Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Kolom » NU dan Kesadaran Kebangsaan dalam Pluralitas Bernegara

NU dan Kesadaran Kebangsaan dalam Pluralitas Bernegara

  • account_circle admin
  • calendar_month Sab, 24 Jun 2023
  • visibility 67
  • comment 0 komentar

Oleh : Siswanto, MA

Nahdlatul Ulama (NU) yang didirikan pada 31 Januari 1926 lahir dari gagasan sejumlah kiai pesantren yang tersebar di Pulai Jawa-Madura. Paling tidak, ada dua sosok kunci yang berjasa dalam tumbuh-kembangnya NU, yakni Hadhratu Syaikh Hasyim Asy’ari dan KH. Wahab Hasbullah. Jika KH. Wahab sebagai penggerak organisatornya, maka Hadhratu Syaikh Hasyim Asy’ari  sebagai gurunya dan sekaligus sebagai legitimator-konseptornya.  Duet ulama besar ini memiliki pengaruh yang sangat luar biasa dalam kehidupan beragama sekaligus bernegara, baik di dalam negeri bahkan juga hingga kancah internasional.

Selain itu, meskipun kedua ulama tersohor di atas berdomisili di daerah pelosok, yaitu di padepokan pesantren Tebuireng Jombang, Hadhratu Syaikh Hasyim Asy’ari memiliki perhatian penuh terhadap perkembangan sosio-politik yang sedang berlangsung di negera yang sedang berada di bawah cengkeraman pemerintah kolonial.

Hadhratu Syaikh Hasyim Asy’ari mendirikan dan memimpin organisasi sosial kemasyarakatan Nahdlatul Ulama (NU) sebagai wadah perjuangan keagamaan sekaligus kebangsaan secara bersamaan. Sehingga moderasi bergama dan bernegara sangat tampak dominan dalam pemikiran Hadhratu Syaikh Hasyim Asy’ari., saat beliau memimpin NU. Di satu sisi beliau juga peduli dengan keadaan bangsa yang pada waktu itu masih terjadi peperangan, sehingga beliau menyerukan persatuan dan menyalakan semangat juang melawan penjajah, di satu sisi yang lain, beliau mengingatkan dan menekankan, bahwa persoalan-persoalan parsial dalam ajaran-ajaran keagamaan jangan sampai memecah belah umat Islam.

Oleh karena itu, Hadhratu Syaikh Hasyim Asy’ari menganjurkan agar umat Islam bermasyarakat dan berbaur, karena setiap orang tidak dapat memenuhi kebutuhanya sendiri. Bagi Hadhratu Syaikh Hasyim Asy’ari, “Persatuan keterikatan satu hati dengan yang lainnya, kebersamaannya dalam satu perkara dan kesatupaduan dalam satu kata merupakan sarana terpenting menuju kebahagiaan dan kasih sayang.

Menurut Hadhratu Syaikh Hasyim Asy’ari, “perpecahan merupakan penyebab kelemahan dan kerusakan”, dengan demikian “bekerjasama merupakan pusat sistem kehidupan berbangsa.” Selaras dengan pendapat madzhab Syafi’i, Hadhratu Syaikh Hasyim Asy’ari menyatakan bahwa negara Indonesia bukanlah merupakan negara yang harus diperangi (dâr al-harb), dan bukan juga merupakan negara Islam (dâr al-islâm), tetapi Indonesia ini adalah negara sanggah atau damai (dâr al-shulh).

Berdasarkan pernyataan Hadhratu Syaikh Hasyim Asy’ari yang disarikan dari pendapat madzhab Syafi’i kita dapat memahami bahwa suatu negara yang tidak memerangi Islam dan menerapkan hukum dengan tetap berpegangan pada nilai-nilai Islam serta tidak membatasi gerak umat Islam dalam menjalankan praktik-praktik ritual peribadatannya maka itu berarti adalah negara damai yang secara otomatis harus dibela dan dipertahankan dengan segenap jiwa dan raga.

Sedangkan menurut KH. Abdurrahman Wahid, yang akrab disapa Gus Dur, menyatakan bahwa hubungan antara agama dengan negara dalam sejarahnya tidaklah sama. Namun sejarah juga telah membuktikan bahwa negera berperan penting dalam mendukung dan mendorong dinamika kehidupan beragama.

Sebaliknya, agama juga berperan penting dalam menciptakan dan mendorong pembangunan etika kehidupan bernegara. Walaupun demikian, negara tidak harus berbentuk agama tertentu, termasuk agama Islam, yang terpenting ada keserasian dengan agama Islam. Dengan demikian, prinsip saling menghormati menjadi dasar utama keberlangsungan negara ini.

Penghormatan terhadap pluralitas dan kerjasama antara agama juga tampak ketika para pendiri negara sedang merumuskan Pancasila. Mereka yang mayoritas Muslim memiliki sikap yang terbuka dan lapang dada untuk dapat saling menghargai dan menghormati keyakinan agama lain. Fenomena ini, menjadi bukti sejarah pendirian negara Indonesia yang sangat otentik dan tidak terbantahkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sudah final dan tidak bisa diganggu gugat lagi.

Prinsip penghormatan terhadap agama lain menjadi agenda Gus Dur untuk memperkokoh NKRI. Pemikiran ini dapat kita lacak ketika Gus Dur menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Gus Dur tidak hanya melakukan reformasi di tubuh PBNU, tetapi juga bersama KH. Ahmad Siddiq melakukan transformasi proses pemahaman bahwa Pancasila adalah titik kompromi yang sudah tepat dan final dalam membangun tata kehidupan yang majemuk dan beragam di Indonesia. Gagasan besar mengenai relasi agama dan negara ini dapat ditelaah dari gagasan “kebangsaan” dan “NU kembali ke Khittah” yang kemudian disahkan pada Muktamar NU di Situbondo tahun 1984. Dalam konteks ini, NU menjadi organisasi sosial keagamaan pertama yang menerima ideologi Pancasila sebagai asas tunggalnya.

Dalam hal ini Gus Dur menyatakan “Dalam konteks politik Islam mutakhir, rumusan tersebut (relasi agama dan negara, pen.) sudah dirumuskan secara formal oleh Nahdlatul Ulama dalam Munas Alim Ulama NU di Situbondo tahun 1983 setahun sebelum Muktamar berlangsung. Dikatakan bahwa Pancasila adalah asas dari Nahdlatul Ulama sedangankan Islam adalah akidahnya.

Menurut Gus Dur, Islam tidak mewajibkan pendirian negara agama, tetapi yang dibicarakan justru tentang manusia secara keseluruhan, yang tidak memiliki sifat memaksa, yang terdapat dalam setiap negara. Islam cukup menjadi mata air yang mengairi Pancasila dengan nilai-nilai luhur agama dan budaya bangsa, sehingga Islam bisa bersatu dengan kearifan budaya bangsa. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa agama dan budaya menjadi entitas yang membentuk ideologi negara berupa Pancasila.

  • Penulis: admin

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • PCNU-PATI Photo by Ferhat Deniz Fors

    Kecerdikan Penyair Qaba’sara Melawan Hajjaj bin Yusuf

    • calendar_month Sen, 14 Agu 2023
    • account_circle admin
    • visibility 91
    • 0Komentar

    Oleh :  Muhammad Rofiq Siapa yang tak kenal dengan Hajjaj bin Yusuf. Seorang gubernur Irak yang terkenal tegas dan kejam dimasa pemerintah Khalifah Abdul Malik bin marwan, apapun yang menjadi rintangan bagi Hajjaj bin yusuf akan dilibas olehnya tanpa pandang bulu. Namun dibalik kisahnya itu, ia pernah kalah cerdik oleh seorang penyair bernama Qaba’sara. Qaba’sara […]

  • PBNU Mantabkan Agenda Harlah ke-102 Nahdlatul Ulama

    PBNU Mantabkan Agenda Harlah ke-102 Nahdlatul Ulama

    • calendar_month Sel, 7 Jan 2025
    • account_circle admin
    • visibility 99
    • 0Komentar

    pcnupati.or.id – Runtutan resepsi peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Nahdlatul Ulama versi hijriah telah digagas oleh PBNU. Pada tahun 2025 Masehi yang bertepatan dengan 1446 Hijriyah ini, NU genap berusia 102 tahun. “Sesuai AD ART NU pasal satu, NU lahir 16 Rajab,” ungkap Nur Hidayat, Panitia HUT NU ke-102. Pada tahun ini, secara kebetulan, 16 […]

  • Ranting IPNU IPPNU Alasdowo Tanam 500 Bibit Tanaman

    Ranting IPNU IPPNU Alasdowo Tanam 500 Bibit Tanaman

    • calendar_month Sen, 4 Okt 2021
    • account_circle admin
    • visibility 50
    • 0Komentar

    Para pengurus IPNU dan IPPNU jelang penananman bibit tanaman DUKUHSETI – PR IPNU IPPNU Desa Alasdowo sukses menggelar progam penghijauan desa, Minggu (3/10). Kegiatan tersebut terlaksana atas kerjasama dengan mahasiswa IAIN Kudus. Penghijauan tersebut dilakukan di beberapa titik. Diantaranya, di lapangan desa, kantor balai desa, puskesmas kecamatan dan di tepian sungai. Kegiatan dilakukan dengan menanam […]

  • Dari Kendal, Kick Off Rakerdin Ma’arif NU Jateng Resmi Digelar

    Dari Kendal, Kick Off Rakerdin Ma’arif NU Jateng Resmi Digelar

    • calendar_month Sab, 11 Jan 2025
    • account_circle admin
    • visibility 77
    • 0Komentar

        Pcnupati.or.id- Kendal – Setelah melaksanakan Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) I pada Sabtu (19/10/2024) lalu, pengurus Lembaga Pendidikan Ma’arif NU PWNU Jawa Tengah periode 2024-2029 menggelar Rapat Kerja Dinas (Rakerdin) yang akan dimulai Sabtu (11/1/2025) di Kabupaten Kendal. “Kita resmi kick off atau memulai Rapat Kerja Dinas (Rakerdin) Lembaga Pendidikan Maarif NU PWNU Jawa […]

  • Tiga Madrasah Tanda Tangani MoU Sahabat Sains Banin

    Tiga Madrasah Tanda Tangani MoU Sahabat Sains Banin

    • calendar_month Kam, 16 Sep 2021
    • account_circle admin
    • visibility 80
    • 0Komentar

    Foto bersama K. Yusuf Hasyim (kepala MTs Tarbiyatul Banin) dengan salah satu kepala MI yang menyepakati MoU Sahabat Sains Banin sedang menunjukkan piagam MoU didampingi Pengawas Madrasah Kecamatan Winong. WINONG – MTs Tarbiyatul Banin Winong yang merupakan salah satu madrasah unggulan sains, mulai mengembangkan jaringan ke beberapa madrasah ibtidaiyah. Berlokasi di BLK Tarbiyatul Banin, Rabu […]

  • Gandeng Mahasiswa PMI IAIN Kudus, PR IPNU IPPNU Krandan Adakan Pelatihan Public Speaking

    Gandeng Mahasiswa PMI IAIN Kudus, PR IPNU IPPNU Krandan Adakan Pelatihan Public Speaking

    • calendar_month Jum, 18 Nov 2022
    • account_circle admin
    • visibility 66
    • 0Komentar

    Pcnupati.or.id. – Pimpinan Ranting (PR) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Krandan Kecamatan Trangkil mengadakan kegiatan Pelatihan Public Speaking pada Jum’at, (18/11/2022). Acara ini diikuti oleh Pimpinan Ranting (PR) se-Kecamatan Trangkil. Kegiatan yang mengusung tema “Kembangkan Potensi Tingkatkan Percaya Diri” ini digelar di TPQ Al Hikmah Desa Krandan. Acara ini […]

expand_less