Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Kolom » Intelektual dan Karir Sosial KH. Ahmad Nafi’ Abdillah

Intelektual dan Karir Sosial KH. Ahmad Nafi’ Abdillah

  • account_circle admin
  • calendar_month Rab, 1 Mar 2017
  • visibility 121
  • comment 0 komentar

Kedalaman ilmu, kebeningan hati, keagungan moral, dan kearifan hidup tidak lahir tiba-tiba. Ia membutuhkan asupan ilmu, bimbingan rohani, dan pancaran cahaya Ilahi dari orang-orang di sekitarnya. Peran keluarga dan lingkungan sangat vital untuk membentuk pribadi agung di atas. Salah pribadi agung tersebut adalah KH. Ahmad Nafi’ Abdillah. Beliau lahir dari lingkungan keluarga yang sangat religius, keluarga yang mengutamakan internalisasi nilai-nilai karakter religi yang sangat dalam. KH. Abdullah Zein Salam (Mbah Dullah) adalah sosok yang sangat tegas dan teguh memegang prinsip. Sebagaimana penuturan al-Marhum dan al-Maghfurlah KH. MA. Sahal Mahfudh ketika penulis wawancarai, KH. Abdullah Zein Salam selalu masang target kepada anak didiknya dalam belajar. Ketika Kiai Sahal belajar di Pondok Pesantren Bendo Kediri, Mbah Dullah memasang target yang tinggi kepada Kiai Sahal untuk menguasai fan ilmu ini dan itu. Kiai Sahal menjadi terpacu dengan target tinggi ini untuk terus meningkatkan kapasitas keilmuan dari waktu ke waktu, sehingga tidak ada waktu luang kecuali digunakan untuk muthala’ah, muthala’ah, dan muthala’ah.
Mbah Dullah sebagaimana penuturan murid beliau al-Marhum al-Maghfurlah KH. Syafi’uddin (Pengasuh Pondok Pesantren Dhiyaul Qur’an Kajen) ketika mengajar al-Qur’an menerapkan prinsip disiplin dan tegas. Ketika santrinya kurang cepat menyerap ilmu yang diberikan atau dalam membaca al-Qur’an banyak kesalahan, maka tidak segan-segan Mbah Dullah menegur dan memberikan peringatan. Dalam mendidik putra-putrinya, Mbah Dullah juga sangat tegas dan jauh dari kesan memanjakan. Beberapa sumber yang penulis ingat mengatakan, Mbah Dullah tidak memanggil putra-putrinya dengan panggilan Gus-Neng, tapi langsung dengan namanya, supaya tidak ada rasa sombong dalam hati putra-putrinya. Mbah Dullah juga tidak segan-segan menghukum anaknya ketika melakukan pelanggaran. Hal sama juga dilakukan KH. Mahfudh Salam, ayahanda KH. MA. Sahal Mahfudh dan kakak KH. Abdullah Zein Salam dalam mendidik anak-anaknya. Menurut Kiai Sahal, ketika beliau membaca al-Qur’an ternyata banyak kesalahan, maka ayahandanya langsung menegur dan memberi hukuman, tentu yang mendidik. Kiai Sahal ketika takut, maka beliau langsung lari menuju kediaman kakeknya KH. Abdussalam dan ketika lari ke pangkuan kakeknya, maka KH. Mahfudh Salam tidak berani menyusul Kiai Sahal karena hormatnya kepada ayahanda.
KH. Ahmad Nafi’ Abdillah tumbuh dalam lingkungan keluarga yang religius, disiplin, dan ketat, baik dalam lapangan ilmu, akhlak, dan perjuangan seperti gambaran di atas. Lahir dari ayahanda KH. Abdullah Zein Salam dan Hj. Aisyah, Kiai Nafi’ Abdillah mendapatkan asupan gizi pengetahuan, spiritual, dan sosial yang sangat dalam. Pengaruh pendidikan ayahnya sangat melekat dalam kepribadiannya. Di samping itu, pengaruh guru-guru beliau di Perguruan Islam Mathali’ul Falah juga sangat besar membentuk karakter beliau yang kuat. KH. Muhammadun Abdul Hadi dan KH. MA. Sahal Mahfudh adalah guru-guru istimewa beliau di Kajen yang menumbuhkan ghirah ilmiyyah dalam diri Kiai Nafi’ untuk mencintai ilmu, mengamalkan ilmu, dan menyebarluaskannya kepada masyarakat.
Guru berpengaruh lainnya adalah KH. Maimun Zubair ketika Kiai Nafi’ meneruskan jenjang pendidikannya ke Pondok Pesantren Sarang. Pondok Sarang secara umum adalah pondok yang orientasi tafaqquh fiddin-nya sangat kuat, khususnya dalam bidang fiqh. Pondok Sarang dikenal sebagai pendekarnya Bahtsul Masail (forum diskusi keagamaan untuk membahas dan memutuskan status hukum masalah aktual yang terjadi dengan tendensi kitab kuning) dari dulu sampai sekarang. Kedalaman aspek gramatikal bahasa (nahwu-sharaf) sangat diperhatikan di Pondok Sarang ini sebelum naik ke jenjang fiqh dan ushul fiqh serta balaghah. Kiai Nafi’ tentu mengalami pergulatan keilmuan yang sangat intens selama di Sarang, bergumul dengan berbagai karya ulama yang dikenal dengan istilah kitab kuning, baik dalam bidang nahwu-sharaf, fiqh-ushul fiqh, balaghah, tafsir, hadis, akhlak, tasawuf, dan lain-lain.
Pergulatan intelektual intens dengan banyak muthala’ah ini menjadi sebuah keniscayaan, tidak hanya mengharap barakah tanpa belajar. Ketika penulis kelas 1 Aliyah PIM, Kiai Nafi’ memberikan wejangan kepada siswa-siswa bahwa barakah sekarang tidak bisa didapatkan tanpa belajar yang tekun. Jika ingin mendapatkan berkah para wali dan guru PIM, maka syaratnya adalah belajar tekun harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bahasa al-Marhum al-Maghfurlah KH. Ali Fattah Ya’qub “waqaddimid dirayah ala ar-riwayah” dahulukan belajar dari riwayat harus selalu dijadikan prinsip utama siswa-siswa PIM untuk mendapatkan keberkahan ilmu. Kiai Mu’adz Thohir sering menceritakan hikayat KH. Muhammadun Abdul Hadi yang belajar sampai lupa waktu ketika diajak munadharah kitab Jam’ul Jawami’ bersama gurunya KH. Mahfudh Salam setelah mengkhatamkan kitab Jam’ul Jawami’ bersama gurunya tersebut.
Thariqah Bersama Habib Luthfi
Pergulatan intelektual Kiai Nafi’ semakin lengkap ketika beliau mengikuti jalan thariqah dengan mursyid Habib Luthfi Pekalongan. Ketika penulis wawancara beliau bersama Mas Ratna Andi Irawan dalam momentum satu abad PIM (2012), Kiai Nafi’ menceritakan pengalaman pendidikan thariqahnya dengan Habib Luthfi yang pada akhirnya beliau diangkat menjadi Mursyid Thariqah dengan tugas yang sangat berat dan agung, yaitu membai’at dan membimbing santri-santri untuk mengambah jalan (suluk) mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dalam konteks bekerja, Kiai Nafi’ sering mengingatkan kepada orang-orang, khususnya ketika kami shilaturrahim saat lebaran (badan dalam istilah jawa) supaya tetap bertawakkal kepada Allah dan jangan menghitung keuntungan dan memastikannya. Kiai Nafi’ menceritakan pengalaman pribadinya ketika beliau bisnis kapuk dengan kalkulasi keuntungan yang besar, misalnya membeli kapuk dengan harga sekian, kemudian dijual dengan harga sekian, maka keuntungan yang didapat sekian dalam jumlah besar. Apa yang terjadi ? setelah kapuk dibeli, ternyata harga jatuh, akhirnya tidak jadi untung. Hal ini untuk mengingatkan supaya dalam ber-ikhtiyar (bekerja) tidak melupakan aspek tawakkal dan i’timad kepada Allah sebagai Sang Pemberi Rizki dan Pemberi Anugerah satu-satunya, bukan yang lain. Hal ini sebagaimana prinsip kaum Ahlussunnah Wal Jama’ah, khususnya Imam Al-Asy’ari yang melahirkan konsep al-kasb (usaha) sebagai antitesa paham qadariyyah (free will) dan jabariyah (fatalistic). Kasb ini menjadi kompetensi manusia yang bisa digunakan, tapi hasil akhirnya ada dalam genggaman Allah SWT.
Aktivis Organisasi NU
Ketika penulis masih di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Kajen Tengah, penulis sering dereake (menemani) Al-Marhum Al-Maghfurlah KH. Ahmad Fayumi Munji mengikuti forum bahtsul masail MWCNU Margoyoso yang saat itu moderatornya adalah al-Marhum al-Maghfurlah KH. Ma’mun Muzayyin. Ketika bahtsul masail dalam rangka Haul Mbah Ronggokusumo, Kiai Nafi’ hadir dan membacakan ta’bir. Kiai Nafi’ juga sering ke Pondok Raudlatul Ulum untuk mengikuti persiapan Bahtsul Masail di tingkat Wilayah bersama KH. Ahmad Fayumi Munji. Penulis sering menyaksikan hal ini. Informasi lain yang penulis himpun dari Bapak Salamun, aktivis PCNU Pati, KH. Ahmad Nafi’ Abdillah pernah menjadi pengurus PCNU Pati dan saat itu beliau aktif ngantor (masuk kantor) untuk menjalankan amanah tersebut. Sampai akhir hayatnya, KH. Ahmad Nafi’ Abdillah menjadi Mustasyar PCNU Pati sebagai sesepuh yang bertugas membimbing pengurus NU supaya berada di jalan yang benar. Sebuah keteladan Sang Kiai kepada kader-kader muda supaya serius mengurus NU dalam rangka khidmah kepada ulama dan umat. NU tidak boleh dibuat mainan, apalagi batu loncatan untuk hal-hal yang sifatnya material dan kedudukan.
Direktur PIM
Sejak meninggalnya KH. MA. Sahal Mahfudh tahun 2014, KH. Ahmad Nafi’ Abdillah meneruskan estafet kepemimpinan PIM sebagai Direktur. Pada masa kepemimpinan beliau, kedisiplinan guru dan murid terjadi peningkatan tajam. Kaidah al-wajib la yutraku illa lil-wajib, kewajiban mengajar tidak boleh ditinggalkan kecuali dengan sesuatu yang wajib, dipraktekkan guru dan siswa dengan tertib. Bimbingan spiritual kepada guru sebagai pengukir karakter anak ditingkatkan dengan pengajian Al-Hikam kepada para guru di gedung PIM. Jika guru baik, maka insya Allah anak didik baik, karena kata guru bermakna filosofis, yaitu digugu ucapannya dan ditiru perilakunya.(Penulis Alumnus PIM 1997 dan Wakil Ketua PCNU Pati)
  • Penulis: admin

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • Alumni Haramain yang Membeli ‘Ijazah Haji’

    Alumni Haramain yang Membeli ‘Ijazah Haji’

    • calendar_month Kam, 6 Jun 2024
    • account_circle admin
    • visibility 71
    • 0Komentar

      Maulana Karim Sholikhin* Sebagian calon jama’ah haji Indonesia, telah menduduki kota Makkah. Jumlahnya pun tak main-main, tahun ini, 241 ribu kepala diberangkatkan ke tanah haramain. Itu baru lima persen dari jumlah total jama’ah haji seluruh dunia. Bisa dibayangkan betapa crowded-nya di sana. Urusan ongkos pun tak bisa dibilang merakyat. Meski ‘hanya’ Rp 56 juta, […]

  • Ketua PCNU Ajak Warga Pati Jaga Kondusifitas, Polresta Ingatkan Masyarakat Tidak Terprovokasi

    Ketua PCNU Ajak Warga Pati Jaga Kondusifitas, Polresta Ingatkan Masyarakat Tidak Terprovokasi

    • calendar_month Ming, 31 Agu 2025
    • account_circle admin
    • visibility 96
    • 0Komentar

      Pati – Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pati, KH. Yusuf Hasyim, menyerukan kepada masyarakat untuk tetap menjaga persatuan dan kedamaian di tengah dinamika yang terjadi di wilayah Pati. Menurutnya, menjaga ketenteraman adalah wujud nyata dari menjalankan perintah Allah SWT dalam bingkai persaudaraan dan persatuan. “Kita semua harus yakin bahwa Pati ini cinta […]

  • Mengenal Matsna, Pimpinan Baru IPNU Pati

    Mengenal Matsna, Pimpinan Baru IPNU Pati

    • calendar_month Sel, 31 Agu 2021
    • account_circle admin
    • visibility 119
    • 0Komentar

    PATI – Matsna Zakiyyatus Salwa sosok gigih yang saat ini menjabat sebagai ketua cabang IPNU Pati hingga 2023 nanti. Pria kelahiran 05 Desember 1999 ini mengusung visi ‘Sinergitas pelajar NU yang berilmu, humanis dan mandiri’ dalam mengemban tugas barunya ini. Untuk mewujudkan visi tersebut, pria berkacamata yang berasal dari Desa Pagerharjo, Kecamatan Wedarijaksa, Kabupaten Pati […]

  • Soal Perayaan Tahun Baru, PCNU Buka Suara

    Soal Perayaan Tahun Baru, PCNU Buka Suara

    • calendar_month Jum, 31 Des 2021
    • account_circle admin
    • visibility 84
    • 0Komentar

    K. Yusuf Hasyim, Ketua PCNU Pati PATI – Memungkasi kalender masehi, selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat luas. Perayaan pergantian tahun, hampir pasti diiringi dengan kemeriahan.  Tahun ini, suasana kemeriahan tahun baru 2022 tampaknya akan sedikit redup. Pasalnya, seperti diketahui bersama, situasi pandemi di negeri ini masih belum menemui ujung.  Namun demikian, beberapa komunitas […]

  • Momen halal Bi Halal MWCNU Winong, Ranting NU dan Banomnya Sepakat Dukung Penuh Klinik NU HALAL BI HALAL Pratama Rawat Inap

    Momen halal Bi Halal MWCNU Winong, Ranting NU dan Banomnya Sepakat Dukung Penuh Klinik NU HALAL BI HALAL Pratama Rawat Inap

    • calendar_month Rab, 23 Apr 2025
    • account_circle admin
    • visibility 73
    • 0Komentar

      Pcnupati.or.id- Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Winong mengadakan acara Halal Bihalal pada minggu, 20 April 2025. Halal Bihalal yang dilaksanakan bertempat di Gedung Klinik Pratama Rawat Inap NU Winong ini dihadiri oleh Ketua PCNU Kab Pati KH Yusuf Hasyim, S.Ag, M.SI, Pengurus MWCNU Winong, Muspika Kec Winong, Badan Otonom Muslimat NU, Fatayat […]

  • PCNU-PATI

    Pelepasan Festival Aswaja Annahdliyah Anak PAID dan TPQ YPMNU Kabupaten Pati

    • calendar_month Kam, 8 Des 2022
    • account_circle admin
    • visibility 64
    • 0Komentar

    Pcnupati.or.id- Yayasan Pendidik Muslimat NU mengadakan kegiatan pelepasan Festival Aswaja Annahdliyah Anak PAID dan TQP YPMNU beberapa waktu lalu menuju ke tingkat Provinsi Jawa Tengah “Pelepasan ini dengan tujuan untuk memberikan dukungan dan semangat agar para peserta makin giat berkompetisi” jelas Hj. Nur Laeli, SPd Selain itu, turut hadir dalam acara tersebut yaitu PJ Bupati […]

expand_less