Tradisi Buka Puasa Bersama
Oleh Hamidulloh Ibda*
Baru-baru ini ditetapkan, tradisi buka puasa bersama ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya tak benda. Menarik memang. UNESCO mencatat bahwa budaya berbuka puasa bersama menjadi daftar warisan budaya tak benda yang secara resmi diakui sejak 2023 lalu dan diklaim sebagai budaya warisan milik seluruh umat muslim di dunia. Menurut UNESCO, berbuka puasa diartikan sebagai tanda dari berakhirnya kesulitan berpuasa mulai dari fajar hingga matahari terbenam. Unsur budaya yang dilihat sebagai sebuah keunikan di sini adalah adanya upacara keagamaan seperti solat maghrib dan beberapa hiburan setelah berbuka puasa.
Hal ini menegaskan bahwa tradisi buka puasa bersama menjadi tradisi yang harus dijaga. Bulan Ramadan bukan hanya tentang ibadah dan puasa, tetapi juga tentang bersama-sama membangun ikatan sosial dan spiritual yang kuat. Salah satu tradisi yang paling dicintai dan dihargai selama Ramadan adalah buka puasa bersama atau yang sering disebut “berbuka puasa bersama-sama”.
Tradisi ini mengundang orang-orang untuk berkumpul dan berbagi hidangan berbuka puasa setelah seharian menahan lapar dan haus. Namun, lebih dari sekadar makan bersama, Buka Bersama membawa makna yang dalam dalam membentuk solidaritas, persaudaraan, dan kedermawanan. Setiap tahun, saat bulan Ramadan tiba, umat muslim di seluruh dunia menyambutnya dengan sukacita dan semangat yang tinggi. Salah satu tradisi yang paling ditunggu-tunggu adalah “buka bersama” atau yang dalam bahasa Arab dikenal sebagai “iftar”. Tradisi ini merupakan momen berbagi kebahagiaan dan keberkahan dengan orang lain, serta memperkuat jalinan silaturahmi di antara keluarga, teman, dan tetangga.
Tradisi buka bersama memiliki akar yang dalam dalam sejarah Islam. Rasulullah SAW sering berbuka puasa bersama para sahabatnya dan menganjurkan untuk saling berbagi makanan dengan sesama Muslim. Tradisi ini menjadi simbol solidaritas umat Islam dan pentingnya berbagi rezeki dengan yang membutuhkan.
Persiapan untuk buka bersama sering dimulai sejak pagi hari, di mana keluarga atau komunitas mempersiapkan hidangan lezat untuk dibagikan. Terkadang, masjid atau organisasi sosial mengatur acara Buka Bersama bersama untuk seluruh komunitas. Selain menyediakan hidangan, seringkali juga ada kegiatan-kegiatan seperti pembacaan Al-Qur’an, ceramah agama, atau diskusi keagamaan yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman spiritual.
Momen Berbagi dan Kedermawanan
Buka Bersama bukan hanya tentang makanan yang lezat, tetapi juga tentang semangkuk besar kedermawanan dan kasih sayang. Ini adalah momen di mana orang-orang dari berbagai latar belakang berkumpul untuk berbagi kebahagiaan dan rezeki mereka dengan sesama. Tradisi ini mengajarkan pentingnya berempati terhadap mereka yang kurang beruntung dan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat-nikmat yang diberikan Allah SWT.
Hidangan Buka Bersama bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya dan mencerminkan keanekaragaman budaya dan kuliner umat Islam di seluruh dunia. Di beberapa tempat, hidangan khas lokal menjadi favorit seperti kolak, dan kurma. Di tempat lain, hidangan-hidangan internasional seperti nasi biryani, kebab, atau makanan penutup seperti baklava sering disajikan. Yang terpenting, hidangan ini disiapkan dengan penuh kasih sayang dan berbagi kepada semua yang hadir.
Buka bersama adalah saat-saat yang paling dinanti-nantikan oleh banyak orang selama Ramadan. Selain mengisi perut yang kosong, tradisi ini menghubungkan orang-orang secara emosional, sosial, dan spiritual. Melalui berbagi makanan dan cerita, orang-orang memperkuat ikatan mereka satu sama lain dan merasakan kehangatan serta kebersamaan dalam komunitas.
Tradisi buka bersama adalah bagian integral dari Ramadan yang memperkaya pengalaman spiritual dan sosial umat Islam di seluruh dunia. Dalam momen ini, kita belajar untuk bersyukur atas nikmat-nikmat yang diberikan Allah, merasakan kebahagiaan berbagi dengan sesama, dan memperkuat ikatan sosial yang memberi kehidupan makna yang lebih dalam. Semoga tradisi ini terus dilestarikan dan menjadi sumber inspirasi bagi semua orang untuk berbagi cinta dan kebaikan.
*Dr. Hamidulloh Ibda, M.Pd., penulis lahir di Pati, 17 Juni. Saat ini menjadi dosen Institut Islam Nahdlatul Ulama Temanggung, Koordinator Gerakan Literasi Ma’arif (GLM) LP. Ma’arif NU PWNU Jawa Tengah 2018-2023, Kabid Media, Hukum, dan Humas Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Tengah 2020-sekarang, aktif menjadi reviewer 18 jurnal internasional terindeks Scopus, reviewer 9 jurnal internasional, editor dan reviewer 25 jurnal nasional.