Pencari Muka, Racun dalam Organisasi
Oleh: Angga Saputra
Pcnupati.or.id – Beberapa waktu lalu, saya bersama teman-teman semasa kuliah di Semarang mengadakan reuni kecil-kecilan. Kami berbincang banyak hal, utamanya ruang lingkup organisasi di daerah masing-masing.
Kebetulan, kami sama-sama aktif dalam berorganisasi. Ada yang terjun di organisasi kemasyarakatan, kepemudaan, hingga organisasi sosial.
Perbincangan ngalor-ngidul soal organisasi akhirnya mengerucut di satu pembahasan yang membuat kami sama-sama antusias dalam bercerita sekaligus mendengarkan satu sama lain. Yaitu tentang rekan satu organisasi yang hobinya mencari muka atau menjilat kepada orang yang punya pengaruh besar dalam organisasinya itu.
Menurut KBBI, menjilat adalah berbuat sesuatu supaya mendapat pujian. Istilah ini dikenal juga dengan cari muka.
Cerita dari beberapa teman soal rekan organisasi yang suka mencari muka pun berlanjut. Mereka bercerita bahwa ada rekan yang sedang mengincar posisi atau jabatan strategis. Cara yang dilakukan oleh rekan organisasinya itu pun terbilang template, namun tetap saja menjengkelkan dan bikin jijik.
Mereka bercerita jika ada rekan yang sebenarnya tidak pandai-pandai betul dalam mengerjakan suatu program, namun sok-sokan mengerjakan beberapa kerjaan yang sebenarnya bukan menjadi tupoksinya. Tujunnya agar mendapat pujian dan dikatakan serba bisa oleh pimpinan.
Ada pula yang bercerita jika salah satu rekan organisasinya suka menjelek-jelekan lainnya. Caranya pun dilakukan secara frontal tanpa memedulikan perasaan rekan lainnya. Terpenting, tujuan pribadinya tercapai dan rekan yang tidak disukai kena sialnya.
Saya dan beberapa teman yang lain saling mengangguk mendengarkan cerita, karena cukup memahami persoalan yang terbilang pelik ini. Persoalan seperti ini termasuk cerita lama yang sulit dihindari dalam sebuah organisasi.
Pada akhirnya, saya mecoba memberi saran kepada beberapa teman yang merasa mangkel terhadap rekan organisasinya yang mereka anggap punya hobi cari muka. Sebab, saya dari zaman sekolah, kuliah, hingga saat ini selalu berada di organisasi yang sehat, tidak ada orang-orang toxic.
“Ya sudah, biarkan saja. Lagi pula kita nggak bakal bisa mengatur orang lain agar sepemikiran dengan kita. Sulit juga mengontrol teman agar betul-betul bisa menjalankan roda orgnisasi sesuai visi dan misinya. Ada yang punya kepentingan pribadi, kepentingan kelompoknya, bahkan ada yang berfikiran penting dapat cuan dari organisasi. Yang penting, kalian nggak perlu ikut-ikutan cari muka. Buat apa? Lha wong muka kalian nggak hilang,” kata saya mencoba menasehati mereka. Namun tampaknya mereka semakin mangkel mendengar saran tersebut.
*Angga Saputra, Ketua PC LTNU Kab Pati