Manusia Bukan Sumber Kebenaran
- account_circle admin
- calendar_month Sen, 17 Nov 2025
- visibility 5.108
- comment 0 komentar

Manusia Bukan Sumber Kebenaran
Munculnya fenomena mengumbar kebencian terutama di media sosial rupanya menjadi keresahan tersendiri saat digelarnya Ngaji NgAllah Suluk Maleman edisi ke- 167 pada Sabtu (15/11).
Penggagas Suluk Maleman mengajak semua masyarakat untuk sama-sama bermuhasabah. Terlebih dengan banyaknya perubahan luar biasa di kalangan masyarakat.
“Seperti bagaimana kita melihat pesantren dipojokkan begitu rupa. Orang tak melihat apa masalahnya tapi justru lebih banyak menuding. Padahal kalau di Jawa satu jari menuding ke orang lain, empat lainnya menuding ke diri sendiri,” sentil Anis membuka dialog.
Dia begitu prihatin saat melihat ada orang yang memaki kiai.
“Jangan menilai seolah-olah anda benar. Pengetahuan kita yang dianggap benar belum tentu sumber kebenaran itu sendiri,” ujar dia.
Anis menyebut kemampuan manusia dalam bereaksi 95 persen berasal dari apa yang telah masuk ke diri. Sehingga faktor lingkungan dan budaya memiliki pengaruh yang besar.
“Jangan-jangan apa yang kita pikirkan hanya persoalan sudut pandang saja,” ujar dia.
Dia mencontohkan, saat di Arab orang memegang jenggot menjadi bentuk penghormatan. Hal itu jauh berbeda jika di Jawa.
“Mungkin disini dianggap penghinaan. Maka reaksi berbeda akan muncul jika kita dibesarkan dari budaya yang berbeda pula,” terang dia.
Anis menegaskan, bisa jadi seseorang menyalahkan sesuatu ketika melihat budaya yang tak begitu dekat dengannya. Hal itu dikatakannya sebagai bentuk bias kognitif.
“Minimnya pengetahuan anda yang menampakkan salah. Kita tidak bisa menyentuh kebenaran kalau anda tidak dibersihkan. Padahal kita tidak mungkin bersih kecuali dibersihkan oleh Allah. Kita hanya bisa mencoba terus membersihkan diri,” terang Anis.
Oleh karena itu budayawan asal Pati itu mengingatkan jika seseorang harus berpendapat harus terus membersihkan persepsi.
“Kalau berpendapat harus bertanya apa kepentingan saya, apa pengetahuan yang membuat saya menyatakan pendapat semacam ini,” ujar dia.
Dia juga menyoroti tindakan sedikit Gus yang dinilai berlebihan, tapi sekaligus heran kenapa justru lembaga yang dituding adalah pesantren.
“Padahal di semua lembaga selalu ada orang bermasalah. Namun kita diarahkan melihat hanya yang jahat saja. Dan itu tidak adil serta terkesan jahat,” terang dia.
Anis menyebut hal terberat adalah manusia berhadapan dengan dirinya sendiri. Dengan nafsunya sendiri. Dia juga mengingatkan terkait penyakit hati.
“Kadang kebenaran justru hilang akibat kebencian. Para nabi dan rasul yang begitu baik pun; masih ada yang masih memusuhi dan memfitnah,” imbuh dia.
Penggagas Suluk maleman itu juga mengingatkan jika semua manusia selalu punya potensi penyakit hati jika tak diarahkan.
“Maka sebaiknya jangan pernah kita merasa benar sendiri, Jangan pernah merasa mukmin. Jangan sampai ngomong kafir dan munafik ke orang lain; sambil menilai diri sendiri sebagai mukmin,” ujar dia.
Tema yang menarik membuat ratusan warga yang menyaksikan baik secara daring maupun datang langsung ke Rumah Adab Indonesia Mulia semakin hangat. Penampilan musik Sampak GusUran juga menambah kemeriahan Ngaji Budaya tersebut. (*)
Keterangan foto: Anis Sholeh Ba’asyin dalam NgAllah Suluk Maleman “Negeri Byar Pet” yang digelar di Rumah Adab Indonesia Mulia, Sabtu (15/11).
- Penulis: admin

Saat ini belum ada komentar