Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Kolom » Genghis Khan dan Rajawalinya

Genghis Khan dan Rajawalinya

  • account_circle admin
  • calendar_month Sen, 26 Sep 2022
  • visibility 75
  • comment 0 komentar

Oleh : M. Iqbal Dawami

Gengis Khan, seorang raja bengis dan kejam dari Mongolia, mempunyai burung Rajawali. Suatu ketika burung Rajawalinya menumpahkan cawan yang berisi air yang hendak diminum Gengis Khan. Ketika cawan itu diisi kembali, pada saat itu pula Rajawali menumpahkannya. Gengis Khan kesal bukan main. Sekali lagi menumpahkan air yang hendak diminumnya, Rajawalinya akan dia bunuh, ujar Gengis Khan. Dan betul saja, ketika Gengis Khan mengisi cawannya lagi, si Rajawali itu menumpahkannya, dan pada saat itu Gengis Khan menghunuskan pedangnya, memenggal leher Rajawali.

Ketika air yang ada dalam cawannya hendak diminum, rupanya air itu bau bangkai. Dan ketika menelusuri aliran sungai yang diambilnya ternyata di hulu ada bangkai binatang. Gengis Khan berpikir sejenak, rupanya Rajawali hendak menyelamatkan dirinya dari penyakit. Gengis Khan menyesal bukan main. Dia kembali ke perkemahannya dengan burung Rajawali yang sudah mati itu dalam pelukannya. Dia memerintahkan kepada prajuritnya supaya dibuatkan patung emas burung itu, dan di salah satu sayapnya dia mengukirkan kata-kata berikut ini:

Saat seorang sahabat melakukan hal yang tidak berkenan di hatimu sekalipun, dia tetaplah sahabatmu.

Dan di sayap satunya lagi, dia mengukirkan kata-kata:

Tindakan apa pun yang dilakukan dalam angkara murka hanya akan membuahkan kegagalan.

Pembaca yang budiman, hikmah apa yang bisa kita ambil dari kisah di atas? Barangkali adalah kita tidak boleh tergesa-gesa “mengeksekusi” tuduhan terhadap sesuatu yang negatif. Banyak motif yang menyelutinya. Seorang kawan, misalnya, berbuat buruk kepada kita, kemudian kita dengan serta merta memutus tali persahabatan, tentu itu merupakan tindakan yang tidak kalah buruk juga dengan yang dilakukan temannya. Mestinya kita tidak perlu sejauh itu bereaksi.

Dalam Cacing dan Kotoran Kesayangannya (2011), Ajahn Brahm bercerita perihal dua bata jelek. Suatu ketika dia memasang batu bata untuk membangun vihara. Sebagai amatiran, dia berusaha sebaik mungkin menata batu bata hingga menjadi sebuah bangunan. Dia tidak peduli berapa lama waktu yang hendak dia habiskan, asalkan dia bisa menata bata secara baik.

Dengan kesabaran yang tinggi Brahm dapat menyelesaikan satu tembok pertamanya. Dia kagum melihatnya. Sekilas terlihat rapi. Tapi, ketika diperhatikan secara seksama, rupanya ada dua batu bata yang tampak miring. Jelek sekali kelihatannya. Kedua bata itu merusak kerapian tembok. Dan sialnya, dua batu bata itu sudah tidak bisa dirapikan karena semennya sudah mengeras.

Tak ada cara lain, Brahm dan biksu lainnya harus membongkar kembali tembok tersebut. Namun, usaha itu dicegah oleh kepala Vihara. Biarkan saja, ujarnya. 

Ketika Ajahn Brahm membawa tamunya berkeliling di wiharanya yang baru setengah jadi, dia selalu menghindarkan para tamu dari tembok itu. Ajahn Brahm tidak suka jika ada orang lain yang melihatnya. Hingga 3-4 bulan berlalu, ada seorang pengunjung yang melihatnya.

“Itu tembok yang indah,” komentar seorang pengunjung dengan santai.

“Pak,” Ajahn Brahm menjawab dengan terkejut, ”apakah kacamata Anda tertinggal di mobil? Apakah penglihatan Anda sedang terganggu? Tidakkah Anda melihat dua batu bata jelek yang merusak keseluruhan tembok itu?”

Sang pengunjung pun berkata ”Ya, saya bisa melihat dua bata jelek itu, namun saya juga bisa melihat 998 batu bata yang bagus”. Lalu Ajahn Brahm pun tertegun. Dia seolah tak percaya ada yang memandang dengan cara lain. Mungkin dia bertanya-tanya dalam hati, ‘iya juga, kenapa aku hanya berfokus pada batu bata yang jelek dan tidak melihat yang lainnya’. Itu membuat pelajaran berharga baginya yang dapat diterapkan dalam bidang lainnya. 

Pelajaran dari batu bata itu bisa kita seret ke dalam kehidupan kita. Misalnya, kita seringkali melihat keburukan/kelemahan kita terus bukan kelebihan kita. Hal itu membuat kita rendah diri, penuh rasa bersalah, dan tidak percaya diri. Padahal, di luar itu ada banyak kelebihan yang kita punya. Hanya saja lantaran kita fokus pada kekurangan, akhirnya kelebihan itu tidak terlihat. Jadi jangan cemaskan “dua bata” jelek yang ada dalam diri kita, maka kita pun hidup akan akan baik-baik saja. Kita akan mudah menerima diri sendiri dari segala kekurangan yang melekat dalam diri.   

Persahabatan kadangkala dihinggapi hal demikian juga. Ini masih terkait dengan kisah di atas perihal pemutusan persahabatan. Tidak sedikit orang terjebak demikian sehingga membuat banyak orang memproduksi permusuhan alih-alih penguatan perkariban. Hanya orang-orang yang menyadari tamsil batu bata itulah yang akan selamat dari permusuhan dan segala kebencian. Karena, dia akan terus menjaga perspektif bahwa segala kekurangan temannya tidak akan menghilangkan rasa cinta terhadapnya.

Karena nila setitik rusa susu sebelanga, begitu peribahasa mengatakan. Gara-gara  melakukan sebuah peristiwa keburukan hancurlah segala kebaikan kita. Semua orang menghukum kita dengan pelbagai cara mereka masing-masing. Mungkin itu akan menyakitkan kita. Tapi lihatlah orang yang benar-benar tulus mencintai kita, mereka akan tetap setiap kepada kita. Mereka tetap mencoba menghubungkan tali silaturahmi. Mereka itu bisa keluarga, sahabat, maupun orang lain yang tahu diri kita yang sesungguhnya.

Sepasang suami-istri akan tetap rukun dan setia apabila memegang prinsip “tembok indah di antara 2 bata jelek”. Keduanya akan memaklumi segala kekurangan yang tidak seberapa dalam diri pasangan mereka masing-masing. Mereka lebih melihat kepada kelebihannya yang begitu banyak ketimbang keburukannya yang sedikit. Kalau sudah begitu “dua bata jelek” itu akan menjadi “penghias dan hiburan” yang membuat mereka selalu dinamis dalam menjalankan biduk rumah tangga. Mereka akan sama-sama menertawakan “dua bata jelek” itu. 

 “Dua bata jelek” juga menjadi tanda bahwa kita adalah manusia yang selalu mempunyai kekurangan (di samping kelebihannya). Maka, sudah sepantasnyalah kekurangan-kekurangan  yang ada dalam diri kita disikapi secara wajar. Al-Insanu mahalill khatha’ wan nisyan, manusia adalah tempatnya salah dan lupa. []

  • Penulis: admin

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • the sun is setting over a mountain range

    Jiwa Sheril Part II

    • calendar_month Ming, 17 Des 2023
    • account_circle admin
    • visibility 55
    • 0Komentar

    Oleh : J. Intifada POV Sheril Syahdu, nama yang indah. Pertama kali aku masuk sekolah yang ku cari adalah sosoknya. Cowo tengil bermata sipit, rambut pirang kulit putih, sudah seperti chinese. Tapi orang tuanya asli jawa. Anak paling pintar di Sekolah Dasar seberang sekolah dasarku dulu. Hanya sering mendengar namanya, dan belum pernah bertemu secara […]

  • Ratusan Siswa Banin Datangi Makam Pepunden

    Ratusan Siswa Banin Datangi Makam Pepunden

    • calendar_month Jum, 19 Jul 2019
    • account_circle admin
    • visibility 48
    • 0Komentar

    WINONG-Ratusan peserta didik Yayasan Tarbiyatul Banin memadati komplek pemakaman Desa Pekalongan, Kecamatan Winong, Kabupaten Pati. Pemandangan ini selalu terjadi setiap kali menjelang peringatan sedekah bumi dan Haul Ki Ageng Rante Kencono Wulung yang diselenggarakan setiap bulan Dzulqo’dah dalam kalender hijriyah. Para peserta didik sedang berkumpul di Makam Ki Ageng Rante Kencono Wulung Hadirnya rombongan peserta […]

  • PKD PMII, Mabincab : Selalu Bergerak!

    PKD PMII, Mabincab : Selalu Bergerak!

    • calendar_month Sab, 24 Jul 2021
    • account_circle admin
    • visibility 47
    • 0Komentar

    Drs. H. Ahmad Farid, M.Ag saat memberikan sambutan secara virtual atas nama Mabincab PC PMII Pati dalam acara Pelatihan Kader Dasar (PKD) dan Launching Kepengurusan PC PMII Pati Masa Khidmat 2021-2022 pada hari Kamis (22/07). PATI-Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC PMII) Kabupaten Pati melaksanakan Pelatihan Kader Dasar (PKD) dan Launching Kepengurusan PC PMII Pati […]

  • PCNU-PATI

    Filantropi Ramadan

    • calendar_month Sen, 25 Mar 2024
    • account_circle admin
    • visibility 59
    • 0Komentar

    Oleh Hamidulloh Ibda*  Ramadan, bulan suci bagi umat Islam di seluruh dunia, bukan hanya tentang ibadah dan puasa semata. Ramadan menjadi momentum untuk introspeksi, berbagi, dan berbuat kebaikan sebanyak mungkin. Salah satu bentuk kebaikan yang sangat dianjurkan selama Ramadan adalah filantropi, kedermawanan, cinta kasih, atau amal kebajikan kepada sesama. Mengapa? Ya, karena manusia tidak sekadar […]

  • Gong Cik: Seni Tradisi Pati yang Menyulam Silat, Seni, dan Filosofi Hidup

    Gong Cik: Seni Tradisi Pati yang Menyulam Silat, Seni, dan Filosofi Hidup

    • calendar_month Sel, 22 Jul 2025
    • account_circle admin
    • visibility 99
    • 0Komentar

    ditulis: Arif Khilwa (Ketua Lesbumi PCNU Pati) Seni tradisi bukan sekadar pertunjukan warisan masa silam. Ia adalah cermin nilai-nilai luhur, identitas kolektif, sekaligus denyut kebudayaan yang senantiasa hidup di tengah masyarakat. Di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, kita menjumpai sebuah bentuk seni tradisi yang unik dan sarat makna: Gong Cik, sebuah ekspresi kebudayaan yang memadukan seni […]

  • PCNU-PATI

    Zakat sebagai Alternatif Pemberdayaan Umat

    • calendar_month Sab, 20 Jan 2024
    • account_circle admin
    • visibility 65
    • 0Komentar

    Oleh : Siswanto, MA Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagain dari hasil usahamu yang baik-baik dan Sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan mengalihkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha […]

expand_less