Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Kolom » Tahlilan Wah Ala Kampung

Tahlilan Wah Ala Kampung

  • account_circle admin
  • calendar_month Kam, 13 Okt 2022
  • visibility 64
  • comment 0 komentar

Oleh: Maulana Karim Sholikhin* 

Mengejutkan! Kata pertama yang terlontar saat mendengar bahwa ada sebuah desa yang mungkin belum dijamah Google Street View, biaya kematiannya begitu mahal. Bahkan bisa lebih mahal daripada di kota-kota besar. 

Cerita ini bermula saat penulis mengantar seorang ustadz untuk mengisi ceramah dalam acara tujuh hari kematian. Tentu cuma orang NU yang mengamalkan upacara ini. 

Setelah sampai lokasi, memang tidak ada yang aneh. Hanya sebuah rumah yang teramat sangat sederhana dengan tenda kematian di depannya yang berisi kurang lebih 300-an bapak-bapak. 

Kejanggalan mulai terasa jelang pulang, tepatnya saat berkatan tiba. Seperti umumnya di pantura timur, berkat tujuh hari berisi sebungkus mie instan, sedikit gula, sedikit beras dan juga teh celup. 

Namun yang mengherankan adalah, di atas berkatan itu ada sebuah sarung merk sitting elephant (gajah lungguh) yang–penulis tau–harganya cukup mahal. Sampai di mobil, si Ustadz ternyata juga merasakan kejanggalan itu. “Rumahnya sederhana, tapi berkatnya mewah banget, ya, kang”. 

Karena penasaran, kami memutuskan untuk mampir  ke sebuah warung demi mendapatkan informasi lebih. Bak main detektif-detektifan, kami berpura-pura membeli rokok sambil bincang basa basi dengan empunya warung, sampai tak terasa obrolan mulai menjurus ke tema yang berputar-putar di otak kami sejak tadi. “Sudah jadi tradisi sini, pak”, kata pemilik warung. 

“Ibu-ibu dapat kain sama kerudung, bapak-bapak dapat sarung”, si ahli warung melanjutkan uraiannya, kami semakin ternganga. 

Satu hal yang lebih mengguncang sanubari kami, pemilik warung itu juga bilang kalau Shohibul Mushibah yang kami datangi tadi, menjual sebidang tanah satu-satunya demi membiayai kebutuhan tahlil 7 hari. 

Ngeri-ngeri sedap, sang ustadz segera mengajak penulis mengembalikan amplop yang sudah diterima, namun penulis menolaknya. Alih-alih diterima baik-baik, bagaimana kalau si empunya marah, dikira menghina dan lain sebagainya. 

Kasus ini bukan sebatas gengsi saja lho ya. Justru fenomena ini adalah domino effect dari sifat dasar masyarakat desa yang serba pekewuh (baca: sungkan). “Sebenarnya saya ngga suka budaya ini, tapi kami terlanjur menerima sarung je. Kalau kami memutus adat, apa kata tetangga,” begitu kira-kira. 

Runyam kan? Kalau boleh usul, tradisi ini seharusnya dihapuskan. Bukan tahlilannya, tapi berkatan yang wah itu lho yang perlu ditinjau kembali. Mengingat kekuatan ekonomi masyarakat sangat hetero alias beda-beda. 

Pun pihak terkait seperti tokoh agama dan pemerintah saatnya ambil peran. Kalau biasanya warga yang demo ‘turunkan harga BBM’, giliran pemerintah menyuarakan ‘turunkan harga tahlilan’. Agar apa? Agar tahlilan tak menjadi beban. 

Sebab jika dibiarkan efek dominonya bisa meluber kemana-mana. Tradisi kena, NU pun kena. 

Padahal standar minimal suguhannya nabi sudah jelas, walaw bi syurbi maa’in, seteguk air minum. Ya minimal secangkir kopi lah bisa ndak ngisin-ngisini banget. 

*Penulis merupakan pendidik di Ponpes Shofa Az Zahro’ dan MI Hidayatul Islam Gembong

  • Penulis: admin

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • PCNU-PATI

    Belajar Disiplin dari Kiai Sahal Mahfudh

    • calendar_month Sab, 5 Nov 2022
    • account_circle admin
    • visibility 55
    • 0Komentar

    Oleh : Siswanto Kiai Sahal Mahfudh yang kita ketahui merupakan sosok ulama yang ‘alim dan faqih dari pelbagai fan keilmuan. Hal ini bisa dilihat dari kiprah beliau selama menjadi Rais ‘Aam PBNU, menjadi Direktur Pengururuan Islam Mathali’ul Falah (PIM), dan menjadi pengasuh Pondok Pesantren Maslakul Huda Kajen Margoyoso Pati. Menunjukkan kalau beliau ‘alim dari pelbagai […]

  • Pelantikan Pengurus NU dan Fatayat NU Dukuhseti Dihadiri Kiai Aniq

    Pelantikan Pengurus NU dan Fatayat NU Dukuhseti Dihadiri Kiai Aniq

    • calendar_month Jum, 25 Feb 2022
    • account_circle admin
    • visibility 45
    • 0Komentar

    Tausyiyah KH. Aniq Muhammadun, Rois Syuriyah PCNU Pati DUKUHSETI – MWC NU Dukuhseti, Pimpinan Anak Cabang (PAC) Fatayat NU beserta 14 Pengurus Ranting NU dan PR Fatayat NU se-Dukuhseti telah benar-benar absah untuk menjalankan tugas. Semua jajaran dalam kepengurusan tersebut resmi dilantik, Jumat (25/2) siang tadi,  Pelantikan yang dilangsungkan di Gedung Haji Dukuhseti itu dihadiri […]

  • Siswa MA Manahijul Huda Sabet Tiga Juara di Ajang Porseni

    Siswa MA Manahijul Huda Sabet Tiga Juara di Ajang Porseni

    • calendar_month Sel, 17 Jun 2025
    • account_circle admin
    • visibility 55
    • 0Komentar

      Pcnupati.or.id – Siswa Madrasah Aliyah (MA) Manahijul Huda Desa Ngagel, Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati, menorehkan prestasi di ajang Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) tingkat kabupaten, yang berlangsung pada Sabtu (14/6/2025) di MAN 1 Pati. Dalam ajang ini, siswa MA Manahijul Huda berhasil meraih juara dalam tiga cabang yang diperlombakan. Antara lain Juara 1 Bulutangkis […]

  • MWCNU Batangan Gelar Pengajian Akbar

    MWCNU Batangan Gelar Pengajian Akbar

    • calendar_month Sen, 17 Jul 2017
    • account_circle admin
    • visibility 39
    • 0Komentar

    Pati, Pengurus Wakil Cabang Nahdlatul Ulama Kecamatan Batangan mengadakan Pengajian Akbar dalam Rangka Halal bi halal, pengajian bertempat di Desa Klayusiwalan Batangan dengan pembicara KH. Abdul Wahid dari Cluwaki, 11/7 kemarin.             KH. Abdul Mukhid Syuriah MWCNU Bantangan mengemukakan untuk menjalin silaturahmi yang baik, antara  pengurus wakil Cabang dan pengurus Ranting, tidak ada salahnya apabila […]

  • Photo by Nouman Younas

    KH. Sirodj: Sosok Cerdas Pencetus Pondok Pesantren Wetan Banon

    • calendar_month Jum, 10 Mei 2024
    • account_circle admin
    • visibility 119
    • 0Komentar

    Oleh. Natasya Avnal Maulida Siapakah KH Sirodj Sosok Kiai Haji Sirodj merupakan salah satu kiai besar di desa Kajen, kecamatan Margoyoso, kabupaten Pati, beliau adalah pendiri sekaligus pengasuh di pondok pesantren Wetan Banon yang kini lebih dikenal sebagai pondok pesantren Salafiyah Kajen. Beliau terlahir pada tahun 1865 di desa Kajen. Ayahnya bernama Ishaq bin Sawijah […]

  • PCNU-PATI

    Rangkul Komunitas Produsen Kopi, KKN Tempura IPMAFA Lakukan Pendampingan Marketing UMKM Kopi Desa Tempur

    • calendar_month Sel, 5 Sep 2023
    • account_circle admin
    • visibility 38
    • 0Komentar

    Pcnupati.or.id-Tempur, 01/09/2023. KKN Tempura melaksanakan program di bidang ekonomi yang berkaitan dengan pendampingan marketing kepada para pelaku usaha kopi. Kegiatan dikemas secara santai berupa kopdar, bersama dengan komunitas UMKM kopi desa Tempur bernama Klaster Kopi Tempur yang diketuai oleh Khusnul Ulum yang sekaligus pemilik The Real Kopi Tempur serta tim KKN Tempura IPMAFA. Klaster Kopi […]

expand_less