Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Kolom » Semar dan Agama Kapitayan : Religiusitas Leluhur Nusantara

Semar dan Agama Kapitayan : Religiusitas Leluhur Nusantara

  • account_circle admin
  • calendar_month Sab, 30 Okt 2021
  • visibility 106
  • comment 0 komentar

Oleh : Aditiya Tri Utami*

images2b252862529-5168534
Ilustrasi Semar Badranaya (sumber : islamindonesia.id)

Beragama bagi orang nusantara erat kaitannya dengan ibadah dan ritual mistik. Orang-orang nusantara pra-Hindu meyakini bahwa setelah kematian jiwa aka nada kehidupan yang kekal di alam ruh. Bagi orang jawa kuno, keyakinan ini tidak lain merupakan agama jawa asli. Mereka percaya bahwa jenazah yang dikubur mujur ngalor dan jiwanya disembahyangkan, kelak jiwa itu akan kembali ke asal-usulnya. Dengan demikian secara pasti ada hubungan antara jiwa seseorang yang mati melalui makam dimana ia berfungsi sebagai medium menyembahyangkan dan representasi kematian seseorang (Suwardi, 2015)

Dari penilitian-penilitian ilmiah ihwal etnis penghuni Nusantara, diketahui bahwa semenjak zaman Pleistosen akhir para penghuni kuno kepulauan Nusantara sudah mengenal peradaban, termasuk yang berkaitan dengan agama. Semua aktifitas ekonomi dan budaya sejak zaman batu sampai zaman logam menunjukkan pada tanda-tanda adanya hubungan integral antara kebudayaan dengan agama. Penghuni Nusantara mempunyai agama kuno yang mereka sebut kapitayan. Terkhusus orang jawa meyakini bahwa penganjur kapitayan adalah Dahyang Semar, Putra Sanghyang Wungkuhan keturunan Sanghyang Ismaya. Dahyang Semar berasal dari Lemuria atau Swetadwipa, benua yang tenggelam akibat banjir besar hingga akhirnya ia dan pengikutnya mengungsi ke pulau jawa.

Secara sederhana kapitayan dapat digambarkan sebagai suatu ajaran keyakinan yang memuja sesembahan utama yang disebut Sanghyang Taya, yang bermakna “hampa”, “kosong”. Taya bermakna pula “Yang Absolut”, yang tidak bisa dipikir dan dibayang-bayangkan, tidak bisa didekati dengan panca indera. Orang jawa kuno mendefinisikan Sanghyang Taya dalam satu kalimat, tan kena kinaya ngapa alias tidak bisa direka-reka keberadaan-Nya.

Dalam menjalankan berbagai ritualnya, para penganut Kapitayan beribadah menyembah Sanghyang Taya (Sembahyang). Lokasi tempat sembahyang disebut dengan “sanggar”, bangunan persegi empat beratap tumpang dengan lubang ceruk di dinding sebagai lambang kehampaan Sanghyang Taya.

Tata cara sembahyang meliputi: Pertama, tutuk, yaitu menghadap lubang ceruk. Kedua, tulajeg (berdiri tegak) yang dilakukan relative lama. Ketiga, swadikep mengakat kedua tangan keatas sambil menghadirkan Sanghyang Taya di dalam hati (tutu-d) lalu diturunkan dan didekapkan di dada tepat pada hati. Keempat, tungkul, yaitu membungkuk memandang ke bawah. Posisi tungkul juga dilakukan relative lama. Kelima, tulumpak, yaitu bersimpuh dengan kedua tumit diduduki. Keenam, tondhem, yaitu bersujud seperti bayi dalam perut ibunya. Proses sembahyang ini biasa dilakukan dalam waktu lebih dari satu jam (Agus Sunyoto, 2012).

*aktivis kebudayaan

  • Penulis: admin

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • NU Online Ulang Tahun Hari Ini

    NU Online Ulang Tahun Hari Ini

    • calendar_month Sen, 12 Jul 2021
    • account_circle admin
    • visibility 19
    • 0Komentar

    Kiriman kue ulang tahun untuk NU Online dari Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU HongKong JAKARTA-Media massa sangat diperlukan sebaagai corong berita. Seiring berkembangnya zaman, media massa bukan hanya tempat menimba berita, namun juga bisa menjadi tempat yang menyediakan berbagai informasi bahkan hiburan dalam berbagai bentuk. Media cetak juga sudah mulai bertransformasi dalam bentuk yang mengikuti […]

  • Pertemuan Alumni PKPNU Angkatan 1 Sekaligus Penyerahan Sertifikat

    Pertemuan Alumni PKPNU Angkatan 1 Sekaligus Penyerahan Sertifikat

    • calendar_month Sen, 8 Jun 2015
    • account_circle admin
    • visibility 22
    • 0Komentar

    Kabar NU. Sabtu 6 Juni 2015, bertempat di Gedung PCNU Lt 3, telah berlangsung acara temu alumni Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama angkatan 1 (PKPNU).  Dalam acara tersebut di hadiri oleh Rois Syuriah PCNU Pati KH. M. Aniq Muhammadun, Ketua Tanfidziyah PCNU Pati Drs. Ali Munfaat, Mpd, dan Wakil Ketua Tanfdizyah Dr. Jamal Makmur  Asmani, […]

  • UNIK! Tiga Pasangan Calon Ketua dan Wakil Ketua OSIS MTsN 5 Brebes Semuanya Perempuan, dan Berhasil Sukseskan P5P2RA Bertemakan "Demokrasi di Era Digitalisasi"

    UNIK! Tiga Pasangan Calon Ketua dan Wakil Ketua OSIS MTsN 5 Brebes Semuanya Perempuan, dan Berhasil Sukseskan P5P2RA Bertemakan “Demokrasi di Era Digitalisasi”

    • calendar_month Rab, 22 Nov 2023
    • account_circle admin
    • visibility 21
    • 0Komentar

      Brebes – Dalam pengembangan kurikulum merdeka yang saat ini tengah berjalan, Kepala Madrasah MTsN 5 Brebes H. Ihda Syifai, S.Pd., M.M menyampaikan urgensi dari PP5RA dengan tema “Demokrasi di Era Digitalisasi” adalah memberikan pengalaman yang setara terhadap semua siswa untuk dapat memberikan suara dalam kesuksesan demokrasi pemilihan calon dan wakil ketua OSIS. Melalui kegiatan […]

  • PCNU Sebut Lazisnu Bakal Jadi Bank Sentral NU

    PCNU Sebut Lazisnu Bakal Jadi Bank Sentral NU

    • calendar_month Rab, 2 Feb 2022
    • account_circle admin
    • visibility 22
    • 0Komentar

    Ketua PCNU Pati (kiri) berpose dengan ketua PC Lazisnu usai acara Rakercab PC Lazisnu Pati PATI – PC Lazisnu Pati adakan Rapat Kerja Cabang (Rakercab) di Room Meeting Hotel Safin. Kegiatan ini berlangsung pada Selasa (1/2) lalu.  Dalam Rakercab tersebut, NU Care Lazinu Kabupaten Pati mantab mengusung tema ‘Menuju Lazisnu Pati MANTAP (Modern, Akuntable, Transparan, […]

  • Bedah Konsep Fiqih Sosial Mbah Sahal  di Perpustakaan Mutamakkin

    Bedah Konsep Fiqih Sosial Mbah Sahal di Perpustakaan Mutamakkin

    • calendar_month Jum, 13 Nov 2015
    • account_circle admin
    • visibility 21
    • 0Komentar

    Dalam rangka menggali pemikiran dan memperdalam keilmuan Almaghfurlah KH Sahal Mahfudh atau akrab dipnggil Mbah Sahal, pengurus Perpustakaan Mutamakkin menggadakan bedah buku  karya Dr. Jamal makmur, MA “Elaborasi Lima Ciri Pokok Fiqih Sosial Kiai Sahal Mahfudh”, kemarin. Menurut Jamal Makmur selaku narasumber dan penulis kebesaran KH MA Sahal Mahfudh tidak diragukan lagi di kalangan Nahdlatul […]

  • PCNU PATI - Ilustrasi Apa Adanya.. Photo by Alice Dietrich on Unsplash.

    Apa Adanya

    • calendar_month Rab, 18 Mei 2022
    • account_circle admin
    • visibility 17
    • 0Komentar

    Pada suatu sore sepulang dari bekerja. Saya rehat sejenak di sebuah Cafe langganan. Menikmati kopi dalam sendiri. Mematung seorang diri, mencari inspirasi perihal tulisan apa, tema apa yang harus saya tulis di hari Rabu. Menulis dengan berbagai tema dengan gaya parodi, seminggu sekali; berat ringan tapi harus dijalani dan dinikmati siapa tahu yang membaca mendapatkan […]

expand_less