Berita
ALFI SYAHRIN (Antara Selingkuh dan Poligami)
ALFI SYAHRIN, Nama yang sangat indah dan menarik. Setidaknya dengan dua suku terakhir siapa saja yang memberikan nama kepadanya mengharap kehidupan si cabang bayi itu kelak mulia dan bahagia dunyan wa ukhran. Lebih – lebih apabila yang memberikan nama adalah ibu atau bapaknya tentu dilatarbelakangi dengan pengalaman spiritual dari ayat alfi syahrin yang tidak asing lagi bagi orang2 yang akan mendekat ke Khadratul Quds. Alfi Syahrin bukanlah Nareswati Ken Dedes yang siapapun mengawininya akan lahir seorang raja dalam legenda Jawa. Dia tak sehormat Geisha di Jepang. Tidak seinspiratif Aspasia 2400 th yang lalu dari Athena sang pecinta dari Pericles. Juga tidak seberuntung Thais, wanita hetaera (penjaja di zaman Yunani) yang sempat diperistri oleh Alexander the great dan kemudian berpindah sebagai permaisuri raja Ptolomeus Mesir . Kisah Alfi Syahrin tidak ada yang akan meng-operakan, dikenang. Nasibnya sangat menyedihkan sebagaimana kisah Alfi Lailah wa lailah pada bagian yang memilukan, bahkan mungkin akan disumpah serapahi oleh kaum agamawan. Tidak ada seorang bapa atau ibu muslim muslimah yang mengharapkan anaknya jadi wanita penghibur. Ibunya – khusnudldlon saya– bukanlah Unaizah yang rela menyerahkan anak cantiknya kepada Qudar bin Salif. Alfi bukan pula seorang anak sebagaimana Shoduf bintu Makhya bin Dahr Janda cantik kaya raya yang memasrahkan dirinya pada Mashda’ bin Mahraj, asalkan kedua laki-laki itu mau membunuh unta Nabi Sholeh as. Namun diakui atau tidak, Alfi lahir ditengah masyarakat yang beranggapan wanita sebagai pelayan laki-laki. Dia hidup ditengah wanita sosialita, istri pejabat yang sering memamerkan kekayaan. Atau bahkan istri agamawan yang sering bergaya glamaur. Dia lahir dari umat manusia yang pernah menjadikan hasil prostitusi untuk menghidupi kuil dan pendeta-pendetanya. Dia hidup di tengah masyarakat yang gagal menghargai wanita meskipun pekik lantang emansipasi selalu terdengar nyaring. Hidup di alam dan zaman yang melahirkan begal-begal muda, ditengah segala aturan thethek bengek pendidikan formal yang tidak jelas arahnya. Prostitusi memang pekerjaan yang hina dan sangat tercela, namun masalahnya tidak akan selesai hanya dengan ucapan laknat. Dia bukan hanya dosa wanita saja, tapi juga dosa kaum laki laki yang tidak bertanggung jawab, dosa masyarakat yang menganggap perselingkuhan adalah hal biasa sedangkan matsna tsulatsa ruba’a adalah suatu aib. Alfi Syahrin, dengan namamu itu sepantasnya engkau memakai jilbab menenteng kitab bersenandung sholawat. Yah memang nasib tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Jikalah syahadatmu masih ada, bagaimanapun aku tetap mendoakan semoga Alloh mengampunimu. Allohumma sallim sallim sallim zurriyatana wa thullabana wa nisaalmukminin عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَإِذَا شَهِدَ أَمْرًا فَلْيَتَكَلَّمْ بِخَيْرٍ أَوْ لِيَسْكُتْ وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلَاهُ إِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرً
Disadur dari FB Kang Ubeyd (Rais Syuriyah PWNU Jateng)
Iklan