Pustaka
Menumbuhkan Generasi Entrepeneurship
Pendidikan entrepreneurship sudah lama digerakkan di berbagai Negara. Mereka paham bahwa kemajuan suatu Negara sangat ditunjang oleh munculnya kelas ekonomi menengah yang tangguh dan kreatif yang dimaksud adalah para pengusaha yang gigih mengembangkan kreatifitas dan produktivitasnya dalam dunia usaha.
Menurut Amin Rais dalam bukunya Tauhid Sosial, kelas menengah adalah kelompok yang tetap eksis dalam suatu krisis sekalipun. Karena, mereka adalah sosok kreator yang bisa dengan cepat beradaptasi dan menerapkan solusi tepat disaat kritis, mereka juga berinteraksi langsung dengan sektor riil, sehingga krisis tidak banyak mempengaruhi.
India dan Cina menggebrak dunia usaha dengan latihan-latihan intensif. Penduduk di Cina membuat lembaga khusus untuk mendidik dan melatih entrepreneurship demi lahirnya entrepreneur-entrepeneur muda handal yang dinamis dan progresif yang akan menggerakkan sektor riil dan mengangkat derajat bangsa.
Indonesia sangat lambat merespon fenomena global ini. Indonesia kalah jauh disbanding Negara-negara Asia lainnya dalam menyiapkan kelas menengah yang bisa menjembatani kelas atas dan bawah. Keterpurukan ekonomi Indonesia dan kekalahan Indonesia dalam berkompetisi di dunia global menjadi bukti telatnya ia melakukan kaderisasi pengusaha secara intensif, ekstensif dan produktif.
Namun tidak ada kata terlambat bagi sebuah langkah maju. Kalau tidak segera dilakukan pendidikan entrepeneurship secara optimal, bangsa Indonesia akan semakin tertinggal dengan bangsa-bangsa lain yang melesat cepat. Negara yang besar jangan hanya dibanggakan karena luasn ya geografis, pemasok bahan mentah, dan kuantitas penduduknya namun dengan prestasi sumberdaya manusia yang berkualitas, dan karya-karya genius, bangsa ini bisa tegak berdiri dengan berwibawa dihadapan Negara-negara lain di dunia ini.
Sudah saatnya orientasi menjadi karyawan, buruh, dan pegawai pemerintah diubah kewirausahaan sebagai profesi yang paling mulia. Alasannya dengan berwirausaha kita bisa berdiri dengan kedua kaki sendiri tanpa menggantungkan orang lain, bahkan bisa menolong orang lain yang kesusahan dan kekurangan. Kita contoh Cina yang mayoritas penduduknya lebih suka menjadi wirausahawan dari pada menjadi karyawan. Walau risikonya lebih besar, namun hasilnya kedepan lebih besar. Berbeda dengan karyawan, yang penting menerima gaji, tanpa pusing-pusing memikirkan risiko, ke depan mereka akan terus bergantung kepada orang, ekonominya tidak maju-maju dan akan dilibas kemajuan zaman.
Di Negara maju, pendaftaran pegawai pemerintah justru sepi. Mereka merasa menjadi buruh pemerintah, derajatnya kurang dipandang, dan kurang bermartabat. Ini amat berbeda dengan Indonesia, apabila dibuka lowongan pegawai pemerintah, maka yang mendaftar luar biasa, ribuan bahkan jutaaan . sementara yang dibutuhkan hanya beberapa saja. Realitas inilah yang harus diubah dengan menyebarkan virus entrepeneurship ke alam bawah sadar mayoritas bangsa ini, khususnya kepada kader-kader muda. Karena, merekalah yang akan menatap masa depan hari esok yang penuh tantangan.
Menciptakan Sosial Entrepeneurship
Manfaat entrepeneurship adalah untuk menciptakan banyak entrepreneur andal. Mereka akan mengembangkan perekonomian nasional bangsa kita, tidak hanya memikirkan perutnya sendiri. Jangan pernah merasa sukses saat mendapatkan sesuatu, sebab kesuksesan adalah ketika kita mampu mempersembahkan yang terbaik dalam hidup ini untuk kemaslahatan manusia. Para entrepreneur andal ini akan menjadikan Indonesia melesat bak roket menuju angkasa, memancarkan cahaya keindahan ketinggian dan kejayaan.
Sosial entrepreneur makin berperan dalam pembangunan ekonomi. Karena, sosial entrepreneur ternyata mampu memberikan daya cipta nilai-nilai sosial maupun ekonomi, yakni menciptakan kesempatan kerja, melakukan inovasi dan kreasi baru terhadap produksi barang ataupun jasa yang dibutuhkan masyarakat, menjadi modal sosial dan peningkatan kesetaraan.
Salah satu tujuan pembangunan ekonomi adalah terwujudnya kesetaraan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat. melalui social entrepeneurship tujuan tersebut dapat diwujudkan. Karena, para pelaku bisnis yang semula hanya memikirkan pencapaian keuntungan yang maksimal, selanjutnya kan tergerak pula untuk memikirkan pemeraaan pendapatan agar dapat dilakukan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Pembanguan ekonomi seharusnya ditujukan untuk memberdayakan manusia (people empowerment) agar dapat mengembangkan social entrepeneurship, termasuk pengembangan entrepeneurship dalam arti luas. Kebijakan pemerintah ditujukan untuk mengurangai hambatan-hambatan birokrasi yang mengarah kepada menurunnya kegiatan social entrepeneurship.
Berbagai tantangan yang dihadapi oleh social entrepreneur antara lain adalah masalah pendanaan, pendidikan untuk para pemimpin di masa mendatang yang menyadari tentang pentingnya social entrepeneurship dan kurangya insentif yang diberikan oleh pemerintah untuk meringankan beban lembaga-lembaga yang bergerak dibidang sosial.
Oleh karena itu social entrepreneur harus didukung oleh social investor agar inovasinya dapat diwujudkan. Hendaknya disadari bahwa social entrepeneurshipbukanlah satu-satunya obat untuk mengatasi permasalahan sosial yang dihadapi, karena dalam kenyataannya sangat dipengaruhi oleh kerangka dan struktur perekonomian yang berlaku di suatu Negara. Namun sayogjanya harus ada keberanian untuk mulai membentuk change makers. Sehingga setiap individu harus diupayakan untuk dapat menjadi maker di lingkungannya.
Entrepreneur syarat kebangkitan Indonesia
Keterpurukan suatu bangsa banyak dipengaruhi oleh stabilitas dan dinamika ekonomi. Ketika ekonomi stagnan, maka bidang-bidang yang lain akan mengalami kemunduruan dan keterpurukan. Entrepreneur adalah kekuatan ekonomi tangguh yang tidak terpengaruh terhadap krisis. Sebab mereka langsung berinteraksi dengan ekonomi riiil ditengah masyarakat. mereka tidak terpengaruh krisis global yang disebabkan jatuhnya ekonomi Negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Spanyol dan lain sebagainya.
Maka strategi memajukan bangsa ini adalah memperbanyak jumlah entrepreneur muda andal yang nanti akan menjadi asset bangsa yang berharga. Mereka nantilah yang akan tampil sebagai aktor-aktor ekonomi kelas menengah, atas dan dunia yang berkiprah dengan kepiawaiannya dalam mengembangkan perekonomian nasional. Secara ringkas, pendidikan entrepeneurship bermanfaat untuk mengatasi pengangguran terdidik, membasmi kemiskinan akut, dan menggapai kemajuan progresif.
Pengangguran terdidik dari tahun ketahun mengalami peningkatan massif, mengingat jumlah lulusan perguruan tinggi semakin membludak, sementara lapangan pekerjaan sangat terbatas. Maka kemudian mereka menganggur, sebab gengsi menjadi kuli bangunan , pedangang kaki lima, dan prefesi menurut mereka rendah dan tidak terhormat.
Menurut Widyo Winarso (2003) hasil penelitian yang dilakukan oleh World bank (1994) menunjukkan bahwa di sebagaian besar Negara keberadaan perguruan tinggi berkolerasi positif dengan pengembangan ekonomi dan sosial. Sebagaian besar masyarakat juga percaya bahwa pendidikan tinggi mempunyai peran penting untuk mendapat karier pekerjaan dan menentukan keberhasilan dalam karier.
Pengembangan pemebelajaran di perguruan tinggi yang berwawasan entrepeneurship memang sangat relevan dengan persoalan kualitas sumber daya manusia yang kita perlukan di abad 21 ini. sumber daya manusia Indonesia memang masih rendah dibandingkan dengan Negara-negara lainnya dan oleh karena itu sebenarnya kita patut khawatir dengan kemampuan bersaing SDM kita dalam era globalisasi. Menurut data yang dipublikasikan oleh United Nations Development Program (UNDP. 2001), kualitas SDM kita berada pada posisi yang memprihatikan. Angka indeks kualitas SDM (human development indeks) Indonesia tahun 2001 berada pada peringkat ke-102 dan 162 negara di dunia. Kita masih kalah dengan Vietnam (1001) dan kalah jauh dengan Filipina (70) Thailand (66) dan Malaysia (56).
Jika proses pembelajaran diperguruan tinggi harus mampu menghasilkan lulusan yang berwawasan pencipta kerja, mau tidak mau harus ada perubahan sistematik. Dari segi tujuan, metode maupun materi pembelajaran itu sendiri, harus ada trasformasi nilai-nilai dan norma-norma baru yang menyangkut kurikulum, academic atmosphere, effective governance, instituonal management, penelitian dan sebagainya. Dalam keadaan yang demikian para pengelola pendidikan atau dosen tidak bisa lagi hanya mengulang-ngulang praktek lama dalam orientasi dan proses pembelajarannya.
Dengan demikian perubahan identik dengan proses pembelajaran itu sendiri dalam kajiannya dengan dunia usaha. Kegiatan perguruan tinggi dalam bidang pengembangan kewirausahaan masih sangat terbatas dan hanya bertumpu pada aspek sosial-ekonomi dan manajemen dalam bentuk kuliah dan pelatihan. Padahal untuk meningkatkan penciptaan dan pertumbuhan wirausaha dibutuhkan suatu keterpaduan yang sinergis antara penguasaan ilmu dan teknologi, keuagan dan manajemen produksi, yang secara keseluruhan disebut sosio-tekno-ekonomi.
Tuntutan yang semakin tinggi terhadap lulusan perguruan tinggi yang tidak hanya menjadi pencari kerja (job seeker) tetapi juga pencipta kerja (job creator), menyebabkan perguruan tinggi harus melakukan reorientasi terhadap pembelajaran yang selama ini dijalankannya. Dengan adanya tuntunan itu, maka orientasi yang diharapkan adalah bagaimana menanamkan jiwa wirausaha kepada mahasiswa sehingga setelah lulus mereka juga mempunyai mental wirausaha.
Menurut Nurul Firdausi (2009), ada beberapa akar permasalahan lain yang menjadi penyebab lulusan perguruan tinggi menganggur. Pertama, lapangan kerja yang terbatas. Menjadi prioritas utama yang perlu diperhatikan, bahkan setiap pemilu, pilpres dan pilkada lapangan pekerjaan menjadi prioritas dari para calon yang bersaing. Namun tidak satu pun yang bisa memberikan solusi, bahkan semakin memperparah keadaan. Karena, setiap mendekati pemilu, pilpres, pilkada investor takut menjadi korban kegiatan politik tersebut.
Kedua, mindset yang masih menganggap bahwa setelah lulus mencari kerja. Setiap lulusan perguruan tinggi memiliki ekspektasi bekerja ditempat yang bagus, lalu mendapatkan gaji besar. Mulailah mereka mengirim surat lamaran kebanyak tempat, dengan harapan langsung kerja. Tapi realitas yang dihadapi tidak demikian. Karena itu, mindset setiap lulusan, orang tua, dan masyarakat, mulai saat ini perlu diubah, lulusan perguruan tinggi yang terdepan berhasil adalah mereka yang mampu menciptakan lapangan kerja baru bukan mencari pekerjaan.
Ketiga, kompetisi yang sangat tinggi ikut menyebabkan semakin sempitnya lulusan perguruan tinggi untuk dapat bersaing. Setiap tahun, ratusan ribu lulusan dihasilkan dari perguruan tinggi dengan latar belakang jurusan ilmu yang berbeda. Persaingan ini sudah barang tentu akan mengakibatkan porsi lapangan kerja yang tersedia dengan lulusan yang ada tidak seimbang. Hal ini tidak saja terjadi dibeberapa daerah tertentu dalam dua atau tiga tahun kedepan.
Entrepeneur Sejati
Untuk menjadi entrepreneur ulung, proses lebih penting dari pada hasil. Lewat proses itulah paradigm berfikir, dan kematangan diperoleh. Proses adalah rangkaian peristiwa dari waktu kewaktu yang berisi kegagalan, kesuksesan, jatuh bangun, letih, sedih, suash, putus asa, bangkit dan seterusnya. Proses yang panjang dan melelahkan membentuk kepribadian dan mentalitas entrepreneur yang tangguh pantang menyerah dan selalu jauh kedepan.
Rintangan dan halangan dijadikan gizi untuk meningkatkan profesionalisme. Ia jadikan tantangan sebagai peluang dan kelemahan sebagai kekuatan. Pada akhirnya ia menjadikan entrepeneurship sebagai bagaian hidupnya yang tidak ter[isahkan. Seakan-akan ia tidak mau berpisah dengannya sedikit pun, karena jiwanya telah menyatu.
Kemanapun dan dimanapun entrepeneurship tertanam kuat dalam dirinya. Dialah seorang entrepreneur sejati yang akan meninggalkan banyak prestasi yang diteladani anak cucu bangsa ini. dia memiliki criteria, antara lain menciptakan dan memanfaatkan peluang, berani mengambil resiko yang terukur dan berinovasi tiada henti.
Seorang entrepreneur adalah orang yang jeli membaca peluang tidak hanya sekedar membaca ia mampu menciptakan peluang tersebut dengan kecerdikan dan kehilaiannya, ia memanfaatkan untuk mengembangkan profesinya. Menciptakan dan memanfaatkan peluang seperti ini terjadi secara bertahap. Pada awalnya, ia berfikir keras untuk menciptakan peluang, lambat laut pengalaman membuatnya berfikir semakin cepat, hingga akhirnya menjadi kemampuan yang inheren dalam jiwanya.
Entrepreneur adalah sosok pemberani dalam mengambil kuputusan, walaupun berisiko. Semakin kecil resikonya, semakin sedikin tantangan yang dihadapi dan semakin tidak produktif , semakin besar resikonya, semakin progresif pemikiran dan aksinya, sehingga produktivitasnya semakin meningkat tajam. Tentu, semua berjalan secara bertahap. Awalnya seorang entrepreneur hanya berani memulai usaha yang berisiko kecil, kemudian berkembang ke tengah, lalu melesat ke atas dengan risiko yang sangat besar.
Seorang pemberani tidak sama dengan mereka yang tanpa perhitungan (ngawur). Seorang pemberani mengambil risiko dengan ukuran-ukuran dan perhitungan yang matang. Ia sudah menyiapkan langkah dan jurus untuk mengantisipasi segala masalah yang timbul dikemudian hari.
Berani mengambil keputusan yang berisiko dan terukur menjadi cirri kedua seorang entrepreneur. Sosok entrepreneur tidak pernah ragu dalam mengambil keputusan, memulai ide, gagasan dan pemikiran yang cemerlang. Dunia ini hanya milik sang pemberani yang dengan tegas melangkah maju dengan gigih, siap enghadapi risiko dan memaksimalkan segalakemampuan dengan tekad bulat dan optimism meraih kesuksesan gemilang di masa depan.
Mandiri dan Berprestasi
Menjadi sosok entrepreneur membuat seseorang mandiri dalam membuat keputusan, menjalani kehidupan, dan menikmati hidup. Kemandirian seorang entrepreneur tidak berkonotasi negative. Dari kemandirian itulah ia bergerak bebas dalam mengembangkan potensi dan skillnya secara maksimal, tanpa diganggu orang lain, tidak berada dibawah banyang-banyang, tekanan, dan kekuasaan orang lain. Ia bisa memilih bidang keahliannya secara mandiri. Dari sini lahirlah prestasi demi prestasi yang menakjubkan dan yang bermanfaat bagi orang banyak. Dimensi kemandirian akan berdampak terhadap dimensi sosial kemasyarakatan secara lebih luas.
Sosok entrepreneur haruslah seorang yang senang dengan pribadi bebas. Dengan demikian, ia bisa mengembangkan kreativitas dan imajinasinya yang luar biasa. Ia merasa damai dalam kebebasannya, hanya Tuhan yang mengarahkan dan membimbingnya. Ia tunduk terhadap aturan Tuhan. Ia merasa Tuhan memberikan kebebasan manusia sepenuhnya dalam beraktualisasi dalam koridor yang benar dan bertanggung jawab.
Mobilitas seorang entrepreneur sangat tinggi. Seorang entrepreneur harus memegang pucuk pimpinan, top leader, menjadi policy maker, atau decision maker yang menentukan dinamika perusahaan yang dipimpinnya. Ia bebas mengaplikasikan ide-ide bisnisnya, mengembangkan relasi dan mitra kerjanya, melakukan improvisasi produk-produknya terus melakukan diversifikasi bisnis dengan pertimbangan yang matang. Kebebsannya akan membawa berkah bagi banyak orang, aka nada banyak pekerjaan, akan menysejahterakan masyarakat yang menerima shadaqahnya.
Sosok entrepreneur adalah mereka yang sigap dalam melakukan suksesi dan kaderisasi kepemimpinan. Dalam konteks sosial, sosok entrepreneur adalah mereka yang sudah terbiasa dengan rekayasa sosial (social engineering), sehingga dalam menatap masa depan yang jauh, lima puluh tahun lagi, seratus tahun lagi, atau lebih dari itu, ia menyiapkan kader-kader andal yang siap berproses dengan waktu untuk mencapai kematangan, kelihaian dan kecermatan.
Kader penerus tidak hanya dalam perusahaan yang dipimpinnya tapi juga dalam segenap aktivitas yang dijalaninya, apakah itu dalam bidang pendidikan, keagamaan, sosial kemasyarakatan, budaya, jurnalistik, lembaga swadaya masyarakat dan lain sebagainya. Ia ingin kebaikan senantiasa abadi di dunia ini, sehingga penebar kebaikan harus terus diproduksi dengan sistematis, gradual, dan professional.
Tantangan dunia semakin hari semakin keras, kader penerus haruslah sosok-sosok manusia yang siap menghadapi segala zaman dengan bekal ilmu, skill, moral,dan cakrawala pemikiran yang visioner dan kosmopolit. Mereka harus ditempa dengan pendidikan yang keras, latihan yang keras dan eksperimentasi yang keras. Layaknya latihan militer yang harus melewati medan berbahaya dan mematikan. Keberanian, tekad, semangat dan optimism meraih hasil terbaik membuat sukses dalam melewati rintangan yang mematikan.
Dari sanalah mentalitas dan wawasan mereka siap menghadapi problematika yang kompleks di era globalisasi dunia yang semakin absurd dan distortif. Kematangan psikologis, intelektual dan sosial membawanya pada satu level kepemimpinan visioner yang arif, bijak, cerdas, solutif dan aplikatif.
Seorang entrepreneur dianggap hebat kalau mampu mencetak orang biasa menjadi entrepreneur andal, seandal dia atau melebihinya. Ia tidak pelit memberikan ilmu, tips, strategi, motivasi dan bimbingan secara terus menerus. Ia bukanlah orang yang senang menyembunyikan ilmunya, memikirkan nasibnya sendiri dan mebiarkan dirinya dalam singgasana kesuksesan, sementara teman-teman masyarakat sekitarnya hidup dalam kubangan kemiskinan, kemunduran, dan keterbelakangan. Ia akan berjuang keras sekuat tenaga menyumbangkan ilmu, materi, dan tenaganya guna memberdayakan masyarakat secara luas, memberikan akses, dan relasi kepada mereka agar berdikari dan maju secara pesat.
Kaderisasi terus-menerus ia lakukan demi kontinuitas dalam mengembangkan dunia wirausaha. Ia bahkan mendirikan lembaga entrepeneurship untuk melaksanakan program-program kerakyatan yang sangat bermanfaat bagi masyarakat. lembaga tersebut dijadikan tempat menanamkan virus entrepeneurship. Pengayaan ilmu, memperkaya pemikiran, dan sebagai wahana kerja sama dengan lembaga lain demi pengembangan jiwa wirausaha secara akseleratif dan massif.
Pendidikan entrepreneur bisa menjadi salah satu senjata menyukseskan individu yang bermuara pada kesuksesan bangsa secara keseluruhan. Pendidikan entrepeneurship akan mengubah mentalitas pasif-stagnan bangsa ini akan menjadi mentalitas pengubah yang aktif, dinamis, dan kompetitif. Mentalitas positif ini akan meraig segala impian dengan mencurahkan segala kemampuan terbaik yang dimiliki, tidak menyerah dan pantang mundur dan selalu optimis menghadapi masa depan.
Mereka akan menyiapkan manajemen, sumber daya manusia, networking relationship dan kekuatan financial untuk merekot bak meteor dalam era persaingan keras di level nasional dan global. Mereka akan member energy, inspirasi dan motivasi melimpah kepada adik-adiknya untuk tidak menyerah terhadap nasib, tapi mengubahnya sesuai impian dan cita-cita, jangan pernah bermalas-malasan untuk menggapai cita-cita kerahkan seluruh kemampuan terbaikmu, niscaya aka nada perubahan dehsyat yang tidak terbayangkan sebelumnya.
Entrepneur akan kreatif menggali dan mengembangkan potensi internal bangsa ini menjadi satu kekuatan dahsyat yang mengubah masa depan Indonesia. Mereka bersatu padu dan bahu membahu demi kejayaan Indonesia. Mereka hilangkan kemalasan dan mereka tanggalkan kepentingan primordial demi menggapai kepentingan nasional.
Mereka bersinergi dengen pemerintah dalam memerangi korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta melawan korporasi perusahaan multinasional yang ingin menjajah ekonomi bangsa ini. mereka berbicara Negara, bukan kepentingan pribadi dan kelompok. Mereka mengidam-idamkan kebangkitan ekonomi Indonesia yang berwibawa di mata dunia internasional.
Mereka tidak mau menjaul Indonesia pada Negara dan perusahaan asing walau dengan kompensasi uang triliunan. Godaan materi mereka lawan dengan komitmen nasionalisme dan patriotisme. Kebanggaan menjadi bangsa Indonesia membakar semangat pengorbanan dan perjuangan sampai titik darah penghabisan untuk mengibarkan sang Merah Putih setinggi-tingginya.
Bangsa Indonesia jangan mau lagi dihina dan ditertawakan bangsa lain sebagai bangsa teroris, gudang sabu-sabu, sumber kriminalitas, lumbung prostitusi dan label negative lainnya. Bangsa ini harus bangkit untuk menggapai keperkasaan, ketigdayaan dan kebesaran. Siapakah yang mengangkat bangsa ini jika bukan kita sendiri sebagai warga Negara yang mencitai tanah air ini. kalau para pahlawan revolusi telah mengorbankan jiwa, raga dan seluruh kepunyaannya demi membebaskan negeri ini dari cengkeraman penjajah, hegenomi ekonomi, politik, budaya, pendidikan, seni, keamanan, dan aspek yang lain.
Bangsa ini harus berani tegak dengan kepalanya sendiri, tanpa mengantung terhadap bangs lain. Kader-kader terbaik yang selama ini masih enjaoy di negeri orang, segera panggil untuk kembali ke tanah air guna mengembangkan potensi bangsa ini. mereka kita hargai dengan pantas. Jangan karena masalah politik, mereka kita marginalkan atau bahkan kita habisi kariernya.
Kerukunan, kebersamaan, dan kesetiakawanan harus menjadi budaya baru bangsa ini dalam menyongsong era revolusi teknologi. Bendera merah putih harus berkibar tinggi, melebihi bangsa lain di dunia ini. motto itulah yang akan membakar semangat kita untuk keras dalam belajar, berkarya, dan berjuang. Bravo Indonesia, masa depan ada di depanmu.
Judul : Sekolah Entrepeneurship
Penulis : Dr.Jamal Ma’mur Asmani, MA
Penerbit : Diva Press
Cetakan : I, januari 2011
Tebal :xxiv 260 Halaman
Peresensi : Siswanto,
Iklan