Menulis, Kegiatan mengasyikkan
Saya sedang menjajaki dunia tulis menulis. Menulis kisah dan cerita yang familiar terjadi disekitar kita. Meski terlihat lucu dan aneh. Namun tak apa, saya berusaha menuangkan apa yang terlintas dipikiran. Apa yang terdengar dan terlihat; supaya tak mengganjal dalam akal.
Meskipun sederhana dan alakadarnya. Saya sangat menyadari karena memang tak ada basic disitu awalnya. Bisa dibilang apa yang tengah saya gemari ini masuk kategori otodidak. Dan ndelalah ketemu orang yang open (mengayomi/membimbing) dengan modal semacam itu, lantas saya tak henti untuk terus belajar dan tetap produktif menulis. Semua berawal dari rasa ke karya.
Tetapi menulis saja tak cukup. Harus selalu diimbangi dengan membaca. Agar kosakata makin bertambah, dan banyak istilah yang dipahami. Tak hanya itu, melalui membaca kita bisa melihat sesuatu dari kacamata yang berbeda. Itu kata kawan sekaligus pembimbing setia saya.
Saya mulai menggeluti bidang aksara. Saya mulai menulis pada dua media besar. Tentu tak akan mudah. Karena harus terus berpikir tema tulisan selanjutnya. Bila tak begitu, maka kegemaran saya yang baru ini akan mandeg dan pengetahuan saya pun akan sebatas itu saja. Ibarat orang berjalan, ya jalan ditempat. Tak beranjak sejengkal pun apabila tak mau mengevaluasi dan terus berlari.
Maka mulailah saya mengirimkan sebuah ulasan buku disalah satu media tersebut. Tentu dengan bantuan sang pembimbing pastinya. Tak berapa lama tulisan saya dimuat. Betapa senangnya hati saya. Meski ada sedikit perubahan dibagian judulnya, tapi tak mengapa. Saya tetap bangga pada diri saya sendiri. Saya kemudian membagikan link tersebut pada sosial media saya. Dengan harapan kawan-kawan saya yang lain mau membaca tulisan saya.
Dengan dimuatnya tulisan itu, entah saya kena sihir apa, ingin rasanya untuk terus menulis lagi dan lagi. Lantas saya kembali menuliskan ulasan buku yang telah lama saya selesaikan. Lagi, tulisan saya kembali dimuat di media tersebut. Saya teramat senang. Ternyata mengasyikkan juga menggeluti hobi baru ini. Dengan tidak meninggalkan rutinitas menulis di hari jumat di satu media lainnya, saya mencoba membagi waktu untuk tetap produktif.
Kali ini saya dihadapkan pada realita bahwa tak selamanya usaha yang kita tekuni berjalan mulus. Pada tulisan saya yang ketiga tentang ulasan sebuah film, ditolak oleh tim editor medianya. Lalu mengadulah saya pada kawan yang setia menjadi pembimbing saya ini. Tak berlangsung lama, dengan bantuannya tulisan itu kami rubah dibagian judulnya agar terlihat menarik. Dengan harapan dapat lolos dan kembali dimuat. Namun sampai tulisan ini jadi, ulasan itu belum juga dimuat.
Yah begitulah dunia. Selalu ada pasang dan surut. Tinggal bagaimana kita menyikapi dengan baik. Ketika sedang dalam masa jaya tak merubah diri untuk berlaku sombong. Begitu pula saat masa suram tak lantas membuat diri putus asa. Meminjam petuah yang akan selalu abadi, bahwa kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Maka saya tak akan berhenti untuk terus mencoba.
Saya kembali menuliskan sebuah ulasan buku dan mengirimkannya ke media yang kini tengah saya tekuni tersebut. Setelah terkirim, saya tak punya bayangan apapun tentang tulisan ini. Entah nanti akan dimuat atau tak lolos kembali.
Awalnya saya hanya iseng membuka akun milik saya. Hingga saya melihat sebuah kata published (3). Waktu itu sejenak saya berpikir. Kok tiga. Kayaknya baru dua tulisan yang dimuat. Lantas saya mengecek email dan benar ada pesan masuk dari tim media tersebut. Tentu bahagia sekali. Akhirnya tulisan saya kembali bisa dimuat.
Orang pertama yang saya kirimi link tulisan tersebut adalah pembimbing saya. Ia turut senang dan bangga rupanya. Lantas saya kirim ke semua akun media sosial milik saya. Dan ada satu hal yang membuat saya merasa sangat bahagia. Teman saya waktu kuliah dulu baca tulisan saya sepenuhnya dan komentarnya adalah “reviewnya bagus”, katanya. Lalu ia bercerita hendak membeli buku yang barusan saya ulas itu. Wah bahagia yang bertubi-tubi bukan. Tak lupa saya berucap syukur dan saya akan terus memotivasi diri agar tetap produktif menulis. ( Inayatun Najikah)