Salah Pilih Susah Pulih
Oleh: Niam At Majha
Ketika saya menulis ini setelah menggunakan hak pilih yang katanya untuk kemajuan Indonesia ke depan. Mulai dari Presiden DPD, DPR RI, Jateng dan Kabupaten saya telah menggunakan hak secara benar sesuai dengan ketentuan dari Bawaslu dan KPU. Sepulang dari kegiatan tersebut dan jali kelingking saya terkena tinta. Saya mencari ide dengan scrol sana sini baik Twitter Facebook dan Instragram untuk mencari tema dan judul yang tepat untuk menulis parodi hari ini.
Setelah berselancar kesana kemari, pada akhirnya saya menemukan sebuah postingan yang ada di akun Greenpeace yaitu sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat dan menyebutnya Greenpeace hadir karena ada karena bumi yang rapuh ini layak mendapatkan suara. Itu butuh solusi. Itu butuh perubahan. Itu butuh aksi. Dan saya mengambil salah satu postingan tulisan yaitu Salah Pilih Susah Pulih dan kalimat tersebut saya pergunakan untuk judul utama dalam parodi kali ini.
Sejujurnya, kalimat tersebut tentu akan berbeda cara penafsiran. Bagi siapa saja yang membacanya. Karena yang dimaksud dan dituju Geenpeace dengan saya pun berbeda. Maka dari itu, saya hanya mengurai tentang pemahaman saya perihal Salah Pilih Susah Pulih. Pada dasarnya setiap pilihan tentu akan mempunyai dampak positif dan negatifnya; Yin dan Yang. Akan tetapi, pada pemilihan tahun 2024 berbeda dan sangat berbeda sekali. Karena apa? sebab saya dan teman saya, masyarakat sekeliling saya suaranya hanya di pungut saja, sedangkan kedepannya suaranya tak di dengar.
“Habis manis sepah di daur ulang”
Begitulah teman saya sering mengatakan. Meskipun di pungut suaranya; tentu tak sedikit yang salah. Ada yang masyarakat hak suaranya diberikan pada setiap orang yang memberikan Paperline dan Merpati.
“Saya dikasih lima Paperline ya nantinya saya coblos lima”
Saya mendengar celoteh tersebut ketika sedang mengantri menunggu panggilan. Dari kejadian tersebut, ternyata banyak yang lupa apabila masyarakat kita itu minim membaca dengan tuntas. Seperti halnya kemarin ketika saya berstatus di Whatsapp tentang musibah banjir, banyak yang berkomentar bertanya; tanpa sabar menunggu status selanjutnya. Dari kejadian tersebut saya mengambil sebuah kesimpulan apabila kita, saya dan Anda masih suka langsung berkomentar tanpa berfikir sebentar.
Ketika ada kejadian tersebut, tentu yang salah adalah tim bawah yang hanya menyebarkan Paperline dan Merpati tanpa memberikan pendidikan tepat dan akurat. Sehingga masyarakat yang diberikan pun bisa merima dari siapa saja, calon mana saja. Dan pada akhirnya dipilih semua.
Maka dari itu, tentang Salah Pilih Susah Pulih benar adanya; yang susah pulihnya adalah bagi calon calon legislatif yang sudah tebar gambar dan bagi bagi Paperline dan Merpati dengan harapan untuk memilih dirinya malahan salah sehingga untuk kembali pulih pun rada susah.
“Mas…kok sepertinya tulisan kali ini kok rada njlimet dan loncat loncat kesana kemari?”
Ya begitulah mas
Seperti pemilu?
xiiixiiiiixiiix