Kolom Ramadan Tanpa Honor

Oleh Hamidulloh Ibda*
Ramadan 1445 H lalu, saya berkomitmen menulis artikel sebulan penuh di pcnupati.or.id. Terlaksakanah? Ya, terlaksana. Anda bisa cek sendiri di Kolom Ramadan. Pada Ramadan 1446 H tahun 2025 ini, saya kembali lagi berkomitmen menulis artikel di rubrik Kolom Ramadan. Tanpa honor. Tanpa gaji. La kok iso piye kuwi leh? Ya iso lah.
Ramadan kembali menyapa, dan semangat berbagi ilmu serta inspirasi semakin berkobar. Ah kayak yak-yako leh. Di era digital ini, dakwah tidak hanya berlangsung di mimbar-mimbar masjid atau majelis taklim, lewat streaming Youtube, tetapi juga melalui tulisan yang tersebar luas di dunia maya khususnya di media digital. Salah satu upaya kecil namun berarti dalam menyebarkan nilai-nilai Islam bagi saya adalah dengan menulis artikel di platform digital, seperti yang saya lakukan di pcnupati.or.id.
Ramadan 1446 H ini, saya kembali mengambil komitmen yang sama: menulis setiap hari di rubrik ini. Tanpa honor. Tanpa gaji. Mengapa? La wong kemarin saja bisa, mengapa tahun ini tidak bisa? Gass!
Berlatih Ikhlas
Keikhlasan dalam menulis Kolom Ramadan sangat penting karena Ramadan adalah bulan yang penuh berkah dan keistimewaan. Menulis dengan ikhlas berarti menyampaikan pesan-pesan yang bermanfaat, tulus, dan tidak hanya sekadar mengejar popularitas atau pengakuan. Apakah kita dapat menunjukkan keikhlasan dalam menulis Kolom Ramadan? Janjane bisa si. Pertama, mengutamakan niat yang baik. Niat menulis Kolom Ramadan PCNUPati.or.id harus dilandasi dengan tujuan untuk memberikan manfaat, meningkatkan pemahaman agama, atau mengajak orang lain untuk lebih dekat dengan Allah selama bulan suci ini. Keikhlasan terletak pada niat untuk berbagi kebaikan dan mengingatkan umat agar senantiasa memperbaiki diri.
Kedua, menghindari motif duniawi. Dalam menulis Kolom Ramadan, penting untuk menghindari motif duniawi seperti mencari ketenaran atau mendapatkan banyak pembaca tanpa memperhatikan substansi dan kualitas isi tulisan. Fokuslah pada pesan yang ingin disampaikan, bukan pada popularitas.
Ketiga, menulis dengan kejujuran. Keikhlasan dalam penulisan juga tercermin melalui kejujuran dalam menyampaikan pendapat atau informasi. Jangan menulis hanya untuk memenuhi ekspektasi atau untuk memberi kesan tertentu. Tulis dengan hati yang tulus, dengan berbasis pada pengetahuan yang benar dan terpercaya.
Keempat, menghadirkan isu yang relevan dan bermakna. Kolom Ramadan harus berisi topik-topik yang relevan dengan kehidupan umat Islam selama bulan puasa, seperti mengenai makna puasa, pentingnya amalan ibadah, atau hikmah dari Ramadan. Tulis dengan harapan agar pembaca mendapatkan pencerahan dan motivasi untuk lebih meningkatkan ibadah.
Kelima, mengajak pembaca pada kebaikan. Tujuan utama dari Kolom Ramadan adalah untuk mengajak pembaca agar lebih mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan kualitas hidup mereka, baik dari segi ibadah maupun perilaku sosial. Keikhlasan dalam menulis adalah ketika tulisan tersebut memberikan dampak positif bagi pembaca.
Keenam, menerima kritik dengan lapang dada. Ketika menulis dengan ikhlas, kita harus siap menerima kritik dan saran dari pembaca tanpa merasa tersinggung atau marah. Keikhlasan datang ketika kita menganggap kritik tersebut sebagai kesempatan untuk berkembang dan memperbaiki tulisan agar lebih bermanfaat.
Keikhlasan dalam menulis Kolom Ramadan akan membuat pesan yang disampaikan lebih terasa dan menyentuh hati pembaca. Dengan niat yang lurus dan hati yang tulus, tulisan akan lebih diterima dan memberikan dampak positif dalam kehidupan spiritual pembaca.
Sejumlah Alasan yang bukan Alasan
Dalam melakukan sesuatu, pasti orang memiliki reason, dasar, alasan, atau pendorong. Tapi, sebenarnya saya melakukan ini ya ada alasan, tapi bagi saya itu bukan alasan.
Pertama, dakwah digital lewat tulisan. Dakwah tidak melulu harus dilakukan melalui ceramah atau video. Tulisan memiliki kekuatan yang luar biasa dalam menyampaikan pesan keislaman. Artikel yang tersaji di platform digital dapat diakses kapan saja dan di mana saja oleh siapa pun yang membutuhkannya. Pcnupati.or.id menjadi salah satu media dakwah digital yang menyediakan ruang bagi para penulis untuk berbagi ilmu dan inspirasi.
Melalui tulisan, kita dapat menyebarkan nilai-nilai kebaikan, mengajak kepada ketakwaan, dan memberikan perspektif Islami terhadap berbagai fenomena kehidupan. Sebuah artikel yang kita tulis mungkin hanya butuh waktu beberapa jam, tetapi dampaknya bisa bertahan bertahun-tahun dan menjangkau ribuan pembaca, apalagi ini media online yang bisa diakses di mana saja. La wong karo ngiseng ning WC isa bukak HP karo maca artikel kok. Hahaha saru, Bos!
Kedua, honor dari Allah lebih besar. Kalau ini tidak bisa didebat dan dibantah. Yakin wes. Dalam kehidupan duniawi, manusia terbiasa mengaitkan pekerjaan dengan honor, bayaran, gaji, komisi, atau fee materi berupa uang. Namun, menulis untuk dakwah memiliki dimensi yang lebih luas. Ketika seseorang berbagi ilmu tanpa mengharap imbalan finansial, maka keberkahannya berlipat-lipat. Allah SWT berfirman:
“Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS. Az-Zalzalah: 7).
Honor dari Allah SWT jauh lebih besar daripada sekadar materi. Setiap kata yang menginspirasi, setiap ilmu yang bermanfaat, dan setiap pembaca yang mengambil hikmah dari tulisan kita akan menjadi amal jariyah yang terus mengalir pahalanya. Idih-idih, mulai banget ya.
Ketiga, menulis dengan hati, berdakwah dengan nurani. Menulis di Kolom Ramadan bukan sekadar memenuhi target atau mengejar popularitas. Ya, setidaknya ini menjadi bagian dari perjalanan spiritual. Menulis dengan hati, berbagi ilmu dengan tulus, dan mengharap rida Allah adalah inti dari semua ini. Ramadan adalah bulan penuh berkah, di mana setiap kebaikan dilipatgandakan. Jika menulis adalah bagian dari ibadah, maka inilah jalan yang saya tempuh untuk mengisi Ramadan dengan sesuatu yang bermakna.
Keempat, menyebarkan kebaikan. La daripada aku misuh-misuh di WA, mending nulis di Pcnupati.or.id kan? Hehe Intinya, Kolom Ramadan dapat menjadi wadah untuk menyebarkan nilai-nilai kebaikan, nasihat, dan inspirasi. Penulis mungkin memiliki keinginan yang kuat untuk berbagi pemikiran dan pengalaman positif mereka selama Ramadan dengan tujuan menginspirasi dan memotivasi orang lain untuk berbuat baik.
Kelima, pengembangan diri. Meski saya sudah doktor, tapi bagi saya menulis secara teratur, dan tiap hari itu berat, terutama tentang topik yang berkaitan dengan spiritualitas dan keagamaan. Maka saya menyebut, menulis di Kolom Ramadan dapat membantu penulis untuk mengembangkan diri secara pribadi dan meningkatkan pemahaman mereka tentang agama. Proses menulis dapat menjadi sarana untuk merenungkan diri, memperbaiki diri, dan meningkatkan kualitas keimanan.
Keenam, Kolom Ramadan yang ditulis dengan baik dan menyentuh hati dapat menarik perhatian pembaca dari berbagai kalangan. Apalagi, diksi dan bahasa secara umum yang saya gunakan sengaja saya campur: Indonesia dan Jawa agar dekat dengan pembaca. Bahkan juga bahasa pencilakan. Hal ini dapat menjadi kesempatan bagi penulis untuk memperluas jangkauan pembaca mereka dan membangun koneksi dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama dalam hal keagamaan.
Ketujuh, menulis Kolom Ramadan tanpa honor juga dapat menjadi bentuk kontribusi penulis kepada masyarakat, khususnya di Kabupaten Pati. Saya sengaja memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan mereka secara gratis untuk membantu orang lain memahami dan menghayati bulan Ramadan dengan lebih baik.
Saya mengajak siapa pun yang memiliki kemampuan menulis untuk turut serta dalam dakwah digital, bisa mengirimkan tulisannya di pcnupati.or.id. Tidak harus menjadi penulis profesional, yang penting adalah menyampaikan pesan kebaikan dengan niat yang lurus. Bersama-sama, kita bisa menjadikan Ramadan lebih bermakna melalui tulisan. Jadi, mari menulis, bukan karena honor dunia, tetapi demi honor dari Allah SWT yang jauh lebih besar dan abadi.
La apa tetap menulis tanpa honor? Ya, dieling-eling wae, kan ana pasa ana badha!
*Dr. Hamidulloh Ibda, penulis lahir di Pati, dosen dan Wakil Rektor I Institut Islam Nahdlatul Ulama (Inisnu) Temanggung (2021-2025), Koordinator Gerakan Literasi Ma’arif (GLM) Plus LP. Ma’arif NU PWNU Jawa Tengah (2024-2029), reviewer 31 Jurnal Internasional terindeks Scopus, Editor Frontiers in Education terindeks Scopus Q1 (2023-sekarang), dan dapat dikunjungi di website Hamidullohibda.com.