Ramadan Bagaikan Samudra Mutiara
Oleh : Siswanto
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS. Al-Baqarah: 183)
Ramadan sebagaimana kita pahami adalah bulan yang penuh mulia, berkah, rahmat, maghfiroh, dan penuh ampunan. Ramadan juga merupakan bulan di mana aneka ragam kebesaran bersemayam. Dan Ramadan pun dapat diartikan sebagai cakrawala kudus di mana semesta karunia tercurahkan. Sehingga semua aktivitas di bulan yang penuh rahmat ini dinilai sebagai ibadah. Oleh karena itu, Ramadan bagaikan samudra indah di mana sejuta mutiara kemuliaan tersimpan di dalamnya.
Maka, demi mendapatkan keagungan, rahmat, maghfiroh, dan kemuliaan Ramadan. Kita semua ber-fastabiqul khoirot (berlomba-lomba dalam melakukan kabajikan). Sepertihalnya melaksanakan salat sunah, tadarus Alquran, maupun melakukan aktivitas yang bernilai positif. Karena segala aktivitas yang mengandung kebaikan pahalanya akan dilipat gandakan di bulan yang penuh agung ini.
Dan bulan Ramadan tidak berbeda dengan bulan Rajab dan Sya’ban. Ramadan juga tidak berbeda dengan bulan Syawal dan Muharram,atau bulan-bulan lain. Maka, kalu kita analisis lebih detail, dalam sebulan berisi tiga puluh hari, terisi empat minggu, dan dalam seminggu berjumlah tujuh hari. Tetapi mengapa kemulian bulan Ramadan mengalahkan kemuliaan bulan-bulan lain? Ini merupakan pertanyaan yang harus kita cari jawabannya.
Orang bijak mengatakan “kullu syain sababun”, ada sebab untuk segalanya. Begitupun dengan bulan Ramadan , walaupun secara dhohir sama dengan bulan-bulan lain. Akan tetapi ada yang menyebabkan Ramadan menjadi bulan yang paling mulia di antara sebelas bulan lainnya.
Maka, dalam hal ini, Ramadan dengan kebesarannya, keagungannya, dan kemuliaannya mengalahkan bulan-bulan lain. Disebabkan bulan inilah sebagai bulan pilihan Allah untuk pertama kalinya Alquran diturunkan. Halini, sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 185.
“Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan sebagai penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dan yang bathil” (QS. AlBaqarah Ayat 185).
Jadi, dari ayat di atas sangat jelas. Kalau bulan Ramadan adalah pertama kali Alquran diturunkan, hingga Ramadan diangkat oleh Allah menjadi bulan yang sangat istimewa dibandingkan dengan bulan-bulan lain.
Dengan demikian, mari kita jadikan ibadah puasa di bulan Ramadan ini, tidak hanya kita maknai sebagai menahan lapar dan haus. Melainkan kita jadikan sebagai kawah candradimuka spiritual bagi penunduk hawa nafsu, tetapi juga sebagai sarana untuk mendidika keikhlasan dalam hati-jiwa kita.
Dan selain itu, ibadah puasa bukan hanya sebagai wahana yang dapat mengobati berbagai penyakit kronis hati kita, seperti riya, takabur, rakus, dengki, dan pengikis penyakit cinta dunia yang berlebihan (hubbud dunya), tapi juga mampu membawa pencerahan spiritual bagaimana kita bersikap secara tepat ketika mendapat kenikmatan dan ujian, atau ketika tengah menunaikan ketaatan.
Oleh karena itu, mari kita jadikan momentum di bulan yang penuh maghfiroh ini sebagai pijakan untuk terus menebarkan kebaikan dan meningkatkan ibadah kita kepada Allah agar kita semua mendapatkan kemuliaan, rahmat, dan keagungan di bulan yang penuh berkah ini. Karena sekali lagi dalam ibadah puasa tidak hanya bermanfaat sebagai benteng bagi orang-orang beriman dari berbagai tipu daya setan, tapi juga mampu menumbuhkan kesalehan sosial dan mengembalikan kemurnian fitrah kita.