Puisi- Puisi Pulo Lasman Simanjuntak
Lelaki Baya Berlemak
lelaki baya berlemak
setiap pagi menyodorkan berita ekonomi dan bisnis
dengan kurva gratis
dalam hamparan ladang minyak bumi
harganya sangat mahal
bisa bermimpi bersetubuh dengan gandum serta gas beracun
“biarkan mata uang dolar terus bertempur dengan mata uang karet, tugasmu hanya menulis puisi bermata emas dan terus mempersiapkan perang nuklir supaya penyair bisa mengangkat senjata,” pesan lelaki baya berlemak sambil berbisik utang negara harus dibayar dengan jiwa dan raga
aku hanya terdiam karena kehilangan pita suara
nyaris dua hari berenang di padang kosong
karena menyisihkan misi sama dengan membaca mantra bawah tanah
ataukah angan-angan yang terus berbunga
sampai malam ini
ketakutan virus menusuk-nusuk puisiku
ingin bangkit lagi
dari benua orang mati
Jakarta , Rabu 10 Agustus 2022
Lelaki Mata Tuli Jatuh Di Ranjang Sepi
lelaki mata tuli
jatuh di ranjang sepi
tubuhnya dari kertas emas
seperti hewan pemalas
takut menyapa matahari
begitu keras
lelaki mata tuli
tidur di ranjang sepi
bantalnya batu
ditiup angin pagi
tak pernah memikirkan
harga pangan
melambung tinggi
air minumnya dari bensin
dengan bayaran hanya kuitansi
sekarang lelaki mata tuli
sedang merenung
di kamar mandi
disetubuhi bau terasi
bangkai tikus mati
rajin manturbasi berulangkali
ia ingin memeluk negeri khatulistiwa
tanpa kelaparan lagi
Jakarta, Rabu 7 September 2022
Manusia Takut Terbang Ke Surga
“seperti boneka kapas dari kepala sampai kaki berjubah putih , ” seruku saat belum mematahkan tiang-tiang berhala masih ada aroma butiran tembakau, teh tebu, alkohol hijau, dan perzinahan rohani di mezbah baal
semua sepakat memenggal jejak arang
terperangkap
dalam lingkaran ruang
batu-batu roh
“dia duduk bersujud,rambut sebahu amat kecil,”
berteriak sajakku
saat itu tercekik
waktu membuka kitab suci
muatan angin malam mengingatkan kepada gembala dan domba
meluncur deras
dari bukit-bukit pengorbanan
di bawah pohon rimbun
ditentang para nabi
sayap-sayap beelzebul lalu dipatahkan ! berkeping-keping
muntah darah
dosa-dosa ganjil
usus perut meledak
di pinggul rumah-rumah hitam
kuasa kegelapan
mula pertama tak berziarah tiap dinihari menabur kembang
persundalan teramat dalam
penyakit kusta masuk ke dalam tong sampah
daging janin kubanting ke tanah
tertidur pulas dalam sumur kering
otak disiram bunga api mabuk air keras
daun pintu hati yang dulu rajin diketuk
dikunci sangat terikat
kuncinya ialah layangan terbang ke negeri-negeri orang
menggilas genteng rumah
mengangkut tabut perjanjian
sampai sekarang
Jakarta, 2022/2023
Rumah Terbelah Dua
dari kota seberang
pulau terluar
sepasang pengantin bisu
masuk permukiman satu hektar
berlantai angan-angan
jadilah anak-anak kembar
tanpa akte kelahiran
masuk pintu zaman
keluh kesah
di pinggir jalan dalam kota tanpa terminal
yang rajin bertelur polusi udara beracun
maka rumah itu
terbelah dua
dipotongnya dengan sebilah pisau
seperti orang mabuk
menulis di atas dua lembar kertas
dengan tanda tangan palsu
jadi bencana pandemi yang tak mau pergi
akhirnya mereka terkurung dalam rumah terbelah dua
lantaran kelaparan begitu hebat
sampai tiga turunan bermalas-malasan
tidur lelap tak bisa mendendangkan lagu-lagu sion atau menghapal isi kitab suci
kini tinggalkan senjata pertempuran dibidik
antara lelaki berjubah putih dan matahari murtad
kawin mawin lantaran amarah tak berkesudahan
maka rumah terbelah dua jadi sarang burung hantu siang dan malam
belum tahu kemana peta angin
bergerak untuk mengakhiri kisah
rumah terbelah dua
Jakarta, Kamis, 26 Agustus 2021
Mulut
di pasar seni rakyat
masa kini
pada hari perhentian
sajak senja dibenturkan
sebelum matahari terbenam
bau mulut dilontarkan
dalam canda dan tawa
menabrak keras
jadi sebuah bencana
paling memalukan
aku jadi ketakutan
mendengar pujangga tua
jantungnya berteriak-teriak
sampai menembus
gedung pencakar langit
membelah perut cakrawala
bumi ikut bergetar
padahal bukan baca puisi
sampai petang hari
semoga arwah paru-paru besi
tak lagi memompa keterasinganku
sampai amarah meletus
di lantai keramik selasar berbayar
cepatlah naik ke pentas, ajakmu
pertunjukan teater akan dimulai
ada ritual-ritual paling mengerikan
supaya tuntas
antara mulut dan kehidupan rohani
tetap harus menyatu
dalam bongkahan batu
Jakarta, 2022/2023
Otak Merekam
tiba-tiba
cuaca terkejut !
sampai pori-poriku
waktu bersapa
gerangan apa
dalam genangan
perempuan masih gemar
bercumbu dengan terumbu karang
hidup bukan hanya bersolek
atau tabur kemenyan
dalam galian kubur
tangisilah nyawa-Nya
sebab jarak tata surya
hanya lima detik
sesudah itu
sunyi
lumpuh
Pulo Lasman Simanjuntak memulai karier dalam dunia tulis menulis (kesusasteraan )sejak tahun 1980-an.Karya puisi pertama berjudul IBUNDA dimuat di Harian Umum KOMPAS pada bln Juli 1977.Setelah itu sejak tahun 1980 sampai tahun 2023 ini berturut-turut karya puisinya dimuat (dipublish) di 25 media cetak (koran, suratkabar, dan majalah), serta 90 media online, dan majalah digital di Indonesia dan Malaysia.
Karya puisinya juga telah diterbitkan dalam 7 buku antologi puisi tunggal, dan saat ini tengah persiapan untuk penerbitan buku antologi puisi tunggal ke-8 diberi judul MEDITASI BATU.Selain itu juga puisinya terhimpun dalam 25 buku antologi puisi bersama para penyair seluruh Indonesia.
Saat ini sebagai Ketua Komunitas Sastra Pamulang (KSP), anggota Sastra ASEAN, Dapur Sastra Jakarta (DSJ) Bengkel Deklamasi Jakarta (BDJ) Sastra Nusa Widhita (SNW) ,Pemuisi Nasional Malaysia, Sastra Sahabat Kita (Sabah, Malaysia), Komunitas Dari Negeri Poci (KDNP), Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI), Kampung Seni Jakarta, Penikmat Seni Budaya, Storia Sastra, Bengkel Narasi, Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia, dan anggota Sastra Reboan. Bekerja sebagai wartawan dan rohaniawan, bermukim di Pamulang, Kota Tangerang Selatan.