THR
Minggu terakhir menuju hari kemenangan saya sering bertanya pada diri saya sendiri, pada hati dan nurani juga saya tanyai. Mengapa setiap orang ketika akan datang hari kemenangan setelah satu bulan full di kekang. Selalu sibuk dan ributnya minta ampun, ada yang minta bagi bagi THR, ada pula yang berbagi rejeki, ada pula yang masih berfikir besok di hari kemengan apa yang akan dibeli.
Kegiatan tahunan tersebut selalu menimbulkan keramaian. Selain para dermawan banyak bermunculan. Meskipun setahun sekali tak apalah, daripada sembunyi sama sekali. Itulah potret hari kemenangan. Sehingga saya seringkali mendengar ungkapan dan permintaan dari teman, kolega, teman kantor yaitu tentang berbagi dihari kemenangan ini.
“Mas bagi bagi THR-nya..”
“Pak jangan lupa THR-nya ya,”
“Bos kau yang pegang uang, dan uangmu juga banyak di hari kemenangan ini berbagilah pada kita kita ini”
Ungkapan tersebut baik dengan candaan atau tak, sedikit banyak telah mewakili hati yang sesungguhnya. Bisa di ambil sebuah kesimpulan apabila orang sekarang lebih baik meminta dari pada memberi. Naluri sekali. Padahal jika kita mengingat ingat tentang pelajaran saat kita masih kecil dulu, saat di sekolah atau berada di rumah guru dan orang tua selalu mengulang-ulang nasihat yang sama yaitu “tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah”
Namanya seringkali bisa dijalankan dengan seksama dengan sebaik-baiknya, namun tak sedikit yang mendengarkan melalui telingan kanan dan keluar dari telinga kiri. Dari situlah nasihat/ pituah harus dilaksanakan dengan terus menerus berulang-ulang tanpa bosan.
Apabila orang memahami THR dengan seksama dan perenungan. Maka yang terjadi bukan peminta-minta melainkan sebaliknya. Toh sebenarnya THR itu kepanjangan dari Tebarkan Hikmah dan Rejeki.
Saat mengetahui kepanjangan dari THR saya teringat dengan teman saya, yang pekerjaannya tak tetap, berbaginya tetap setiap tahunnya. Dengan setiap bulan dia selalu menyisihkan pengasilannya untuk di simpan selama setahun penuh. Saat menjelang lebaran simpanan teman saya tersebut dibongkar dan dibelikan sembako dan jajanan untuk di bagikan kepada saudara dan para tetangga sekitar rumahnya. Meskipun tak seberapa akan tetapi sudah berbagi rejeki.
Dari kisah teman saya tersebut, dia sudah menebarkan hikmah dan rejeki kepada orang sekitar. Bisa jadi dia tak terkenal seantero jagat maya atau segala kebaikannya tersebar diberbagai media biar banyak orang menirunya. Dia tak melakukannya. Pernah saya bertanya, jika perjalanmu, kebaikanmu setiap tahun ini di sebarkan secara luas tentu akan banyak orang terinspirasi dengan yang kau lakukan.
Bukan mengiyakan atau menolak melainkan dengan sebuah kalimat sederhana. Jika mengispirasi kalau sebalaiknya bagaimana? Saya menjadi riya’ menjadi sombong dan lainnya. Apabila yang saya lakukan ini baik dan di ridhoi Tuhan, tentu Tuhan akan menggerakkan hati mahluk-mahluk-Nya untuk meniru apa yang saya jalani saat ini. Tanpa harus mencampurinya. Toh kita tahu semuanya yang menggerakkan hati manusia adalah Tuhan yang maha kuasa.
Saya diam tanpa Bahasa dengan apa yang diutarakan teman saya tersebut. Sambil berfikir keras, saya teringat teman, temannya teman saya yang sebagai managerial keuangan pada sebuah perusahaan teman temannya teman saya tersebut tahun ini tak mengeluarkan THR dengan dalih yang njlimet dan tak masuk akal. Ah…namanya orang beda-beda pemahanan dan pemikiran. Coba kau pikirkan, coba kau renungkan.
(Niam At Majha)