Santun(an)
Oleh : Niam At Majha
Menjelang hari kemenangan. Berbagai macam kegiatan banyak dilakukan. Mereka mengatakan memburu pahala; berlomba-lomba dalam kebaikan. Dan kegiatan tersebut seringkali dengan embel-embel mengentaskan kesedihan serta berbagi kebahagiaan terdahap mereka yang dalam menjalani hidup dan kehidupan belum mendapatkan keberuntungan. Dalam tanda kutip mereka yang sendari kecil telah ditinggalkan orang tuanya baik dari pihak Ibu atau Bapak.
Dan bagi sebagian orang anak-anak tersebut memperlukan uluran kasih sayang. Maka dari itu perlu di adakan kegiatan yang meriah dan wah. Mendatangkan mereka untuk mendapatkan label dari masyarakat setempat atau umum yaitu dengan kata dermawan dengan berbagi kebahagiaan terhadap anak-anak yang menurut mereka kurang mendapatkan kebahagiaan dan kasih sayang.
Sejujurnya, ketika mendengar kalimat santunan dalam hati saya teriris-iris yaitu dengan adanya ada di suruh maju kedepan di berikan paparline dan sambil diusap usap kepalanya di doakan dan diumumkan. Tanpa berbicara mereka mengatakan inilah anak-anak yang perlu mendapatkan uluran tangan; perlu mendapatkan kasih sayang bagi siapa saja. Terlebih lagi dengan dalil-dalil agama pula untuk menguatkan dan dijanjikan surga serta pahala yang berlipat-lipat.
“Mas…mas namanya orang memberi ya butuh apresiasi…!”
Ada benarnya pula dengan apa yang dikatakan oleh teman saya tersebut. Sebab saat ini siapa yang memberi perlu apresiasi dan siapa dermawan butuh pengakuan. Tapi bagaimana lagi karena kita saat ini hidup dimana semua harus perlu publikasi sebagai bukti. Dan semua kegiatan perlu di siarkan jika ingin mendapatkan pengakuan.
“Mas..kira-kira mereka yang dermawan itu pernah bertanya tentang hatinya dan perasaanya ketika disuruh maju ke depan dan dipertontonkan kepada orang banyak serta di kasih satu-satu paperline?”
Tentu tak pernah. Kalau boleh saya mengatakan kesedihan saat ini dapat dijual belikan untuk mendapatkan apa yang di inginkan. Dari kesedihan terbitlah sebuah kebahagiaan dan pengakuan. Meskipun masih dua pekan untuk menyongsong hari kemenangan; kita telah mendapati kegiatan-kegiatan yang bergiliran baik dari perusahaan atau pun ormas keagamaan. Niat dan maksud tujuannya adalah berbagi kebahagiaan di hari ramadhan.
“Namun tanpa mereka semua kegiatan santunan-santun(an) tak dapat dilaksanakan; terwujudkan terlepas dari pandangan sisi kanan dan sisi kiri serta sebelah”
Saya mengiyakan apa yang telah dikemukan teman saya tersebut. Akan tetapi berharapan pada sebuah harapan kedepannya ketika kita berbagi kebahagiaan sedikit banyak memikirkan tentang perasaan dan psikologi anak tersebut. Sebab seperti yang di katakan Naruto hanya orang yang pernah sakit yang dapat merasakan kesatikan orang lain. Kurang lebihnya seperti itu.
Dari santun(an)terdapat kebahagian; sedikit mengurangi kesedihan.
“Bernarkah begitu kawan?”