KH. Zuhdi Ketuai Ulama-Ulama se-Kecamatan Gembong
Suasana pembukaan musyawarah pengurus MWC NU Gembong untuk menentukan pengisian jabatan beberapa pengurus yang wafat dalam masa jabatan |
GEMBONG – Sejumlah ulama Kecamatan Gembong berkumpul di Aula MTs Al Ma’arif Gembong, Jumat (8/10) siang. Mereka adalah jajaran Syuriyah dan pengurus harian MWC NU Kecamatan Gembong.
Para kiai tersebut sedang bermusyawarah untuk mengisi posisi kepengurusan NU yang kosong. Seperti dikabarkan sebelumnya, dalam paruh pertama 2021 ini, NU gembong kehilangan 5 orang pengurus.
Satu ulama dari Mustasyar, yaitu KH Husain Abdullah, dua orang dari jajaran Syuriyah (KH. Ahmad Djaelani Al Hafidz dan KH. Arwan Kholil) serta dua orang pengurus harian MWC NU Gembong, yaitu KH. Chudlori Kesuma (wakil ketua) dan M. Subhan (bendahara). Jumlah tersebut masih ditambah dengan satu orang yang menjabat sebagai Kasatkoryon Banser Gembong, M. Halim.
Dalam musyawarah yang berlangsung mulai pukul 13.30 WIB sampai dengan 15.45 WIB tersebut, para musyawirin berhasil memutuskan beberapa nama untuk mengisi kekosongan jabatan tersebut.
“Beberapa kami ambilkan nama-nama baru, dan beberapa dari orang lama. Supaya sinkron antara pengalaman organisasi dan kaderisasi,” jelas KH. Nur Hasyim, Sekretaris MWCNU Gembong.
Para pengganti tersebut diantaranya, K. Masruron Al Hafidz (Mustasyar) menggantikan KH. Husein Abdullah. Sementara jabatan Ro’is dan wakilnya yang semula dipegang oleh KH. Djaelani dan KH. Arwan, disepakati digantikan oleh KH. Zuhdi dan KH. Mahfudz Anas.
Namun, dalam forum tersebut, para ulama sepuh menghendaki untuk menambah dua nama di papan Syuriyah. Akhirnya, KH. Abdul Wahid dan KH. Juwadi Al Hafidz didapuk sebagai Wakil Ro’is II dan III.
Sementara di ranah Pengurus Tanfidziyah, wakil ketua yang semula dijabat oleh KH. Chudlori Kesuma, digantikan oleh K. Abdul Jalil. Sedangkan bendahara M. Subhan, digantikan oleh Tarmuji dari Kader Penggerak NU.
“Untuk Ketua Banser tidak kita bahas di sini karena itu ranah Banom. Jadi kami biarkan teman-teman Ansor untuk memusyawarahkannya,” lanjut KH. Nur Hasyim.(lut/ltn)