Iklan
Celoteh

Merayakan IWD (International Women’s Day)

Oleh : Inayatun Najikah

Pagi ini setelah saya bersih-bersih rumah, seperti biasa saya pasti membuka handphone untuk sekadar berseluncur di media sosial. Entah untuk membuka Whatsapp memastikan apakah ada yang mengirimi saya sebuah pesan selamat pagi, selamat berbahagia hari ini. Selain membuka Whatsapp yang nyatanya memang tak ada ucapan tersebut disana, saya kemudian beralih ke Instagram. Postingan yang pertama kali muncul di beranda saya adalah sebuah ucapan dalam rangka merayakan hari perempuan internasional.

 

Konten Terkait
Iklan

Dari postingan tersebut ada sebuah kalimat yang sepertinya harus saya bagikan disini. Hanya manusia mulia yang memuliakan perempuan. Dan hanya manusia nista yang menistakan perempuan. Begitu kalimatnya. Entah mengapa saya selalu tertarik untuk membahas persoalan yang dihadapi perempuan. Rasanya karena memang saya terlahir sebagai perempuan dan saya sendiri juga turut merasakan ketidakadilan dalam menjalani kehidupan ini. Sampai sekarang pun saya masih bertanya, kapan seorang perempuan diberikan kemerdekaan atas dirinya?

 

Mengutip dari laman International Women’s Day, pada tahun ini perayaan IWD mengangkat tema “Inspire Inclusion”. Pemilihan tema tersebut diharapkan dapat membawa kehidupan menjadi lebih baik dimana perempuan semakin dilibatkan dalam berbagai kepentingan. Dengan begitu bagi para perempuan akan tumbuh rasa memiliki, terhubung, dan diberdayakan sebagai perempuan.

 

Momen satu tahun sekali dalam rangka merayakan hari perempuan internasional nyatanya masih belum mampu benar-benar merayakan kemerdekaan untuk perempuan. Namun meski begitu upaya dari berbagai komunitas, pegiat, organisasi, dan masyarakat yang sudah memiliki kesadaran untuk melihat perempuan sebagai manusia yang berhak merdeka atas dirinya, tak akan pernah berhenti berjuang untuk menciptakan lingkungan yang adil bagi setiap individu utamanya perempuan.

 

Pengalaman atas ketidakadilan yang saya rasakan sudah sering saya tuliskan. Mulai dari pemaksaan untuk segera menikah, pendapat yang sering dianggap bualan semata, hingga keberadaan saya yang sering dikesampingkan. Rasanya begitu berat untuk terus bertahan. Tetapi jika saya tak berjuang untuk diri saya, untuk kebahagiaan saya, saya sendiri yang akan kalah oleh stigma dan persepsi patriarki.

 

Meski begitu, saya secara sadar mengaku tak selalu dianggap abai seperti itu. Saya pun pernah merasa bahagia karena dianggap sebagai teman diskusi, diberikan kesempatan untuk memilih apa yang saya suka. Pengalaman itu meski terjadi hanya sesekali, namun hal itu mampu membuat saya terus berharap bahwa suatu saat nanti kami (perempuan) akan senantiasa diberikan keadilan dan validasi sebagai manusia yang mampu berkesalingan bersama laki-laki.

Selamat merayakan hari perempuan internasional. Apapun dan bagaimanapun bentuknya, asalkan dengan memegang prinsip bahwa perempuan adalah makhluk yang merdeka atas dirinya dan kehidupannya.

 

 

Iklan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Konten Terkait

Back to top button