IRAN INSPIRASI DUNIA MUSLIM

Oleh: Jamal Ma’mur Asmani*
Hari-hari ini kita menyaksikan perang terbuka Iran-Israel. Iran melancarkan serangan ke Israel karena terlebih dahulu diserang oleh Israel yang menewaskan banyak angkatan perang dan merusak fasilitas militer. Perang ini diprediksi akan terus berlangsung dan akan semakin memanas jika Negara-negara adidaya, seperti Amerika, Rusia, dan China ikut terlibat.
Dunia kagum kepada Iran karena mampu mengimbangi kedigdayaan militer Israel, bahkan di banyak media dilaporkan, Israel dalam posisi terdesak karena terus dibombardir Iran yang melumpuhkan fasilitas militernya. Iran yang diembargo militer oleh Amerika dan sekutunya sejak revolusi tahun 1979, mampu memodernisir angkatan perang dan teknologi militernya sehingga mampu mengimbangi Negara-negara maju.
Dalam konteks ini, Iran mampu tampil sebagai sumber inspirasi dunia muslim sebagai Negara yang mempunyai basis ideologis-akademis yang kokoh dengan kekuatan media dan teknologi militer yang canggih. Iran tidak hanya beretorika, tapi membuktikan diri bahwa eksistensinya dibekali dengan dimensi keilmuan yang dalam dan kreativitas yang tinggi.
Sudah saatnya Negara-negara muslim meneladani Iran dalam konteks pengembangan ilmu dan teknologi karena tantangan global semakin kompleks dan ekstrim. Perang tidak hanya online, tapi juga offline. Perang online di media lama kelamaan akan berujung kepada perang offline. Maka dalam situasi apapun, langkah antisipatif-progresif harus dilakukan supaya ketika perang offline terjadi, persiapan sudah maksimal.
Prof. Nurcholis Madjid (2003) dan KH. MA. Sahal Mahfudh (2005) menjelaskan bahwa sumber daya manusia umat Islam masih berada di level bawah. Realitas ini mendorong semua umat Islam, khususnya para tokohnya untuk bahu membahu mendorong umat Islam agar meningkatkan sumber daya manusia dengan banyak membaca, menulis, berdiskusi, dan meneliti sehingga menghasilkan hal-hal baru yang bermanfaat dalam pengembangan ilmu dan inovasi teknologi. Research and development (penelitian dan pengembangan) harus menjadi aktivitas utama yang mendapat prioritas dari seluruh elemen umat sehingga sumber daya manusia umat Islam mengalami peningkatan tajam.
Nabi Muhammad adalah sosok teladan agung. Menurut KH. Maimoen Zubair, Nabi Muhammad mampu membebaskan penjajahan di Arab dalam waktu singkat, hanya 23 tahun, dengan gerakan intelektualitasnya.
Perintah membaca yang pertama kali turun adalah kunci Islam dalam membangun peradaban berbasis intelektualitas sehingga lahir ilmu-ilmu baru dalam dunia Islam yang sangat bermanfaat dalam membangun peradaban umat manusia.
Inspirasi lain dari perang Iran versus Israel ini adalah urgensi dan signifikansi ukhuwwah Islamiyyah (persaudaraan Islam) dalam sebuah perjuangan. Hal ini ditegaskan dalam Q.S. al-Hujurat 49:10 yang menyatakan: innama al-mu’minuna ikhwah (sesungguh orang-orang mukmin itu bersaudara). Bahkan jika ada yang bermusuhan, maka harus dirukunkan dan didamaikan sehingga esensi persaudaraan bisa terjalin dengan baik.
Persaudaraan dibuktikan dengan saling tolong menolong, memperkuat, dan bekerjasama dalam kebaikan dan mencegah kemungkaran. Memperkuat persaudaraan inilah strategi Nabi ketika berhijrah ke Madinah sehingga umat Islam solid dan kohesif sebagai bekal utama dalam menghadapi musuh Islam yang tidak ingin Islam berkibar di muka bumi.
Ironisnya, dalam konflik Iran dan Israel, ada Negara-negara muslim yang tidak membantu Iran. Justru mereka bekerjasama dengan nonmuslim yang notabene sebagai Negara yang menghancurkan Palestina yang terdapat masjid suci ketiga umat Islam, yaitu masjidul aqsha. Kekuatan umat Islam akan mudah dihancurkan jika mereka terpecah belah dengan mengedepankan egosentrisnya, apalagi demi mendapatkan imbalan ekonomi.
Wahn atau cinta harta dan takut mati adalah sumber kemunduran umat Islam. Wahn menjadi penyakit yang menggerogoti umat Islam sehingga sulit mencapai persatuan Islam sebagaimana doktrin al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad.
Indonesia sebagai Negara berpenduduk muslim terbesar dunia sudah seyogianya proaktif mengembangkan ilmu dan teknologi untuk mengejar ketertinggalannya dengan Negara-negara maju supaya mampu melahirkan produk ilmu dan teknologi yang eksponsional di mata dunia. Jika tidak, maka cepat atau lambat, pertempuan peradaban akan berujung kepada perang fisik yang membutuhkan kekuatan besar yang canggih.
*Santri