Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Kolom » Dakwah Islam Nusantara Melalui Kebudayaan

Dakwah Islam Nusantara Melalui Kebudayaan

  • account_circle admin
  • calendar_month Ming, 10 Apr 2022
  • visibility 43
  • comment 0 komentar

(Aku tidak utus engkau Muhammad kecuali untuk mengasihi alam semesta)

Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin. Islam mengajarkan kita untuk senantiasa menjunjung dan menebarkan cinta sebagai sumber bagi ekspresi-ekspresi etika, rahman, rahim dan kemanusiaan universal kepada seluruh makhluknya tanpa kecuali. Sehingga, esensi dari rahmatan lil alamin adalah memberikan bentuk kelembutan dalam bergaul dan menyayangi kepada semua manusia tanpa membeda-bedakan latar belakang. Hal inilah yang menjadi kunci dakwah Islam yang rahmatan lil ‘alamin tanpa ada paksaan dan intimidasi.

Nabi Muhammad diutus di muka bumi sebagai bukti kasih sayang Allah kepada umat manusia. Nabi Muhammad juga bertugas untuk mengubah manusia dari ketidakberdayaan menjadi berdaya, dari perilaku tidak etis menjadi etis, dan dari keterpurukan menjadi kesejahteraan.

Oleh sebab itu, Islam datang dengan membawa ajaran kebaikan bagi umat manusia di semesta alam. Islam juga dalam menyampaikan risalahnya dengan penuh kebijaksanaan  dan kasih sayang. Begitulah ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad untuk memberikan kedamaian dan keteduhan kepada umat manusia di seluruh alam semesta.

Sedangkan dakwah yang dibawa oleh Nabi Muhammad bukanlah perkara yang mudah di tengah-tengah bangsa Arab yang pada waktu itu menyembah berhala, memiliki sukuisme yang tinggi, dan prostitusi di mana-mana. Sehingga beberapa kali Nabi Muhammad saat melakukan dakwah disiksa, dilecehkan, dilempari batu, dan bahkan akan dibunuh.

Akan tetapi dengan kerendahan hati dan ketulusannya dalam membawa risalah, beliau tidak melawan, justru beliau mendoakan agar mereka diberikan hidayah dan bahkan mendoakan agar anak cucunya kelak bisa masuk Islam. Inilah contoh dakwah yang dibawakan oleh Nabi Muhammad dengan rasa penuh kasih sayang dan bijaksana (berakhlakul karimah).

Oleh karena itu, sangat jelas bahwa barometer dakwah dalam ragam bentuknya adalah berbingkai akhlak karimah untuk memanusiakan manusia dan menghormati orang lain, sekalipun ia ingkar kepada Allah Swt.

Hal ini juga dipraktekkan oleh  Wali Songo dalam menyebarkan agama Allah dengan cara penuh kasih sayang dan kedamaian. Sehingga, Islam bisa masuk ke Nusantara tidak menghancurkan seluruh kebudayaan masyarakat, melainkan Wali Songo mendakwahkan Islam dengan menggunakan strategi kebudayaan. Melalui  strategi kebudayaan  itulah Sunan Kalijaga menggunakan wayang kulit sebagai media dakwah.

Dari wayang kulit di atas, ia memasukkan syahadat dalam dunia pewayangan. Ritual doa-doa, jampi-jampi, dan mantera-mantera yang biasa diucapkan oleh masyarakat Jawa kala itu, pelan-pelan diganti oleh Sunan Kalijaga dengan bentuk kalimah syahadat. Melalui kalimah syahadat tersebut, pelan-pelan masyarakat Jawa masuk Islam tanpa ada paksaan, dan pelan-pelan kalimah syahadat menjelma menjadi mantera keseharian masyarakat saat melakukan ritual.

Dengan demikian, dakwah yang ditempuh para ulama Nusantara yang ternyata efektif dalam mengubah mindset masyarakat adalah dengan cara kebudayaan masyarakat yang di dalamnya dikemas dan disisipkan nilai-nilai Islam dalam suatu budaya.

Islam hadir bukan di tengah masyarakat yang tidak berbudaya, tetapi bersinggungan dengan adat istiadat yang berkembang di masyarakat. Oleh karena itu, budaya yang baik akan dipertahankan, sedangkan budaya yang tidak baik akan diganti dengan budaya yang bermanfaat dan dibenarkan.

Maka dalam berdakwah, para ulama Nusantara sempurna mengamalkan firman Allah, ud’u ilaa sabiili rabbika bil hikmah wal maw’idhatil hasanah wa jaadilhum billatii hiya ahsan. Artinya:Ajaklah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah, tutur kata yang baik, dan berdiskusilah dengan mereka dengan baik.” Dengan cara dan startegi dakwah yang demikian, Islam dianut banyak orang. Islam memang masuk ke Indonesia sejak abad ke 13. Tetapi, benar-benar dianut dan dipilih oleh warga Nusantara secara luas baru pada periode Wali Songo. Sehingga dari itu, Jawa bisa diislamkan tanpa ada pertumpahan darah dan masyarakat memeluk agama Islam tanpa ada paksaan, kekerasan, dan intimidasi. (Siswanto)

Wa maa arsalnaaka illa rahmatan lil alamin

(Aku tidak utus engkau Muhammad kecuali untuk mengasihi alam semesta)

Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin. Islam mengajarkan kita untuk senantiasa menjunjung dan menebarkan cinta sebagai sumber bagi ekspresi-ekspresi etika, rahman, rahim dan kemanusiaan universal kepada seluruh makhluknya tanpa kecuali. Sehingga, esensi dari rahmatan lil alamin adalah memberikan bentuk kelembutan dalam bergaul dan menyayangi kepada semua manusia tanpa membeda-bedakan latar belakang. Hal inilah yang menjadi kunci dakwah Islam yang rahmatan lil ‘alamin tanpa ada paksaan dan intimidasi.

Nabi Muhammad diutus di muka bumi sebagai bukti kasih sayang Allah kepada umat manusia. Nabi Muhammad juga bertugas untuk mengubah manusia dari ketidakberdayaan menjadi berdaya, dari perilaku tidak etis menjadi etis, dan dari keterpurukan menjadi kesejahteraan.

Oleh sebab itu, Islam datang dengan membawa ajaran kebaikan bagi umat manusia di semesta alam. Islam juga dalam menyampaikan risalahnya dengan penuh kebijaksanaan  dan kasih sayang. Begitulah ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad untuk memberikan kedamaian dan keteduhan kepada umat manusia di seluruh alam semesta.

Sedangkan dakwah yang dibawa oleh Nabi Muhammad bukanlah perkara yang mudah di tengah-tengah bangsa Arab yang pada waktu itu menyembah berhala, memiliki sukuisme yang tinggi, dan prostitusi di mana-mana. Sehingga beberapa kali Nabi Muhammad saat melakukan dakwah disiksa, dilecehkan, dilempari batu, dan bahkan akan dibunuh.

Akan tetapi dengan kerendahan hati dan ketulusannya dalam membawa risalah, beliau tidak melawan, justru beliau mendoakan agar mereka diberikan hidayah dan bahkan mendoakan agar anak cucunya kelak bisa masuk Islam. Inilah contoh dakwah yang dibawakan oleh Nabi Muhammad dengan rasa penuh kasih sayang dan bijaksana (berakhlakul karimah).

Oleh karena itu, sangat jelas bahwa barometer dakwah dalam ragam bentuknya adalah berbingkai akhlak karimah untuk memanusiakan manusia dan menghormati orang lain, sekalipun ia ingkar kepada Allah Swt.

Hal ini juga dipraktekkan oleh  Wali Songo dalam menyebarkan agama Allah dengan cara penuh kasih sayang dan kedamaian. Sehingga, Islam bisa masuk ke Nusantara tidak menghancurkan seluruh kebudayaan masyarakat, melainkan Wali Songo mendakwahkan Islam dengan menggunakan strategi kebudayaan. Melalui  strategi kebudayaan  itulah Sunan Kalijaga menggunakan wayang kulit sebagai media dakwah.

Dari wayang kulit di atas, ia memasukkan syahadat dalam dunia pewayangan. Ritual doa-doa, jampi-jampi, dan mantera-mantera yang biasa diucapkan oleh masyarakat Jawa kala itu, pelan-pelan diganti oleh Sunan Kalijaga dengan bentuk kalimah syahadat. Melalui kalimah syahadat tersebut, pelan-pelan masyarakat Jawa masuk Islam tanpa ada paksaan, dan pelan-pelan kalimah syahadat menjelma menjadi mantera keseharian masyarakat saat melakukan ritual.

Dengan demikian, dakwah yang ditempuh para ulama Nusantara yang ternyata efektif dalam mengubah mindset masyarakat adalah dengan cara kebudayaan masyarakat yang di dalamnya dikemas dan disisipkan nilai-nilai Islam dalam suatu budaya.

Islam hadir bukan di tengah masyarakat yang tidak berbudaya, tetapi bersinggungan dengan adat istiadat yang berkembang di masyarakat. Oleh karena itu, budaya yang baik akan dipertahankan, sedangkan budaya yang tidak baik akan diganti dengan budaya yang bermanfaat dan dibenarkan.

Maka dalam berdakwah, para ulama Nusantara sempurna mengamalkan firman Allah, ud’u ilaa sabiili rabbika bil hikmah wal maw’idhatil hasanah wa jaadilhum billatii hiya ahsan. Artinya:Ajaklah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah, tutur kata yang baik, dan berdiskusilah dengan mereka dengan baik.” Dengan cara dan startegi dakwah yang demikian, Islam dianut banyak orang. Islam memang masuk ke Indonesia sejak abad ke 13. Tetapi, benar-benar dianut dan dipilih oleh warga Nusantara secara luas baru pada periode Wali Songo. Sehingga dari itu, Jawa bisa diislamkan tanpa ada pertumpahan darah dan masyarakat memeluk agama Islam tanpa ada paksaan, kekerasan, dan intimidasi. (Siswanto)

  • Penulis: admin

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • Buka Raker Ma’arif NU Rembang, Fakhrudin Karmani Ajak Bangun Kekuatan dengan Branding

    Buka Raker Ma’arif NU Rembang, Fakhrudin Karmani Ajak Bangun Kekuatan dengan Branding

    • calendar_month Kam, 9 Jan 2025
    • account_circle admin
    • visibility 56
    • 0Komentar

      Rembang – Ketua Lembaga Pendidikan Ma’arif NU PWNU Jawa Tengah, Fakhruddin Karmani membuka acara Rapat Kerja Lembaga Pendidikan Ma’arif NU PCNU Kabupaten Rembang yang diselenggarakan di Aula PLHUT Ķemenag Kabupaten Rembang pada hari Kamis (09/01/2025). Dalam pengarahannya, Fakhruddin Karmani menyampaikan tentang ideologisasi ke-NU-an melalui Kurikulum Ke-NU-an, kemandirian organisasi dan penguatan ideologi melalui batik Ma’arif, […]

  • PCNU-PATI Photo by Mufid Majnun

    Yang Terpenting dalam Sholat, Terpenting dalam Hidup

    • calendar_month Kam, 10 Nov 2022
    • account_circle admin
    • visibility 42
    • 0Komentar

    Oleh: Maulana Karim Sholikhin* Di suatu malam cerah, di teras sebuah rumah, para pemuda yang tak punya ikatan ormas apapun sedang berdiskusi seru. Bukan untuk membicarakan resesi ekonomi atau projek kereta cepat. Cuma ngobrol ringan dan receh.  Sampai tiba-tiba salah seorang di antara mereka melontar tanya, memecah suasana. “Bagian apa yang terpenting dalam sholat?.” Sementara […]

  • PCNU-PATI Photo by Jordan Harrison

    Dakwah ‘Salah Server’

    • calendar_month Kam, 24 Nov 2022
    • account_circle admin
    • visibility 66
    • 0Komentar

    Oleh: Maulana Karim Sholikhin* Seorang putra wali (yang juga wali) diberangkatkan haji oleh ayahnya. Namun setiba di Pasai, ia bersama temannya malah memilih ‘sekolah’ disana. Tentunya langkah ini diambil untuk memperdalam agama yang sudah diajarkan oleh sang ayah sebelumnya. Pulang ke jawa, tanah kelahirannya, si putra wali ini mengawali debut dakwah di Kediri. Waktu itu, […]

  • Pencari Muka, Racun dalam Organisasi

    Pencari Muka, Racun dalam Organisasi

    • calendar_month Sel, 7 Jan 2025
    • account_circle admin
    • visibility 79
    • 0Komentar

    Oleh: Angga Saputra Pcnupati.or.id – Beberapa waktu lalu, saya bersama teman-teman semasa kuliah di Semarang mengadakan reuni kecil-kecilan. Kami berbincang banyak hal, utamanya ruang lingkup organisasi di daerah masing-masing. Kebetulan, kami sama-sama aktif dalam berorganisasi. Ada yang terjun di organisasi kemasyarakatan, kepemudaan, hingga organisasi sosial. Perbincangan ngalor-ngidul soal organisasi akhirnya mengerucut di satu pembahasan yang […]

  • Mbah Moen Berpulang, Ribuan Santri Padati Sarang

    Mbah Moen Berpulang, Ribuan Santri Padati Sarang

    • calendar_month Sel, 6 Agu 2019
    • account_circle admin
    • visibility 40
    • 0Komentar

    REMBANG-Seharian ini, media sosial dipenuhi dengan berita wafatnya KH. maumun Zubair, Selasa (6/8) pagi waktu Arab Saudi. Berita menggemparkan ini sontak mewarnai dunia maya. Ribuan santri padati Ponpes Al Anwar Sarang untuk doakan Mbah Moen KH. Maimun Zubair atau Mbah Moen adalah sosok ulama kharismatik yang dimiliki Indonesia. Wafatnya kiai asal Sarang, Rembang ini tentu […]

  • Kiai Mujib Sholeh, Mustasyar PCNU Pati Wafat

    Kiai Mujib Sholeh, Mustasyar PCNU Pati Wafat

    • calendar_month Kam, 25 Jan 2024
    • account_circle admin
    • visibility 35
    • 0Komentar

      pcnupati.or.id. – Kabar duka menyelimuti keluarga PCNU Pati di penghunjung Januari 2024. Pasalnya, salah satu Mustasyar PCNU Pati, KH. Abdul Mujib Sholeh berpulang pada Kamis (25/1) malam. Kepulangan Kiai Mujib ini telah dikonfirmasi oleh PCNU Pati melalui salah satu anggota keluarga. KH. Yusuf Hasyim, Ketua NU Kabupaten Pati yang pertama kali meng-post kabar duka […]

expand_less