Ketika Musa Memukul Laut Merah dengan Tongkat
Oleh : M. Iqbal Dawami
“Apakah kau ingat film The Ten Commandments?”
“Tentu aku ingat. Ada adegan ketika Musa—yang diperankan Charlton Heston—mengangkat tongkatnya, lalu air laut pun terbelah, dan bangsa Israel bisa menyeberang,” ujarnya.
“Padahal di Alkitab tidak demikian,” kata teman saya. “Di Alkitab, Allah berkata kepada Musa, ‘Berbicaralah kepada bangsa Israel dan suruhlah mereka berjalan terus.’ Sesudah itu barulah Dia menyuruh Musa untuk mengangkat tongkatnya, dan Laut Merah pun terbelah. Jalan itu baru tercipta setelah ada keberanian untuk menempuhnya.”
Dialog di atas saya temukan dalam buku Paulo Coelho berjudul Seperti Sungai yang Mengalir (2012). Saya mendapatkan pesan yang menarik dan saya mengamininya. Meski saya belum pernah membaca ayat tersebut dalam Alkitab tetapi hukum alam memang sering berkata demikian bahwa keberanian akan memunculkan keajaiban. Ya, jalan keluar justru muncul pada saat setelah melakukannya, bukan pada saat sebelum melakukannya. Dalam realita kehidupan banyak sekali menunjukkan perihal tersebut.
Misalnya saja pada saat kita hendak menulis, entah itu cerpen, esai, maupun sebuah buku. Kita seringkali dihadapkan kesulitan untuk memulai apa yang hendak kita tulis. Baru satu kata saja ditulis, sudah dihapus lagi, karena merasa kurang bagus. Kita menunggu ide datang. Selama menunggu itu kita tidak juga menggerakkan tangan kita untuk menulis. Walhasil, kita pun tidak menemukan ide itu. Tapi, ide muncul tatkala kita langsung saja menuliskan apa yang ada dalam benak kita. Memang, biasanya tulisan kita di paragraf pertama itu tidak bagus, tapi justru dengan begitu ide itu kita dapatkan.
Saya sendiri sering mengalami hal itu. Mentok dan writer block, begitu istilah yang sering digunakan orang untuk menggambarkan penulis yang mengalami kemacetan ide, sehingga tulisannya tidak jadi. Namun, pada saat saya memulainya tanpa memikirkan akan menjadi seperti apa tulisan saya, tiba-tiba saja ide bermunculan. Dan menulis pun menjadi lancar. Sungguh sebuah anugerah. Memang tulisan awal itu tidak karuan isinya. Bahkan mungkin tidak ada maknanya sama sekali. Tetapi, begitu ide muncul, tulisan pun menjadi terarah, berbobot, dan bermakna.
Hal ini juga berlaku dalam bisnis. Ketika seseorang ingin berbisnis biasanya bingung. Bingung yang lumayan kompleks. Tapi biasanya soal modal (uang) yang paling utama, misalnya darimana akan mendapatkan modal bisnisnya. Ide sudah ada tapi mereka menunggu modalnya. Akhirnya, mereka tidak pernah berbisnis karena katanya tidak punya modal. Saya tidak tahu apa mereka pernah memperhatikan orang-orang yang sukses dalam berbisnis. Maksud saya, apakah mereka pernah mengulik bahkan bertanya bahwa para pebisnis sukses itu mengawali bisnisnya dengan sebuah modal?
Soal modal ini saya pernah melakukan riset kecil-kecilan, entah itu bertanya, membaca, bahkan saya alami sendiri. Kesimpulannya adalah bahwa orang yang sukses bisnis itu tidak pernah menunggu modal. Mereka langsung melakukan sesuatu tanpa pernah menunggu. Apa yang bisa mereka lakukan segera melakukannya. Nah, pada saat proses bisnis itulah modal datang dengan sendirinya, entah itu dari teman, kenalan, atau pun bank.
Biasanya orang-orang seperti ini mempunyai latar belakang kehidupan yang sederhana bahkan kekurangan. Tapi, berkat keberanian untuk memulai usaha, akhirnya mereka berhasil. Ya, bisnis memang butuh modal, kita tidak menafikan itu. Tapi, bukan modal berupa uang yang paling pokok, melainkan karakter dan kepribadian. Itulah modal sesungguhnya. Ketekunan, kesabaran, kejujuran, itulah modal-modal yang mengantarkan mereka kepada modal berupa uang.
Terlalu Banyak Berpikir
Mengapa kita tidak mendapatkan apa yang hendak kita inginkan? Berdasarkan pengalaman saya dan beberapa orang yang saya temui, kebiasaan berpikir terlalu lama adalah salah satu faktornya. Orang tidak bisa menulis karena kebanyakan berpikir ‘apa yang hendak aku tulis?’ atau ‘ah tulisanku jelek, aku hapus lagi saja’. Pikiran-pikiran semacam itu membuat orang tidak jadi menulis. Yang ada dalam benaknya adalah kesulitan-kesulitan saja. Padahal, tidak ada sebuah tulisan yang langsung bagus. Sebuah tulisan bagus membutuhkan pengeditan juga di sana-sini.
Begitu juga dalam bisnis. Biasanya orang yang tidak pernah mewujudkan bisnisnya karena kebanyakan berpikir, khususnya pikiran-pikiran negatif. Takut rugi adalah salah satunya. Belum apa-apa mereka sudah mengalkulasikan kalau bisnisnya akan rugi. Padahal bisnisnya saja belum dilakukan, lha kok bisa akan rugi? Ibaratnya, orang semacam itu sudah kalah sebelum bertanding. Terlalu banyak dipikirkan jadinya seperti itu. Anehnya, orang seperti ini biasanya orang yang secara pendidikan lebih tinggi. Segala sesuatunya diukur secara logika. Karena bisnisnya tidak logis maka mereka sudah mendapatkan kesimpulannya bahwa bisnis mereka akan merugi. Oh, My God.
Keberanian Untuk Memulai
Kembali kepada kisah di atas. Hanya orang-orang yang berani melangkah/memulai yang bisa mendapatkan jalan menuju kesuksesan. Musa disuruh berjalan terlebih dahulu kemudain memukulkan tongkatnya kepada lautan, sehingga lautan pun terbentang menjadi jalan yang bisa dilaluinya.
Kisah Musa tersebut seolah memberi pesan bahwa akan selalu ada jalan bagi orang yang berani untuk melangkah atau memulai. Yang penting adalah keberanian tersebut. Setelah itu akan ada jalan yang dapat ditemukan. Jalan itulah yang menjadi misteri kita, karena tidak akan kita sangka-sangka. Biarlah itu menjadi tugas Tuhan memberikan jalannya kepada kita.
Soal keberanian ini saya jadi teringat dengan kisah kawan saya. Di hari minggu pada saat kami menonton acara Kokoronotomo, yakni sebuah acara di Metro TV yang mengajak penonton untuk melihat kehidupan di Jepang.
Pada saat itu tiba-tiba salah satu kawan nyeletuk, “Kapan ya kita bisa jalan-jalan ke Jepang?” Obrolan kami pun bergulir ke sana-ke mari perihal bagaimana bisa jalan-jalan ke luar negeri. Salah satu kawan lagi bercerita bahwa ada teman kuliahnya sering bepergian ke luar negeri dengan gratis. Uniknya, kawannya itu tidak pintar-pintar amat, alias biasa saja. Saat kutebak pasti orang itu pintar Bahasa Inggrisnya. Tidak juga, kata teman saya. Dia hanya modal nekat saja. Dia mencari peluang dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya perihal bisa bepergian ke luar negeri secara gratis.
Akhirnya dia menemukan informasi yang diinginkannya. Tanpa banyak berpikir, dia mencobanya. Walhasil dia berhasil. Hingga kini dia sudah mengunjungi beberapa negara, seperti Spanyol, Australia, Singapura, dan Malaysia. Sungguh luar biasa. Modalnya cuma keberanian. Itulah kemudian yang menjadikannya dia menemukan jalan setelah dia melangkah. Entah itu beasiswa, pertukaran pelajar, maupun lewat berkenalan dengan orang dimana kemudian dipercaya untuk ikut terbang ke luar negeri. Amazing.
Hukum Syaja’ah
Dalam bahasa arab keberanian itu artinya as-syaja’ah. Keberanian merupakan jalan untuk mewujudkan sebuah kemenangan. Tanpa keberanian mustahil kemenangan akan diraih. Al-Abbas bin Abdul Muththalib menceritakan kepahlawanan Rasulullah Saw. dalam peperangan Hunain. Ia berkata: “Ketika pasukan kaum muslimin tercerai berai, Rasulullah justru memacu bighalnya ke arah pasukan kaum kafir, sementara aku terus memegang tali kekang bighal tersebut supaya tidak melaju dengan cepat. Saat itu beliau berkata: “Aku adalah seorang nabi bukanlah pendusta. Aku adalah cucu Abdul Muththalib.” (HR: Muslim)
Dari situ Rasul memberi contoh kepada kita untuk mempunyai sifat berani dalam kebenaran demi mencapai kesuksesan. Tidak hanya kesuksesan, keberanian juga akan membuat jiwa dan mental kita sehat. Hal ini sebagaimana dikatakan Hamka bahwa untuk mencapai hidup bahagia di antaranya memiliki jiwa yang sehat. Kesehatan jiwa dan kesehatan badan merupakan kesatuan yang tidak terpisah.
Oleh karena itu setiap orang sebaiknya menanggulanginya sebab-sebab timbulnya penyakit, baik penyakit secara fisik maupun secara batin, yaitu penyakit hati. Hamka kemudian menyarankan agar membiasakan beberapa pekerjaan yang dapat memelihara kesehatan, yaitu salah satunya adalah syaja’ah alias keberanian.
Keberanian akan menyertai orang-orang yang istiqamah di jalan Allah yang memunculkan sikap ketenangan dan optimistis. Jadi orang yang istiqamah akan senantiasa berani, tenang, dan optimistis karena yakin berada di jalan yang benar dan yakin pula akan dekatnya pertolongan Allah.
M. Iqbal Dawami, adalah penulis, pengajar, dan editor. Bukunya yang sudah diterbitkan di antaranya: The True Power of Writing; Menulis itu Menyembuhkan (2007), Cita-Cita; The Secret and Power Within (2009), Anak Kecil yang Mengubah Dunia (2010), Sang Pengubah Mitos (2010), Makin Kaya dan Bahagia dengan Keajaiban Memberi (2010), The Miracle of Writing; Memunculkan Keajaiban Menulis (2010), Di Kereta Pramex (2011), Kamus Istilah Populer Islam (2013), dan lain-lain. Dia juga aktif menulis opini dan resensi di media massa.
Penikmat kopi ini juga hobi melakukan jungle tracking dan traveling guna menyelami kehidupan ke berbagai daerah. Dia dapat dikontak di email iqbal.dawami@gmail.com