kondisi normal. Jadi berdasarkan situasi,” ungkap Ahmad Qosim, Ketua NU Peduli Pati, Jumat (2/11/2022). Sejauh ini, kata Qosim, dapur umum […]

  • PC Pagar Nusa Dan LPBH NU dampingi Korban Penganiayaan

    PC Pagar Nusa Dan LPBH NU dampingi Korban Penganiayaan

    • calendar_month Sen, 8 Mei 2023
    • account_circle admin
    • visibility 75
    • 0Komentar

    pcnupati.or.id- Sebuah video viral di media sosial menggambarkan adanya mobil Calya berwarna merah menjadi sasaran perusakan massa. Tampak dalam video itu, mobil bernomor polisi H 1927 KR digulingkan oleh sejumlah warga. Diketahui, kejadian itu berada di Desa Pasucen, Kecamatan Trangkil, Kabupaten Pati, pada Sabtu (6/5/2023) lalu. Usut punya usut, peristiwa itu terjadi karena warga setempat merasa […]

  • PCNUPati.or.id, Pati – Gas air mata yang ditembakkan aparat keamanan menghantam hingga area Masjid Agung Baitunnur Pati saat demo 13 Agustus 2025, kemarin. LPBHNU Pati pun menyayangkan tindakan represif aparat. Beredar video, gas air mata ditembakkan hingga halaman Masjid Agung. Sejumlah warga pun menjadi korban. Naasnya, bukan hanya massa demo yang terkana imbas. Warga yang hendak jemaah pun menjadi korban. Ketua Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama (LPBHNU) Pati Ahmad Shofwan angkat bicara. Menurutnya demo merupakan hak masyarakat. ”Menanggapi tindakan represif tindakan aparat yang sampai mengejar ke masjid agung. Yang pertama, demo itu hak dan sudah diatur dalam undang-undang, bahwa menyampaikan pendapat di muka umum itu boleh. Kemarin demo itu memang legal dan berizin masih batas waktu yang diperbolehkan,” ujar Shofwan, Kamis (14/8/2025). Ia pun menyayangkan tindakan kepolisian yang dinilai terlalu represif. Apalagi pihak kepolisian sampai menembakkan gas air mata ke halaman Masjid Agung Pati. ”Sementara tindakan aparat polisi mengejar para demonstran sampai masjid sangat disayangkan. Karena masjid itu tempat ibadah. Tidak boleh aparat itu represif sampai ke sana. Karena di sana bukan para pendemo. Ada masyarakat yang ingin ibadah,” tutur dia. Tindakan aparat ini membuat sejumlah masyarakat menjadi korban. Bahkan banyak masyarakat yang hendak jamaah, ibu-ibu dan anak-anak terkena imbasnya. ”Apalagi gas air mata itu memang diarahkan ke halaman parkir mobil (masjid) dan juga ke tempat wudlu. Itu saya sayang kan,” ungkap dia. Tak hanya itu, tindakan aparat juga dinilai terlalu berlebihan lantaran juga menembakkan gas air mata di gang-gang permukiman warga.Ia pun berharap kejadian semacam ini tak terjadi lagi. ”Pak Kapolda, Kapolres harus mengevaluasi dan berbenah kejadian tidak terulang lagi. Di gang sampai masyarakat kena. itu tidak boleh. Kalau menangkap pendemo yang rusuh silahkan. Saya pastikan pendemo yang rusuh itu didatangkan dari luar sengaja membikin rusuh. Bukan orang Pati. Orang Pati tidak seperti itu,” tandas dia. Sementara itu, Kabidhumas Polda Jateng, Kombes Pol Artanto mengaku pihaknya sudah sesuai SOP. Meskipun, banyak ibu hingga anak yang menjadi korban. ”Oke, tentunya protap SOP yang dilakukan oleh pihak kepolisian sudah sesuai. Karena kita dari awal pada saat aksi unjuk rasa yang damai Itu berjalan dengan lancar dan kita menjamin keamanan dari para demonstran,” pungkasnya.

    Gas Air Mata Hantam Area Masjid Agung, LPBHNU Pati: Aparat Jangan Represif

    • calendar_month Kam, 14 Agu 2025
    • account_circle admin
    • visibility 61
    • 0Komentar

      PCNUPati.or.id, Pati – Gas air mata yang ditembakkan aparat keamanan menghantam hingga area Masjid Agung Baitunnur Pati saat demo 13 Agustus 2025, kemarin. LPBHNU Pati pun menyayangkan tindakan represif aparat. Beredar video, gas air mata ditembakkan hingga halaman Masjid Agung. Sejumlah warga pun menjadi korban. Naasnya, bukan hanya massa demo yang terkana imbas. Warga […]

  • PCNU - PATI

    Fatayat NU Ranting Guyangan Adakan Bazar Minyak Goreng

    • calendar_month Kam, 23 Jun 2022
    • account_circle admin
    • visibility 36
    • 0Komentar

    Pati. Jajaran Pengurus Fatayat NU Ranting  Guyangan mengadakan kegiatan bazar minyak goreng Murah di desa Guyangan, Minggu, 19 Juni 2022, kemarin. Acara dilaksanakan berkat kerjasama Fatayat NU ranting Guyangan bekerja sama dengan Toko Pakem Trangkil. Umi Rohmawati Ketua Fatayat NU Ranting Guyangan mengemukakan, “Berharap bazar minyak murah ini bisa meringankan beban masyarakat ditengah melambungnya harga […]

  • Inilah Tuntutan Ketua Kopri Pati PC PMII Pati

    Inilah Tuntutan Ketua Kopri Pati PC PMII Pati

    • calendar_month Jum, 9 Sep 2022
    • account_circle admin
    • visibility 28
    • 0Komentar

    Pati. Bertempat di gedung DPRD Kab Pati Ketua Kopri beserta jajaran Pengurusnya mengadakan audience terkait kenaikan harga BBM, Rabu 7 September kemarin. “Kami kecewa surat audiensi sudah kami layangkan akan tetapi tak ada satupun dewan yang menemui karena 50 Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Pati melakukan kunjungan kerja di luar daerah” jelas Nur Khoiriyah selaku ketua […]

expand_less