Iklan
Celoteh

Kemampuan yang Berbeda

Oleh : Inayatun Najikah

Beberapa hari yang lalu saya mengajak kekasih pada sebuah tempat. Disana kita sedang menunggu sebuah antrian untuk menanyakan perihal sesuatu pada ahlinya. Kebetulan saya baru pertama kali menghadapi hal semacam ini. Sehingga saya memintanya untuk menemani.

Pada saat menunggu, dia memberi saya masukan perihal apa saja yang harus saya katakan.

Konten Terkait
Iklan

“Pokoknya harus ngeyel. Kita kan konsumen. Dan konsumen adalah raja.”

Meski tak sama persis kalimatnya, kira-kira begitu maksud yang dia sampaikan. Dan saya mengangguk tanda mengerti.

Saat nomor antrian saya dipanggil, saya bergegas maju dan menceritakan kronologi secara runtut terlebih dahulu sebelum inti dari hal yang membawa saya kesini saya sampaikan kepada petugasnya. Saya pun mengikuti saran kekasih untuk ngeyel. Namun, petugasnya meminta maaf karena tak bisa membantu banyak. Beberapa kali saya mencoba untuk ngeyel lagi, namun petugasnya tetap berkata tak bisa membantu.

Setelah beberapa detik saya menghadap petugas, akhirnya saya kembali menghampiri kekasih untuk mengajaknya pulang. Dia menanyakan kok cepat sekali. Lalu saya menjelaskan kepadanya bahwa si petugas tak bisa membantu banyak. Tampaknya dia merasa kecewa dan tak puas dengan yang saya sampaikan.

Hingga secara spontan ia berkata, gitu saja kok tak bisa. Saya menghela nafas dan menanggapi perkataannya tersebut dengan perasaan yang sedikit kesal. Saya merasa sudah berusaha dan memang hanya segitu yang saya mampu. Tapi ternyata saya mendapat tanggapan yang begitu dari seorang yang saya sayangi.

Ketika dia mengucapkan hal itu, ada luka yang telah lama saya kubur kembali hadir. Saat kecil saya pernah merasakan hal serupa. Hanya saja berbeda situasi dan keadaan. Dulu saat saya kecil, saya meminta izin kepada bapak dan ibu untuk naik mobil mainan yang ada di alun-alun. Saya dengan rasa penasaran yang tinggi layaknya anak pada umumnya, ingin sekali naik mobil tersebut. Beberapa kali saya diajari oleh petugasnya namun tetap saja tak bisa.

Lalu saat kami perjalanan pulang, bapak berucap, seperti itu saja kok tak bisa. Padahal gampang. Saya merasa diri ini bodoh sekali saat itu. Mengapa saya tak bisa. Waktu itu saya membenarkan ucapan bapak dan menyalahkan diri saya sendiri. Dan karena perasaan menyalahkan diri tersebut, saya selalu merasa was-was dan khawatir dalam bertindak. Inginnya selalu berhasil.

Selama perjalanan proses hidup saya, saya belajar dan mempercayai bahwa setiap orang itu punya keterbatasan yang tak sama dengan yang lainnya. Namun mengapa orang-orang yang katanya menyayangi kita justru terkadang melupakan hal itu. Dan secara tersirat menyalahkan karena tak sesuai harapannya.

Kembali pada cerita awal saya. Saat perasaan kesal dan tak nyaman sedang melanda, saya merenung sebentar. Saya mencoba memahami. Bahwa setiap orang selalu saja pernah melakukan sebuah kesalahan, dan yang pasti setiap orang punya kemampuan dan keterbatasan yang berbeda. Apapun dan bagaimanapun itu.

Saya akan tetap belajar bagaimana menjadi yang lebih baik dari sebelumnya. Karena tak dipungkiri saya pun akan beresiko dapat bertindak spontan seperti yang diucapkan orang-orang yang saya sayangi tersebut. Maka memang benar jika berkehidupan itu ya memang harus mau terus belajar. Belajar dan senantiasa belajar. Sekian.

Iklan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Konten Terkait

Back to top button
bandar togel ppidsulsel.net stmik-hsw.ac.id bprdesasanur.com sv388 https://pa-kualakapuas.go.id/ widyagama.org univpancasila.com klik88 provider game slot www.paramadina.org slot gacor klik88 slot gacor scatter hitam slot gacor idn situs slot gacor live casino online game slot slot gacor pg slot gacor malam ini slot pragmatic play link tok99toto tok99toto login slot scatter hitam bojonegorokab.net menpan.net www.latinseminary.org k86sport login slot gacor zeus slot gacor idn slot mahjong mudah jackpot slot gacor 4d https://smpn10kotasukabumi.or.id/ slot klik88 klik88 login slot gacor slot demo