Hari Ibu, Hari Pengabdian
Oleh: Maulana Karim Sholikhin*
Mary, Maria atau Maryam, wanita suci nan tangguh. Bahkan oleh umat nasrani namanya diabadikan untuk peringatan hari raya, Mary Christmas, yang secara bahasa kurang lebih, Maria dan Christ yang diutus. Christ dalam beberapa ‘rawi’ disandarkan kepada Jesus atau Isa. Hmm, tapi, paragraf pertama ini sekadar pengantar saja.
Alih-alih nyemplung dalam perdebatan sengit untuk mengucapkan selamat natal, penulis justru lebih tertatik dengan Bunda Maryam dan putranya, Isa. Betapa tidak, ketika iya dirawuhi Jibril dan menyampaikan perintah Allah, untuk menitipkan janin Isa, ia serta merta menerima.
Maryam bukan wanita yang (mohon maaf) bodoh. Ia faham betul risiko yang akan menimpanya jika sami’tu wa atho’tu atas perintah tuhan. Pun ia sadar bahwa dirinya bukanlah robot yang tahan hujat. Apa kata dunia jika wanita suci hamil tanpa suami. Namun apa boleh buat, ia manut saja perintah Gusti.
Saat hamil ia mengasingkan diri demi menghindari tuduhan picik atas dirinya dan janin yang dikandung. Bahkan setelah melahirkan anak laki-laki tampan rupawan, ia hampir putus asa, namun Jibril kembali datang dan memberinya Motivasi (Q.S. Maryam: 24).
Setelah kembali dari pengasingan, apa yang selama ini dikhawatirkan terjadi. Maryam dihujat netizen habis-habisan. Ia yang dikenal sebagai wanita suci, tiba-tiba pulang bersama seorang bayi.
Sontak, Isa yang masih bayi tak terima Mamak yang telah susah payah mengandung dan melahirkannya diperlakukan keji. Ia pun marah serta memberi penjelasan kepada warga.
***
Di hari ibu yang luhur ini, sudah selayaknya yang kita kirim untuk para ibu bukan hanya bunga dan kado kecil. Namun, layaknya Ramadhan, satu bulan kita kuliah, setahun suntuk kita KKN.
Pun hari agung 22 Desember. Sehari memghayati ibu, selamanya kita praktik lapangan. Bak Isa yang membela Maryam. Meski proses kelahirannya membawa kesusahan bertubi-tubi, namun di kemudian hari Isa menjadi kebanggaan bagi Ibu dan keluarganya.
Meski sering mengelak kalak diperintah, membantah kalah dinasihati, menaruh handuk di atas kasur atau ogah mencuci piring sehabis makan, biarkan itu menjadi kenangan manis yang telah usai. sebab hari ibu bukanlah sekadar perayaan dan quote-quote mutiara, tapi sebuah pengabdian.[]
*Penulis adalah Pendidik di Ponpes Shofa Az Zahro’ dan MI Hidayatul Islam