Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Kolom » Personalitas dan Identitas Indonesia

Personalitas dan Identitas Indonesia

  • account_circle admin
  • calendar_month Sel, 17 Agu 2021
  • visibility 92
  • comment 0 komentar
Oleh : Maulana Luthfi Karim*

Cinta tanah air adalah sunnatullah. Demikianlah mukaddimah singkat yang penulis sampaikan untuk membuka tulisan ini. 

Dalam berbagai riwayat disebutkan bahwa nabi Muhammad SAW benar-benar cinta mati kepada Makkah dan Madinah. Bukti pertama, beliau pernah berbisik kepada sobat karibnya, Abu Bakar bahwa Makkah adalah tempat yang paling dicintainya seandainya para penduduk Makkah tidak mengusirnya. 

Setelah Hijrah dan berdomisili di Madinah, nabi beberapa kali meninggalkan kota ini untuk suatu urusan. Ketika perjalanan pulang dan telah mendekati Madinah, menyaksikan dinding-dinding kota tersebut, Sang Rasul mempercepat laju ontanya karena rasa rindu pada kota yang telah menjadi rumah kedua baginya. 

Tidak ada yang aneh dalam dua riwayat ini, namun meminjam istilah Gus Muwaffiq, kita juga harus mendalami sisi psikologi nabi saat itu. Maksud penulis, ketika membaca sejarah, kita harus turut merasakan apa yang dialami oleh subjek sejarah. Sehingga pemaknaan terhadap kisah tertentu bisa dengan mudah direlevansikan dengan konteks sekarang. 

Kalau kita fahami betul kedua riwayat di atas, menunjukkan bahwa sifat manusiawinya nabi begitu kental. Cinta dan rindu tanah air menjadi semacam kerak yang melekat di hati, susah dihilangkan. 

Penulis ingin sebut, bahwa cinta tanah air adalah sunnatullah untuk manusia. Dalam terminologi jawa kita kenal ‘gawan bayi’ atau sesuatu yang bersifat personalitas. 

Begini, misalkan kita meninggalkan kampung halaman untuk berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, dapat dipastikan akan muncul rasa rindu. Kerinduan ini tentunya bersumber dari cinta. Namun darimana cinta itu berasal? Inilah yang penulis sebut personalitas cinta. 

Istilah keren ini penulis dapatkan ketika mengikuti Maiyah di Jogjakarta sekitar tahun 2014. Cak Nun, sang pengasuh Majelis Maiyah membeberkan perbedaan antara personalitas dan identitas. Menurutnya, personalitas ialah segala sesuatu yang menempel dalam diri kita sejak lahir dan kita tidak memiliki kemampuan untuk memilih. Contoh, jenis kelamin, dimana kita lahir dan dari ayah-ibu yang mana kita dilahirkan. Sementara identitas, nyaris sama, hanya saja kita memiliki wewenang untuk memilih, seperti dimana kita tinggal, dan agama apa yang hendak kita pilih. Bagi manusia, keduanya merupakan satu komponen tak terpisahkan yang harus diperkuat demi membangun karakter.

Nah, kembali pada pembahasan awal, rasa cinta terhadap tanah air (bagi pribumi), menurut penulis juga bagian kecil dari personalitas, sama halnya menyayangi orang tua yang telah melahirkan kita. Maka menjadi ambigu jika seseorang tidak merasa mencintai tumpah darahnya. Parahnya, inilah yang sekarang sedang kita hadapi bersama.

Penetrasi lifestyle ala-ala barat, atau yang lagi ngetrend, mode-mode korea makin galak perkembangannya di Indonesia. Bahkan pemuda pemudi juga tak jarang berpenampilan kearab-araban agar terlihat syar’i. Apapun alasannya, alam bawah sadar kita sedang dijajah oleh bangsa lain. Jika di terus-teruskan, krisis identitas bisa bisa menyerang kita kapan saja. Dampaknya bisa lebih seram dari Covid-19.

Satu contoh, Turki Otoman, menjelang kehancuran kerajaan ini, Mustafa Kemal Attaturk memaksakan diri untuk berlagak barat. Akibatnya, Otoman yang pernah jaya, harus ambruk di tangan Attaturk.

Tentunya banyak faktor lain yang mempengaruhi tumbangnya kerajaan ini, namun krisis identitas yang terjadi mau tidak mau harus bertanggung jawab atas keruntuhan Turki Otoman. 

Jauh ke belakang, ada dinasti Abasiyah jilid dua. Ketika kekuasaannya pindah ke Mesir, Dinasti Abasyiyah malah seperti dinasti boneka. Pengendalinya, tentu si tuan rumah, Dinasti Mamluk. Namun para punggawa Dinasti Mamluk merelakan diri mereka untuk dipimpin orang-orang pelarian dari Dinasti Abasyiyah Damaskus, karena namanya terlanjur mentereng. 

Faktanya, Dinasti Mamluk hanya menggunakan popularitas dan pengaruh Dinasti Abasyiyah yang masih cukup kuat pada masa itu sebagai tameng. Penguasa sejatinya, tetaplah Mamluk punya. Intinya, kekuasaan Abasyiyah di Mesir tak lebih dari formalitas.

Pada fase ini, Abasyiyah mengalami krisis identitas yang membuatnya perlahan-lahan bubar barisan tanpa penghormatan. Formasi kerajaan Dinasti Abasyiyah di Mesir yang diharapkan bisa bertahan lama ternyata hanya ajang gladi untuk tidur panjang yang tak pernah usai.

Fakta lainnya, Indonesia selama ratusan tahun dipaksa untuk memuliakan bangsa asing. Dampaknya pun masih terasa sampai sekarang. Kita ancap kali tidak PD dengan ke-Indonesia-an yang menempel dalam diri kita. 

Namun, krisis identitas ini bisa dibangun dengan satu hal, dominasi personalitas. Artinya simbol-simbol ke-Indonesia-an sebagai identitas bangsa, jika mau, bisa dilestarikan melalui penyadaran jamak, dimana kita terlahir, dan tentunya memupuk rasa cinta terhadap kampung halaman, Indonesia. 

Sangat disayangkan memang, personalitas cinta Indonesia agaknya sudah mulai luntur. Ngerinya, salah satu kafilah yang perlahan mulai mencopot jubah nasionalismenya adalah mereka yang mengaku paling agamis. Tentu tidak semuanya, tapi hampir rata-rata. 

Padahal pertentangan antara agama versus bangsa sebenarnya sudah clear sejak zaman nabi.  Jika mengikuti sunnah nabi, jelas kita harus cinta tanah air. Penulis sempat mengorek sebuah hadits, yang kurang lebih bunyinya, “cintailah arab karena tiga hal…”. Validitas hadits ini memang masih menuai perdebatan, tapi banyak pula dari kalangan ummat islam di negara kita yang mempergunakannya untuk lebih mencintai bangsa lain (dalam hal ini Arab) daripada Indonesia.

Jika kita jeli, dan jika benar-benar ini adalah hadits shahih, maka kita akan menemukan fakta bahwa nabi sedang memerintahkan untuk mencintai dan memperjuangkan tanah air.

Alasannya jelas, nabi orang Arab, yang diajak bicara juga mayoritas Arab, atau imigran  yang mukim di sana. Artinya, dalam hadits tersebut, Nabi seolah ingi berpesan, “cintailah tanah airmu, carilah alasan kuat untuk mencintainya. Ini bukan berarti kita tidak boleh mempelajari dan mencintai budaya lain, namun untuk apa mengetahui budaya orang, sedangkan pengetahuan terhadap budaya sendiri nol besar. Kan aneh? 

Kita yang sudah terlanjur basah, tentu punya alasan kuat untuk lebih sering tampil kearab-araban atau kekorea-koreaan, maka sudah saatnya kita cari alasan yang lebih kuat untuk mencintai Indonesia. Meskipun hemat penulis, ini adalah cara paling absurd, sebab tidak perlu alasan untuk mencintai tumpah darah, cinta pada Indonesia, cinta tak bersyarat. Entah Indonesia sebagai personalitas (bagi penduduk asli) ataupun identitas (naturalisasi), Indonesia tetap prioritas (titik).

*Ketua Kader Penggerak NU Gembong, Mudir Ponpes Shofa Az Zahro’

  • Penulis: admin

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • Ranting NU Margoyoso Kini Punya Mobil Layanan Ummat

    Ranting NU Margoyoso Kini Punya Mobil Layanan Ummat

    • calendar_month Sab, 14 Jan 2023
    • account_circle admin
    • visibility 52
    • 0Komentar

    Pcnupati.or.id-MARGOYOSO – Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Nahdlatul Ulama (NU Care-LAZISNU) Ranting Desa Margoyoso secara resmi melaunching Mobil Layanan Umat (MLU), Jum’at (13/01/2023). Bertempat di halaman Masjid Nurul Amin Desa Margoyoso, launching MLU ditandai dengan pengguntingan pita oleh Ketua Pengurus Ranting NU Desa Margoyoso, KH. Abbas Shiddiq. Selain pengurus ranting dan Lazisnu sendiri, turut […]

  • PCNU-PATI

    NU, Nasionalisme dan Bernegara

    • calendar_month Kam, 28 Des 2023
    • account_circle admin
    • visibility 45
    • 0Komentar

    Oleh : Siswanto, MA Nahdlatul Ulama (NU) yang selama ini kita kenal sebagai organisasi sosial keagamaan terbesar di Indonesia,bahkan tersebar dunia merupakan salah satu ormas yang sudah tidak diragukan lagi dalam menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sebagai ormas terbesar di dunia tentunya NU memiliki sumbangsih yang juga besar di masyarakat. Adapun bentuk sumbangsih yang […]

  • LFNU Pati Rukyah Awal Bulan Dzulhijjah di Pantai Kartini Jepara

    LFNU Pati Rukyah Awal Bulan Dzulhijjah di Pantai Kartini Jepara

    • calendar_month Jum, 2 Agu 2019
    • account_circle admin
    • visibility 42
    • 0Komentar

    JEPARA-Pengurus Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) Pati melakukan Rukyah Hilal di Pantai Kartini Jepara. Kegiatan tersebut dilakukan pada Hari Kamis (1/7) sore. Rombongan LFNU berangkat dari pati pada hari yang sama sekitar pukul 14.30 WIB dan sampai di Pantai kartini Jepara pukul 16.30 WIB. Ru’yatul hilal yang dilakukan LFNU Pati di Pantai Kartini Jepara Setibanya […]

  • Dosen Asal Pati Jadi Reviewer Jurnal Internasional Milik Florida Gulf Coast University Amerika Serikat dan JL4D Canada

    Dosen Asal Pati Jadi Reviewer Jurnal Internasional Milik Florida Gulf Coast University Amerika Serikat dan JL4D Canada

    • calendar_month Sab, 22 Jul 2023
    • account_circle admin
    • visibility 56
    • 0Komentar

    Temanggung – Menjadi reviewer atau peninjau ahli di jurnal ilmiah menjadi tugas tambahan seorang dosen atau akademisi. Sebab, dosen hanya wajib melaksanakan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan-pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. “Kalau menjadi editor atau reviewer di jurnal ilmiah, even kegiatan seminar, itu aslinya tugas tambahan dan nilai plus meski bisa integral […]

  • Sosok Pengkader Hebat Telah Berpulang

    Sosok Pengkader Hebat Telah Berpulang

    • calendar_month Sen, 15 Nov 2021
    • account_circle admin
    • visibility 39
    • 0Komentar

     Dr. Jamal Makmur Asmani* Wakil ketua PCNU Pati, Dr. Jamal Makmur Asmani (kanan) bersama dengan KH. Ali Munfaat saat berziarah di maqbarah KH. Maimoen Zubair di Ma’la tahun 2019 Pagi ini seakan tidak percaya kabar wafatnya KH. Ali Munfaat, Ketua PCNU Pati, Periode 20013-2019. Banyak sekali kenangan bersama beliau. Kesan paling kuat adalah beliau, Bapak […]

  • Doa dari Rumah Seluruh Umat Beragama Terjadwal Siang Ini

    Doa dari Rumah Seluruh Umat Beragama Terjadwal Siang Ini

    • calendar_month Ming, 11 Jul 2021
    • account_circle admin
    • visibility 67
    • 0Komentar

    Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut), mengajak seluruh umat beragama di Indonesia untuk #PrayFromHome secara serentak siang ini, Minggu (11/7) pukul 14.00 WIB. JAKARTA-Hari ini, Minggu (11/7) Kementerian (Kemenag) Agama Republik Indonesia menggelar hajat bagi warga Indonesia. Gerakan hashtag Pray From Home (berdoa dari rumah) atau PFH mulai digalakkan akhir-akhir ini.  Kemenag sendiri […]

expand_less