Iklan
Berita

Kata Guru: Antologi Esai Reflektif Para Pendidik MA Salafiyah Kajen Pati

 

PATI – Profesi guru menyimpan banyak kisah dan refleksi mendalam yang kerap menginspirasi. Melalui buku antologi esai berjudul “Kata Guru”, sebanyak 13 guru MA Salafiyah Kajen Pati mencoba merekam dan membagikan pengalaman serta pemikiran mereka seputar dunia pendidikan dalam 15 esai bernas dan menyentuh.

Buku ini diterbitkan oleh Iniibubudi Publishing dengan nomor ISBN 978-602-70232-8-4, setebal X + 106 halaman. Kata pengantar dalam buku ini ditulis oleh Fakhrurozi, Kepala Subdirektorat Bina Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah (Kasubdit Bina GTK MI MTs) di Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah, Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI).

Iklan

Fakhrurozi mengatakan, dirinya merasa sangat bangga akan tertibnya buku yang merupakan hasil ikhtiar para pendidik guna menyebarkan ilmu yang bermanfaat. Tidak hanya kepada murid namun juga kepada orang tua maupun khalayak luas.

“Saya mengapresiasi bagaimana para guru berbagi ilmu, semangat mencerdaskan dan menumbuhkan generasi dan menjadi agen perubahan yang nyata melalui buku Antologi Esai Guru yang telah diterbitkan,” jelas dia.

Sementara itu Arif Sutoyo yang juga dikenal dengan nama Arif Khilwa, koordinator penyusunan antologi sekaligus salah satu kontributor, menyebutkan bahwa penerbitan buku ini bertujuan untuk membudayakan literasi di kalangan guru. Menurut dia, keberanian menulis adalah langkah awal untuk menghidupkan budaya berpikir kritis dan reflektif, baik bagi guru maupun siswa.

“Semua bisa membaca dan menulis. Namun, tidak semua mau membaca dan tidak semua berani menulis. Melalui buku ini, kami ingin memulai dari diri sendiri untuk berani menuangkan ide menjadi karya, yang pada akhirnya bisa menginspirasi para murid,” ujar Arif, guru sosiologi di MA Salafiyah Kajen, Pati, Sabtu (21/6/2025).

Arif menambahkan, bahwa guru tidak hanya bertugas menyampaikan materi, tetapi juga menjadi pendorong budaya literasi dan pembentuk karakter murid.

“Guru dituntut tidak hanya memotivasi, tetapi juga menginspirasi, termasuk dalam membentuk budaya baca-tulis di lingkungan madrasah,” imbuh Arif yang juga Ketua Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi) PCNU Pati ini.

Dari sisi penerbit, Asa Jatmiko menyampaikan bahwa buku “Kata Guru” adalah respons sekaligus kontribusi para guru terhadap dinamika pendidikan saat ini.

“Tantangan dunia pendidikan saat ini menuntut respons aktif dari semua pihak. Perubahan teknologi, hadirnya generasi Z dan Alpha, serta transformasi sistem pendidikan menjadi tanggung jawab besar yang harus dihadapi bersama,” ujar Asa, yang juga dikenal sebagai seniman asal Kudus.

Adapun karya-karya dalam buku ini mencakup beragam isu, mulai dari refleksi peran guru hingga persoalan struktural dalam pendidikan.

Arif Khilwa menulis dua esai: “Guru Tak Hanya Mengajar Namun Menjadi Pilar Masa Depan Bangsa” dan “Peran Tri Pusat dalam Pembentukan Kepribadian dan Karakter Anak Usia Sekolah.

Penulis lainnya meliputi:
1. Abdul Khalim dengan “Ilusi Sekolah Gratis”.
2. Ali Mahmudi, “Paradigma Pendidikan Kita”.
3. Elang Chandra Ermanu, “Fenomena Problematika”.
4. Indraswati, “Ilmu Falak Sebagai Jalan Spiritual Manusia”.
5. Iqlima Ailisa, “Krisis Identitas di Ruang Kelas”.
6. Isyarotuz Zakiyyah, “Membangun Generasi Inovatif Melalui Pendidikan Riset di Madrasah”.
7. Muhammad Haris Ibnu Malik, “Ketidaksiapan Mental Siswa Menghadapi Era Digital dalam Perspektif Sosiologis”.
8. Muhammad Taufiqurrohman, “Hidup Stoic, Pikiran Epic”.
9. Naila Rajiha, “Bahaya Remaja Oversharing di Media Sosial”.
10. Novita Indah Pratiwi, “Dilematika Sistem Pendidikan Digital vs Konvensional”.
11. Nur Hidayah, “Menyeimbangkan Peran sebagai New Mom yang Bekerja”.
12. Widya Lestari, “Madrasah Cantik Tanpa Lipstik: Membangun Karakter dalam Menangkal Degradasi Moral” dan “Sekolah Tanpa Tantangan: Ketika Naik Kelas dan Lulus Menjadi Formalitas.”

Melalui esai-esai reflektif ini, “Kata Guru” menghadirkan suara-suara dari ruang kelas yang sering kali tak terdengar, namun sangat penting dalam membentuk wajah pendidikan Indonesia. (*/angga/ltn)

Iklan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Konten Terkait

Back to top button