Selamat Hari Raya
Baru dua hari saya dan Anda melewati hari kemenangan, kembali ke fitri, saling bermaaf maafan, saling mendoakan, muda sowan ke lebih tua. Di hari kemenangan tersebut banyak doa dan harapan yang kita panjatkan. Dan doa doa selamat di dunia akhirat selalu dilantunkan. Begitu terus setiap tahunnya. Menjaga rutinitas, berbuat kesalahan lagi dimaafkan kembali.
Semoga ini, semoga itu, kehidupannya menjadi berkah melimpah, rejeki bertambah buat bekal ibadah, keluarga sakinah mawadah warohmah. Dan mendapatkan kebaikan di dunia dan juga kebaikan di akhirat. Doa doa sederhana dari para orang tua, dari para simbah dengan penuh ketulusan, tanpa syarat dan isyarat, tanpa pengharapan, tanpa tendesius de es be.
Hari raya adalah berkumpul nya sanak saudara, keluarga dengan penuh bahagia. Saya jadi teringat sebuah status yang sekadar lewat di beranda Facebook saya sebelum hari kemenangan tiba, kurang lebihnya seperti ini. Di hari kemenangan ini, kita harus mampu berbagi, pada keluarga sanak saudara dan tetangga. Bukankah mengajak hal kebaikan adalah sebuah kebaikan itu sendiri.
Dari status semacam seperti itu, banyak menui komentar seperti banjir bandang tahunan. Satu diantara komentar tersebut berbunyi seperti ini, ” Mudah mas untuk di ucapkan, sulit untuk dijalankan” Yang kedua lebih menggelitik, ” Sekarang banyak penceramah kebaikan di dunia maya, dengan bumbu bumbu kebaikan namun nihil dalam realitanya”
Membaca dan melihat komentar tersebut, kemudian saya berkaca pada diri sendiri, dan merenung dalam dalam. Sekarang sudah zamannya dalam merayakan sebuah hari raya lebih ramai di dunia maya dari pada di dunia nyata. Sowan dan silaturahmi sudah tak menjadi ciri. Akan tetapi dengan banyaknya twiboon, ucapan minal aidin walfaidzin, meraimaikan status whatsapp atau pun beranda Facebook, sudah mewakili. Jabat tangan dengan erat, doa doa yang tertambat makin tahun berganti makin berat.
Padahal dengan silaturahmi dengan sowan kepada yang lebih tua, saya dan Anda akan mendapatkan doa doa terindah dengan penuh ketulusan. Salah satu diantaranya seperti ini.
“Mugo-mugo sak keluarga mu diparingi barokah, di paringi keselamatan di dunia dan akhirat, wong tuo isane mung isane dongakke, tahun ngarep iso menangi riyoyo meneh, rejekine mberah kanggo sangu ngibadah marang gusti Allah”
Doa sederhana akan tetapi mencakup semua yaitu selamat dunia dan akhirat. Sederhana sekali dari orang tua saya dan Anda. Jadi dari situ, saya berfikir apakah pertemuan keakraban, doa doa terpanjatkan dapat digantikan dengan twbiboo dan ucapan selamat hari raya melalui pesan pribadi atau status di media sosial dengan sepintas lalu?
Bukankah di hari kemenangan ini saya dan Anda harus menang segalanya. Menang dari ketergantungan media dan ponsel pintar yang bisa menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh.
Saya teringat dengan nasihat sederhana, apabila dengan silaturahmi akan memperbanyak rejeki. Selamat Hari Raya Idul Fitri. Saya dan Anda kembali Fitri dan Semoga tahun depan bisa bertemu kembali.
Niam At Majha