Sekolah sebagai Parenting Pembinaan Akhlak

Oleh : Siswanto, MA
Sekolah pada dasaranya merupakan tempat untuk belajar-mngajar antara guru dan murid. Sehingga sekolah identik dengan tempat untuk menimba ilmu. Oleh karena itu, sudah semestinya sekolah menjadi tempat untuk mencari ilmu dan mengekspresikan segala sesuatu yang ada dalam benak pikiran peserta didik.
Sedangkan proses pendidikan baik formal maupun non-formal pada dasarnya memiliki peran penting untuk melegitimasi bahkan melanggengkan sistem dan struktur sosial yang ada. Namun, melihat dan memperhatikan fenomena dan kondisi ideal remaja sebagai generasi penerus, maka pendidikan nilai moral perlu ditanamkan sejak usia dini dan harus dikelola secara serius. Dilaksanakan dengan perencanaan yang matang dan program yang berkualitas. Misalnya dengan jumlah jam pelajaran yang memadai.
Jika hal ini bisa dilaksanakan dengan baik, niscaya generasi penerus akan memiliki moral yang baik, akhlak mulia, budi pekerti yang luhur, empati dan tanggung jawab. Sehingga yang kita saksikan bukan lagi kekerasan dan tawuran melainkan saling membantu, menolong sesama, saling menyayangi, jujur dan tanggungjawab.
Selain itu pertumbuhan agama pada anak idealnya sudah mulai sejak awal digalangkan, ketika anak ia diazankan beberapa waktu setelah lahir. Kemudian melalui pengalaman dengan orang tuanya seperti: berdo’a, shalat, membaca ayat-ayat dari kitab suci, ucapan dan perbuatan orangtuanya dalam melakukan ibadah, disertai dengan raut dan air muka yang bersungguh-sungguh tidak dapat diganggu serta tidak ada tanggapan terhadap ketawa, senyum dan triakan anak.
Anak yang di dalam keluarganya diterapkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari, akan menyerap semua pengalaman tersebut, sehingga menjadi bagian dari pribadinya yang sedang tumbuh. Dengan demikian ia telah mulai menyerap akhlak yang bersumber kepada agama.
Metode pembinaan akhlak bagi anak pada tahap ini yang terpenting adalah pembiasaan, latihan, dan percontohan yang dilakukan didalam ruang belajar, ruang bermain, di alam bebas dan di tempat-tempat yang mempunyai makna dalam kehidupannya .
Pembinaan akhlak dapat pula memanfaatkan, naluri dan kecenderungan anak, misalnya suka meniru melakukan identifikasi terhadap kata-kata perbuatan, gerakan dan sikap diam pada orang-orang yang sering berhubungan dengan mereka, misalnya ibu bapaknya dan guru dalam bidang studi apapun mereka mengajar, terutama guru yang mereka sukai.
Sedangkan akhlak disini merupakan perilaku sehari-hari yang dicerminkan pada ucapan, sikap dan perbuatan. Bentuknya yang kongkret adalah hormat dan santun kepada orang tua, guru dan kepada sesama manusia. Dalam kerangka yang lebih luas berakhlak berarti hidup untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam. Artinya hidup berguna bukan hanya untuk umat islam tetapi untuk seluruh umat manusia dan alam sekitarnya.
Oleh karena itu, keimanan, akhlak dan kepribadian guru amat penting dalam pembinaan akhlak anak didik. Disamping itu mereka juga dicontoh dan diteladani oleh anak didik dalam berbicara dan bertingkah laku.
Orang-orang selain guru, yang berada di sekolah yang juga banyak berhubungan dengan anak didik,misalnya pegawai perpustakaan yang melayani anak didik meminjam dan mengembalikan buku atau ketika mereka membaca di perpustakaan. Mungkin juga akan memberi pengaruh dalam pembinaan akhlak anak didik. Demikian pula dengan situasi lingkungan sekolah adalah termasuk hal yang berpengaruh terhadap pembinaan akhlak anak didik.
Dengan demikian, parenting pendidikan yang utama setelah dari lingkungan keluarga berikutnya adalah sekolah dan lingkungan. Karena ketiganya saling berkaitan satu sama lain untuk menciptakan suasana yang kondusif dan memberikan warga terhadap peserta didik. Oleh karena itu, parenting di lingkungan sekolah sangat penting demi terciptanya akhlakul karimah peserta didik.