Belahan Jiwa Al-Musthafa

Fatimah al-Zahra, adalah putri bungsu Rasulullah SAW. Ia adalah satu-satunya putri Rasulullah SAW yang memiliki anak keturunan. Tiga kakak perempuannya, Zainab, Ruqayyah, dan Ummu Kultsum, tidak mempunyai anak, Dari Rahim Fatimah, lahir Hasan dan Husain, cucu tersayang Rasulullah SAW. Karena itu pula, Fatimah sangat dicintai dan amat disayang Rasulullah SAW, sebab ia menjadi penerus garis keturunan Rasulullah SAW hingga akhir zaman.
Namanya begitu harum dan mulia. Jika merindukan wangi semerbak surga, Rasulullah SAW akan mendatangi dan mencium putri tercintanya ini. Tak jarang para istri Rasul SAW sangat mencemburuinya.
Fatimah al-Zahra, istri dari Ali ibn Abi Thalib ini memiliki berbagai keistimewaan dibandingkan wanita lainnya, bahkan para istri Nabi sekalipun. Rasulullah SAW menegaskan bahwa Fatimah adalah pemimpin para wanita di surga kelak.
“Kabar gembira buat engkau, wahai putriku! Kelak engkau akan menjadi pemimpin wanita di surga.”
Fatimah bertanya kepada Rasulullah SAW bagaimana dengan para wanita utama seperti ibunya (Sayyidah Khadijah), Mariam binti Imran, dan Asiyah istri Fir’aun.
Rasulullah menjawab, “Mereka adalah pemimpin ahli surga di zamannya, sedangkan engkau pemimpin wanita di dunia dan akhirat.” ~Blurb
Para sejarawan berselisih paham dan tidak sepakat tentang kelahiran putri bungsu Rasulullah SAW, yakni Fatimah al-Zahra. Sebagian menuturkan bahwa Fatimah dilahirkan pada hari Jumat di Makkah, pada 20 Jumadil Akhir, lima tahun sebelum diutusnya sang ayah tercinta, Muhammad ibn Abdullah, menjadi Rasul. Ini pendapat yang popular di kalangan Ahlussunnah. Sementara, kalangan Syiah berpendapat bahwa ia lahir pada 20 Jumadil Akhir lima tahun setelah ayahnya diangkat menjadi utusan Allah. Ada perbedaan jarak sepuluh tahun di antara dua pendapat di atas (hlm 1).
Barangkali, yang berpendapat bahwa kelahiran Fatimah pada tahun kelima setelah kerasulan ayahnya, berpegang pada hadis Aisyah riwayat Imam Hakim dalam Al-Mustadrak-nya (3:156), juga disebutkan dalam tafsir Al-Durr al-Mantsur karya Imam Jalaluddin al-Suyuthi ketika menafsirkan ayat pertama surat Al-Isra. Aisyah berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, “Ketika aku dalam perjalanan ke langit (mi’raj), aku dimasukkan ke surga, lalu berhenti di sebuah pohon dari pohon-pohon surga. Aku melihat yang lebih indah dari pohon yang satu itu, daunnya paling putih, buahnya paling harum. Kemudian aku mendapatkan buahnya, lalu aku makan. Buah itu menjadi nuthfah di sulbiku. Setelah aku sampai di bumi, aku berhubungan dengan Khadijah, kemudian ia mengandung Fatimah. Setelah itu, setiap aku rindu aroma surga, aku mencium Fatimah.”
Hadis di atas berkenaan dengan Rasulullah SAW ketika melakukan Isra’ Mi’raj, seperti penjelasan Imam Al-Suyuthi, setelah beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Tentu saja, hal itu termasuk kejadian luar biasa yang harus diimani dengan sepenuh hati. Jadi, sebelum Khadijah mengandung Fatimah, didahului oleh peristiwa hebat sang suami yang punya dampak bagi kehamilan istri setelahnya. Adapun pendapat yang menegaskan bahwa Fatimah lahir lima tahun sebelum kerasulan sang ayah, juga berbarengan dengan peristiwa hebat lainnya, yaitu ketika Rasulullah SAW terpilih menjadi penengah kaum Quraisy yang sama-sama mengklaim berhak untuk meletakkan hajar aswad ke tempatnya semula. Jadi, baik pendapat pertama atau kedua, kelahiran Fatimah al-Zahra tetap didahului oleh peristiwa hebat dan penting dalam perjalanan kehidupan sang ayah, Muhammad SAW (hlm 2).
Maka, karena semua keistimewaan-keistimewaan itulah, Ali tidak diperkenankan menikahi wanita lain selama Fatimah masih hidup. Ali terlarang menikah lagi sebagai penghormatan kepada Rasulullah SAW sehingga tidak ada sesuatu pun yang meyakiti hatinya.
Rasulullah SAW besabda, “Fatimah adalah belahan jiwaku, menyakitinya berarti menyakitiku.” Ini adalah penegasan beliau tentang kedudukan putrinya, Fatimah, di dalam hati beliau (hlm 105).
Buku ini mengupas tentang sosok dan kehidupan Fatimah al-Zahra, putri tercinta Rasulullah SAW, mulai dari kelahirannya hingga wafatnya. Di dalamnya terdapat berbagai kisah inspiratif yang menakjubkan tentang Fatimah dan keluarganya.
Selain itu, sisi menarik di buku ini terletak pada tiga pilar utama, yaitu teori—praktik—informatif. Secara teori, penulis buku ini berpijak kepada sumber-sumber terpercaya, melalui riset yang mendalam, keotentikan serta kredibilitasnya tidak diragukan. Buku ini juga terintegrasi dengan praktik kehidupan di masa lalu sebagai bahan perenungan dan refleksi hidup. Dan informatif terhadap karya terbitan Indonesia bahkan dunia. Allahu a’lam bish-shawab.
Judul Buku : Fatimah: Pemimpin Wanita di Surga
Penulis : Fuad Abdurrahman
Penerbit : Republika Penerbit
Tahun Terbit : Cetakan Desember 2019
Tebal Halaman: 196
ISBN : 978-623-7458-33-3
Peresensi : Muhammad Sapi’i