Begitulah Demi
Oleh : Niam At Majha
Saya berselancar di dunia maya dengan lihat lihat status di Whatsapp dan Reels di Instagram dan cuitan di Twitter dan pertanyaan Apa yang Anda Pikirkan di Facebook sambil menikmati secangkir kopi dalam sendirian dan keterasingan dari orang orang yang sibuk dengan ke si bukannya masing masing. Meja tempat saya ngopi hingga saat ini tak pernah ada yang menduduki, seakan sudah terpesan sebelumnya. Setiap kali saya datang ke tempat ini selalu saja kosong, tak berpenghuni, atau jangan jangan sengaja di siapkan buat saya menyendiri sambil mengamati hiruk pikuk hulu hilir orang-orang yang pada datang dengan berbagai macam rencana kepentingan.
Setelah beberapa jam saya berselancar di dunia maya tersebut saya menemukan sebuah status yang intinya apa yang di lakukan saat ini dan yang akan mendatang adalah semuanya demi rakyat, demi negara, demi bangsa, demi agama, dan demi demi yang lainnya. Saat saya melihat dan mengetahui ungkapan tersebut, dalam nalar saya berfikir begitu hebatnya orang tersebut seakan hidupnya, waktunya, tenaganya tercurah kan untuk orang lain, begitu mulia seperti pahlawan meski kesiangan.
Sedangkan saya sendiri semua apa yang saya jalani, saya lakukan hanya untuk diri sendiri, memikirkan apa yang terbaik buat diri saya sendiri, karir saya, kenikmatan dan kebahagiaan saya pribadi, egois memang tapi bagaimana lagi, saya baru mampu berbuat yang seperti itu.
Begitulah demi, kalimat sederhana yang seringkali dibuat senjata untuk menyakinkan orang banyak, guna untuk mengambil simpati dari sekian orang dengan bumbu-bumbu dalih yang teramat meyakinkan bagi siapa saja yang menderngarkannya. Akan tetapi bagaimana lagi beginilah yang terjadi dan begitulah demi yang semakin hari dengan bertambahnya bulan ungkapan tersebut sering diujarkan dan menjadi kalimat yang laris manis untuk mendapatkan simpati, empati, kepercayaan dari banyak orang.
“Mas…mas… kau menulis begini karena biar ada orang yang mau membaca celotehanmu dalam Parodi setiap hari Rabu, kalau diruntut disamakan kan sama saja dengan demi akan tetapi dengan maksud dan tujuan yang berbeda,”
Setelah mendengar apa yang dikatakan teman saya tersebut dan saya angan-angan dengan berfikir mendalam, ternyata ada benarnya juga. Saat ini, termasuk saya banyak yang berbusa-busa merasa paling sosial, paling perhatian di lingkungan, pemerhati apa saja dengan jargon semuanya itu demi kita semua, masalah kita semua, dan masalah lainnya. Akan tetapi yang seperti itu, malahan berlindung, mencari, memanfaatkan sebuah kalimat begitulah demi, dan pada pungkasnnya yaitu demikian dan sekian dan terima kasih.