Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Kolom » NU dan Gagasan Islam Nusantara

NU dan Gagasan Islam Nusantara

  • account_circle admin
  • calendar_month Sab, 22 Jul 2023
  • visibility 43
  • comment 0 komentar

Oleh : Siswanto, MA

Pemahaman keagamaan merupakan bentuk laku kesadaran manusia dalam beragama. Cara manusia memahami agama senantiasa akan mengalami hambatan jika ia tidak mampu menangkap pesan-pesan Tuhan (al-murâd al-ilâhiy) yang tersirat dalam setiap sendi ajaran agama.  Jika Islam memiliki daya vitalitas yang tinggi, maka upaya revitalisasi pemahaman keagamaan merupakan sebuah keniscayaan. Hal inilah yang disadari dengan baik oleh para Sunan di bumi Nusantara.

Istilah Nusantara adalah istilah budaya, bukan istilah yang cenderung “resmi” seperti “Indonesia”, ia merupakan istilah yang melekat dalam budaya dan terus hidup di tengah masyarakat. Di sini Nusantara tidak menunjuk pada satu model, corak, budaya, namun menunjuk pada keragaman yang ada di pulau-pulau Nusantara. Karena Nusantara merupakan kumpulan dari pulau-pulau, yang tidak kurang dari 17.000 pulau.

Sejarah para Sunan menjadi ‘angel’ dalam memotret dialektika kultural kesadaran keagamaan dengan jalur yang damai, akomodatif, dan toleran. Sebuah gerakan keagamaan yang sangat dinamis dan humanis. Hal inilah yang menjadikan Islam Nusantara berbeda dengan peradaban Islam di belahan wilayah yang lain, di mana Islam datang melalui serangkaian penaklukkan militer.

Tidak jauh berbeda dengan kondisi ketika Islam hadir di tengah masyarakat Arab, Islam di Nusantara pun datang dengan wajah yang sama; asing dan baru. Perbedaan letak geografis, kondisi sosial-budaya dan bahkan juga cara pandang dan pola hidup, Islam Nusantara berhak memiliki identitas yang berbeda dengan Islam di dunia Arab, yang mana telah matang terlebih dahulu berabad-abad tahun sebelumnya.

Dari sini kita dapat menyatakan bahwa para Sunan dengan penuh kesadaran telah berhasil mendialektikakan antara Islam dan budaya bangsa di Nusantara. Sebuah potret nasionalisme beragama dalam berbangsa yang sangat elegan dan humanis. Lantas seperti apakah tekstur nasionalisme modern beragama dalam bernegara? Hal inilah yang akan menjadi titik sentral bahasan selanjutnya.

Kajian mengenai Islam Nusantara merupakan sebentuk upaya ilmiah guna mengukuhkan bahwa ajaran-ajaran Islam di Nusantara memiliki karakteristik yang unik dan berdasar. Islam sebagai agama perubahan mampu diaplikasikan dengan baik oleh para punggawa ulama di Nusantara. Jawa yang dahulu kala menjadi sentral peradaban mampu mentransfromasikan bentuk budayanya ke seantero denah Nusantara. Sama halnya dengan rihlah ilmiah yang dilakukan oleh para cerdik-cendikia di dunia Arab-Islam, para punggawa ilmu di Nusantara pun melakukan hal yang sama.  Ini artinya bahwa Islam –melalui nilai ajarannya- merupakan agama yang senantiasa memberikan peluang terhadap aktifitas transformasi budaya guna menciptakan peradaban beragama (hadlârat at-tadayyun) yang baru.

Sejatinya tidak ada yang harus dirisaukan tentang masa depan Islam di Indonesia. Dua sayap besar umat Islam di Indonesia, NU dan Muhammadiyah, sudah sejak awal bekerja keras untuk mengembangkan sebuah Islam yang ramah terhadap siapa saja, bahkan terhadap kaum tidak beriman sekalipun, selama semua pihak saling menghormati perbedaan pandangan. Tetapi bencana bisa saja terjadi bila pemeluk agama kehilangan daya nalar, kemudian menghakimi semua orang yang tidak sefaham dengan aliran pemikiran mereka yang monolitik. Contoh dalam berbagai unit peradaban umat manusia tentang sikap monopoli kebenaran ini tidak sulit untuk dicari. Darah pun sudah banyak tertumpah akibat penghakiman segolongan orang terhadap pihak lain karena perbedaan penafsiran agama atau ideologi.

Dalam beberapa kurun dasawarsa belakangan ini, umat Islam, khususnya di Indonesia, banyak disuguhkan dengan peristiwa-peristiwa intoleran juga radikal-anarkis sebagai akibat dari menjamurnya gerakan ideologi fundamental yang skriptural dan literalistik. Guna mencegah kerusakan yang lebih parah dan menjaga kedaulatan bangsa dalam berbhineka, upaya penjernihan perspektif sebagai langkah konkret dan solutif adalah hal yang tidak bisa dihindari.

Dawuh Hadlaratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ari bahwa: “Agama dan Nasionalisme adalah dua kutub yang tidak berseberangan, nasionalisme adalah bagian dari agama dan keduanya saling menguatkan”,

Dawuh di atas merupakan seuntai pesan religi penuh makna yang sudah tak asing lagi di benak para Santri. Hal inilah yang menjadi embrio cikal-bakal lahirnya pemikiran Islam Nusantara sebagai corak Nasionalisme Modern dari Santri untuk Negri.

  • Penulis: admin

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • Tanya Jawab Bersama Syuriah

    Tanya Jawab Bersama Syuriah

    • calendar_month Jum, 17 Jun 2016
    • account_circle admin
    • visibility 53
    • 0Komentar

    Assalamu’alaikum Wr Wb Melihat banyaknya buku dan kitab  yang menampilkan wirid, dzikir maupun doa-doa yang beredar disekitar kita dan kita ingin mengamalkannya tanpa melalui proses ijazah (digurukan) apakah hal itu diperbolehkan mengamalkannya ? Wa’alaikumsalam Wr Wb. Mengamalkan hal tersebut Boleh, apabila orang tersebut mempunyai keahlian dalam hal itu, dan ia juga bisa mendapatkan manfaat namun […]

  • NU Sukolilo Pilih Ketua Baru

    NU Sukolilo Pilih Ketua Baru

    • calendar_month Sen, 29 Nov 2021
    • account_circle admin
    • visibility 67
    • 0Komentar

    Suasana konferensi MWC NU Sukolilo  SUKOLILO – MWC NU Kecamatan Sukolilo menggelar konferensi pada Minggu (28/11) lalu. Kegiatan yang dihelat di Gedung MWC NU tersebut berbarengan dengan Konferensi Anak Cabang Ansor dan Muslimat NU.  Agenda sakral ini diselenggarakan dalam rangka menentukan nakhoda NU Sukolilo lima tahun ke depan. Beberapa nama muncul ke permukaan, namun konferensi […]

  • PCNU-PATI Photo by Fahrul Azmi

    Peran Masjid sebagai agen of change

    • calendar_month Sab, 17 Jun 2023
    • account_circle admin
    • visibility 80
    • 0Komentar

    Oleh : Siswanto, MA Masjid sebagaimana kita ketahui merupakan tempat untuk beribadah dan bermunajat kepada Allah Swt. Karena untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt tentunya dibutuhkan sarana dan tempat yang tepat dan bisa lebih khusyuk dan khidmat dalam beribadah kepada Sang Kholiq. Maka, keberadaan masjid di tengah-tengah masyarakat ‘Muslim’ tentunya sangat dibutuhkan dan menjadi urgen […]

  • Ganjar Pranowo Buka Muskerwil PWNU

    Ganjar Pranowo Buka Muskerwil PWNU

    • calendar_month Kam, 10 Feb 2022
    • account_circle admin
    • visibility 46
    • 0Komentar

    Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menyampaikan sambutannya dalam Pembukaan Muskerwil PWNU Jateng SEMARANG – Gubernur Ganjar Pranowo, hadir dalam acara pembukaan Musyawarah Kerja Wilayah (Muskerwil) PWNU Jawa Tengah. Kamis (10/2) di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Selain Ganjar, acara tersebut juga dihafiri oleh para ulama NU se-Jateng dan beberapa tokoh lain seperti Pangdam, Kapolda dan […]

  • PCNU Ajak Warga Pati Sholat Ghoib untuk Mbah Maimun

    PCNU Ajak Warga Pati Sholat Ghoib untuk Mbah Maimun

    • calendar_month Sel, 6 Agu 2019
    • account_circle admin
    • visibility 51
    • 0Komentar

    PATI-Indonesia dirundung duka mendalam atas kabar berpulangnya KH. Maimun Zubair, pengasuh Pindok Pesantren Al Anwar Sarang, Rembang. Berita duka ini mulai beredar Selasa (6/8) pagi dari edaran di grup What’sapp. Awalnya banyak yang tidak percaya, namun konfirmasi resmi dari keluarga akhirnya memastikan bahwa KH. Maimun Zubair benar-benar telah berpulang. Imbauan sholat ghoib untuk Mbah Maimun […]

  • Photo by Nouman Younas

    KH. Sirodj: Sosok Cerdas Pencetus Pondok Pesantren Wetan Banon

    • calendar_month Jum, 10 Mei 2024
    • account_circle admin
    • visibility 118
    • 0Komentar

    Oleh. Natasya Avnal Maulida Siapakah KH Sirodj Sosok Kiai Haji Sirodj merupakan salah satu kiai besar di desa Kajen, kecamatan Margoyoso, kabupaten Pati, beliau adalah pendiri sekaligus pengasuh di pondok pesantren Wetan Banon yang kini lebih dikenal sebagai pondok pesantren Salafiyah Kajen. Beliau terlahir pada tahun 1865 di desa Kajen. Ayahnya bernama Ishaq bin Sawijah […]

expand_less