Kemenangan dan Keuntungan
Oleh : Niam At Majha
Sepekan lagi kita selesai menjalani ibadah puasa. Mengendalikan segala, memperbanyak ritual-ritual mulia dengan maksud dan tujuan agar saya dan Anda di ampuni segala dosa. Hampir sebulan penuh saya dan Anda berperang, melawan keinginan, mengedepankan kemuliaan dan memperbanyak berbagi rizki baik secara terang-terangan atau pun dengan sembunyi-sembunyi.
Biasanya sepekan menuju kemenangan ada sesuatu yang tak biasa; setiap orang telah menjadi sibuk, bahkan saya dan Anda pun mengalami hal serupa. Berlomba-lomba untuk menjadi dermawan kepada sanak famili atau pun kepada tetangga sekitar rumah, teman sekantor, kolega kerja dengan berburu diskonan kuker atau pun sirup dan minuman yang murah meriah. Ada yang dibungkus dengan kardus lebaran atau pun totebag yang bertulisankan menuju kemengan.
Saya pernah ditanya seorang teman, kenapa kita berubah dermawan dan loman ketika menjelang lebaran saja dan itu pun setahun sepisan; atau kah kita tersadarkan ketika di musim lebaran saja, yang sebelumnya telah bertirakat dengan berpuasa, baik puasa menahan lapar dan dahaga, menahan rasan-rasan dan keinginan.
Selain itu, pernah juga saat selepas melaksanakan berbuka bersama-rekan-rekan ada salah satu teman saya yang nyeletuk tepatnya bertanya dengan menggelitik hati dan pikiran saya dan Anda.
“Pernahkah kalian mengangan-angan kita berbuka puasa dan menyiapkan segala pernak-pernik menjelang lebaran, kita belanjanya bukan kepada orang yang se iman dengan kita, kepada orang yang tak menjalani ibadah puasa seperti kita,”
“Berarti kita yang berpuasa, mereka yang bahagia, kita yang menuju kemengana merayakan lebaran mereka yang mendapatkan keuntungan, bener begitu?”
Setelah saya menyimak apa yang telah diungkapkan oleh teman saya tersebut, memang benar adanya. Sebab selama ini yang terjadi begitu. Kita lebih bangga membeli kue bermerk atau pun dengan kemasan yang bagus dari pada membeli kue buatan tetangga kita, teman kita dan saudara kita. Toh apabila kita membeli kue buatan dari tetangga kita, jika ada keuntungannya adalah untuk biaya sekolah anak-anaknya dan buat kebutuhan harian, selain itu apabila ada kumpulan yasinan, tahlilan, iuran rukun tetangga atau pun rukun warga keuntungannya juga dari jualan tersebut.
“Mas…mulailah dari diri sendiri, jangan banyak menasehati, sebab saya dan Anda tentu sudah over nasihat, mulai hari jumat, kultum, dan pengajian-pengajian yang saat ini sangat dibutuhkan adalah suritauladan mempraktikkan dari pada khotbah-khotbah kebaikan”