Koalisi
Oleh : Niam At Majha
Dari senja tadi hujan tak berhenti-berhenti. Padahal pagi tadi tetangga Bumi Mina Tani sedang mengalami banjir bandang mengaliri jalan-jalan, rumah-rumah dan kampung kampung Purwodadi Grobogan. Meski banjir sebagian, akan tetapi telah membuat banyak status Whatsapp tegang.
Itulah kisah hari ini. Ada yang mengalami banjir, ada pula yang mencoba memperbaiki sebuah koalisi. Baik dari sisi samping atau pun tepi belakang. Ketika Parodi ini dibuat saya sedang mendengarkan di salah satu chanel Youtube yang membicarakan, membahas perihal sebuah perusahaan besar beserta cabang-cabangnya telah tersebar dimana-mana. Meskipun dalam hal ini di setiap cabang ada berkembang pesat, ada pula setengah-setengah, ada pula tiarap tanpa sebab semuanya tergantung dari kepala unit tersebut.
Dalam dialog tersebut yang sempat saya dengarkan dan saya rangkum sebisanya dengan pengubahan seperlunya. Tanpa penambahan atau pun pengurangan, akan tetapi maksud dan tujuan kurang lebihnya sama. Bisa kurang dan lebih. Salah satu bagian pengembang perusahaan tersebut mempunyai ide yang berlian ia mengatakan akan melakukan invasi agar perusahaanya dapat dikenal serta diakui akan eksistensinya. Tanpa ada rapat dengan lainnya atau pun berbincang-bincang ringan dengan devisi samping kanan dan kiri. Ia telah mempersiapkan semuanya. Menjadi hero tanpa super.
Dan pada akhirnya; invasi untuk menjalin koalisi dengan perusahaan lain terjadi. Tanpa ada kendala yang berarti. Koalisi ditanda tangani. Satu devisi dengan devisi lainnya tak ada yang mencurigai. Saling mempercayai, sebab ini untuk sebuah kemajuan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Jika perusahaan ini jalan, penganguran kemiskinan kebodohan akan sedikit teruraikan.
Satu hari dua hari tiga hari sampai berganti bulan. Tanpa sengaja ada salah satu orang dari perusahaan sebelah, kemarin dapat dikatakan terkilah. Ketika lagi menikmati jahe hangat dipinggir jalan pada sebuah angkringan mengemukakan.
“Saya masukkan sebagai motivator dalam perusahaan bapak, akan saya janjikan yaitu perusahaan bapak akan saya kasih bahan baku untuk menunjang keberlangsungan perusahaan, lantas untuk lain dan sebagainya koalisi yang kita sepakati ini hanya kita berdua yang tahu, apapun bahasan informasi harus lewat satu pintu yaitu saya”
“Sekarat…sepakat maksudnya”
Dengan lugu dan lucunya orang tersebut bercerita ria tentang koalisi yang dijalin lewat jalan sebelah dan pintu belakang tanpa dihadang. Orang tersebut lupa jika perusahaan ini banyak orang yang mengawasi meskipun tanpa harus dimintai informasi.
“Berarti selama ini koalisi terjalin untuk menguntungkan pribadi? Dalam artian ia menawarkan ini dan diberikan ini”
Maka, setelah ini harus bagaimana lagi. Jika koalisi saja dengan dalih untuk kemajuan perusahaan akan tetapi ternyata untuk meraup keuntungan pribadi. Dan apabila dinalar secara akal perusahaan yang terjalin koalisi arah dan tujuan amatlah berbeda. Perihal yang sudah terjadi semuanya dikembalikan pada komisaris perusahaan yang dapat memberikan putusan. Jangan sampai komisaris malahan narsis di setiap kegiatan yang diadakan tanpa mengevaluasi atau pun memberikan arahan hingga pemecatan apabila bertindak keterlaluan.
Perlu digaris bawahi. Setiap tawaran koalisi harus diwaspadai dari pada di akali. Sebab satu kepentingan tanpa kemakmuran.
Bagaimana lagi?