Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Kolom » Menjaga Marwah Corak Politik Kebangsaan NU

Menjaga Marwah Corak Politik Kebangsaan NU

  • account_circle admin
  • calendar_month Sab, 25 Feb 2023
  • visibility 45
  • comment 0 komentar

Oleh : Siswanto

Dalam menyongsong pesta demokrasi yang tiap lima tahun sekali diadakan, Nahdlatul Ulama (NU) memiliki sumbangsih besar terhadap negara dalam menyumbangkan suaranya melalui umatnya untuk menentukan hak pilihnya sebagai warga negara Indonesia.

NU sendiri sebagai ormas terbesar di Indonesia,bahkan terbesar di dunia, tentunya para pengurus paham bentul akan situasi setiap pesta demokrasi telah tiba akan muncul pihak-pihak yang  yang memiliki kepentingan untuk mencatut nama NU untuk dijadikan roda politik.

Oleh karena itu, untuk menyikapi pihak-pihak yang memiliki kepentingan baik untuk dirinya sendiri maupan partainya yang menyertakan bendera NU, KH Yahya Cholil Staquf atau yang lebih kita kenal dengan sebutan Gus Yahya dengan tegas melarang bendera NU untuk dijadikan sebagai senjata politik.

Dalam pidatonya “Gus Yahya menekankan, NU menjaga jarak dengan politik praktis. Untuk itu, tidak ada calon pejabat publik baik untuk posisi Presiden, Wakil Presiden, Bupati, Gubernur, hingga anggota DPR yang mengatasnamakan NU. Jika ada orang NU yang mencalonkan diri untuk sebuah jabatan publik, yang bersangkutan mewakili dirinya sendiri. Gus Yahya juga berharap bahwa masyarakat kita bisa menumbuhkan dinamika politik yang lebih rasional dan mengedepankan politik kebangsaan bukan politik praktis.”

Adapun dalam berpolitik, corakpolitik NU adalah corak politik kebangsaan yang rahmatan lil alamin, tidak berambisi berkontestansi dalam meraih kekuasaan, tetapi secara arif bersenyawa dengan “wong cilik”. Selain itu juga, memberikan contok pelajaran politik moral kebangsaan terhadap para pemangku politik. Itulah pesan politik NU yang selalu digaungkan oleh para founding fanthers untuk selalu mengingatkan ‘kembali ke khittah 1926’. Maka, NU selalu memosisikan diri sebagai pembela kaum lemah, serta selalu menegakkan keadilan.

Dalam berpolitik ala ahlussunnah wal jamaah an-nahdliyin, ada beberapa corak politik yang selama ini dipegang teguh dalam tubuh NU untuk menjalankan roda politik kebangsaan. Adapun dalam hal ini antara lain meliputi.

Pertama, NU menyakini adanya sikap persaudaraan (al-ukhuwah) univirsal. Ukhuwan persaudaraan ini tidak hanya dalam ranah personality saja, melainkan menjamah pada persaudaraan antar manusia (ukhuwah basyariyah), persaudaraan antar-bangsa (ukhuwah wathaniyah), persaudaraan antar muslim (ukhuwah islamiyah).

Kedua, adanya semangat tasamuh (toleransi), semangat toleransi ini muncul untuk menghindari adanya konflik baik antar-suku, bangsa, etnis, ras, maupun budaya. Semangat tasamuh ini digelorakan untuksaling menyanyangi antar-bangsa, suku, ras, dan etnis. Karena kita semua adalah sama yakni satu kesatuan bangsa Indonesia dan menjunjung tinggi NKRI. Sedangkan Pancasila adalah sebagai ideologi negara.

Ketiga, adanya sikap tawassuth (jalan tengah) yang merupakan kelanjutan semangat toleransi dan berperan sebagai mediasi untuk memecahkan sebuah masalah. Maka, NU di sini dalam menyelesaikan sebuah masalah selalu mengedepankan mediasi untuk mendapatkan jalan tengah, sehingga melalui mediasi inilah beberapa pertikaian bisa teratasi dan mendapatkan solusi antar kedua belah pihak. Dan melalui sikap tawassuth ini, NU menghindari adanya ekstremisme  antar paham yang serba kanan dimana melahirkan liberalisme dalam pengamalan ajaran. Oleh karena itu, NU selalu menganjurkan kesalehan individual dan sosial harus selalu berjalan beriringan.   

Keempat, tawazun (seimbang) dalam mengambil beragam keputusan, NU selalu nmendasarkan pada syura (musyawarah) kepada pihak-pihak yang terkait. Karena konsep ini dilakukan untuk mendapatkan aspek-aspek keseimbangan dan kemaslahatan bersama (al-mashalih al-‘ammah). Jika ada selisih pendapat, yang harus dikedepankan adalah al-mujadalah billati hiya ahsan (perdebatan rasional yang diorientasikan untuk kebaikan). Maka, meskipun NU sering diguncang fitnah, keutuhan dan solidaritas NU baik kulturan dan strukturan tetap terjaga.

Dengan demikian, keempat corak politik NU di atas menggambarkan,bahwa NU selalu menjunjung tinggi politik kebangsaan yang diamanahkan oleh para founding fanthers NU untuk menolong yang lemah dan menegakkan keadilan, demi terciptanya kondusifitas berpolitian di Indonesia.         

  • Penulis: admin

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • PCNU-PATI

    Spiritualitas Ramadan

    • calendar_month Sel, 19 Mar 2024
    • account_circle admin
    • visibility 39
    • 0Komentar

    Oleh Hamidulloh Ibda* Ramadan, bulan suci dalam agama Islam merupakan periode yang penuh berkah, refleksi, dan kesempatan untuk memperdalam hubungan spiritual dengan Allah SWT. Selama bulan Ramadan, umat Islam di seluruh dunia berpuasa dari fajar hingga matahari terbenam, menahan diri dari makanan, minuman, misuh-misuh, gibah, dan perilaku tertentu sebagai bentuk penghormatan kepada Allah dan pengendalian […]

  • Sukses menyelenggarakan Kegiatan PESANTREN RAMADHAN GP Ansor Ranting Pagerharjo & PR IPNU IPPNU PAGERHARJO

    Sukses menyelenggarakan Kegiatan PESANTREN RAMADHAN GP Ansor Ranting Pagerharjo & PR IPNU IPPNU PAGERHARJO

    • calendar_month Ming, 9 Mei 2021
    • account_circle admin
    • visibility 34
    • 0Komentar

    Sukses menyelenggarakan Kegiatan PESANTREN RAMADHAN GP Ansor Ranting Pagerharjo & PR IPNU IPPNU PAGERHARJO Sukses menyelenggarakan Kegiatan dibulan suci ramadhan yang bertajuk PESANTREN RAMADHAN atas kerjasama GP Ansor Ranting Pagerharjo & PR IPNU IPPNU PAGERHARJO, Kegiatan PESANTREN RAMADHAN yang dilaksanakan selama 3 hari yakni mulai hari (kamis s.d sabtu, 6-8 Mei 2021)  Tepatnya diOmah Dolanan […]

  • Fatayat dan Nasyiatul Aisyiah Ikuti Outbond Bersama Bawaslu

    Fatayat dan Nasyiatul Aisyiah Ikuti Outbond Bersama Bawaslu

    • calendar_month Ming, 17 Nov 2019
    • account_circle admin
    • visibility 39
    • 0Komentar

    PATI-Melalui media outbound, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Pati menggelar sosialisasi pengawasn partisipatif dengan organisasi Fatayat NU dan Nasyiatul Aisyiyah, Minggu (17/11). Kegiatan yang dilangsungkan di Hutan Kota Kalidoro Kabupaten Pati diikuti oleh 60 peserta yang terdiri dari 30 orang anggota Fatayat NU dan sisanya dari Nasyiatul Aisyiyah. Semua peserta terlihat sangat antusias mengikuti event […]

  • Lazisnu Ranting Klakah, Door to Door Santuni Yatim

    Lazisnu Ranting Klakah, Door to Door Santuni Yatim

    • calendar_month Jum, 20 Agu 2021
    • account_circle admin
    • visibility 41
    • 0Komentar

    Penyaluran santunan ke rumah salah satu yatim oleh Para Pengurus Ranting Lazisnu Klakahkasihan, Gembong, Kamis (19/8) GEMBONG – Pengurus Ranting Lazisnu Klakahkasihan, Kecamatan Gembong berkeliling desa Kamis (19/8) kemarin. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka menyantuni anak-yatim yang berasa di desa ini.  “Karena luasnya desa, jadi kami cicil. Santunan yatama ini merupakan gelombang ke dua,” terang […]

  • PCNU-PATI

    Unforgattable

    • calendar_month Jum, 12 Mei 2023
    • account_circle admin
    • visibility 30
    • 0Komentar

    Ini kisah dari sang waktu tentang mereka yang menunggu. Cerita seorang perempuan yang bersembunyi di balik halaman buku dan seorang lelaki yang siluetnya membentuk mimpi di liku tidur sang perempuan. Ditemani krat-krat berisi botol vintage wine yang berdebu, aroma rasa yang menguar dari cairan anggur di dalam gelas, derit kayu di rumah usang, dan lembar […]

  • PCNU-PATI

    Kenapa Keberadaan Tuhan Perlu Pembuktian?

    • calendar_month Ming, 9 Jul 2023
    • account_circle admin
    • visibility 45
    • 0Komentar

    Dari sekian banyak perbedaan, perbedaan soal akidah menyumbangpaling banyak terhadap pertumpahan darah, meskipun lebih sering disusupikepentingan politik kekuasaan semata. Perbedaan akidah ini bahkanmerupakan perbedaan yang pertama kali muncul di antara umat Islam padamasa Sahabat, sehingga terjadilah peristiwa pembunuhan terhadap duakhalifah terakhir dari Khulafaurrasyidin, Sayyidina Usman dan Sayyidina Ali.Dari sini kita menyaksikan betapa vitalnya masalah akidah […]

expand_less