Gunungan 2000 Kupat-Lepet Diarak, Simbol Kerukunan

GEMBONG – Demi melestarikan tradisi leluhur, warga RT 03 dan 04 RW 03, Dukuh Karangdalem, Desa Gembong, Kecamatan Gembong menggelar aksi parade gunungan 2000 ketupat dan lepet keliling kampung.
“Total ada 2000 ketupat dan lepet yang kami arak siang tadi,” ungkap Abdul Jalil, ketua RW sekaligus ketua panitia saat ditemui, Sabtu (7/4) malam.
Jalil mengakui, bahwa kegiatan ini merupakan aksi perdana di kampungnya. Ia menuturkan, awalnya beberapa tokoh masyarakat mengalami kegelisahan akan budaya bada kupat (lebaran ketupat) yang kian lama kian pudar.
Alasan lainnya, adalah untuk memperkuat tali persaudaraan antar warga. Jalil juga menandaskan bahwa pihak RW merasa perlu adanya agenda pemersatu warga.
“Meskipun warga kami tergolong adem-adem saja, tapi kerukunan tetap harus ditingkatkan. Seperti filosofi ketupat, dari dua bilah janur yang lemah, mampu menjadi wadah yang kuat,” lanjut dia.
Prosesi tersebut dipungkasi dengan pengajian umum dalam kemasan halal bil halal warga RT 03 dan 04 RW 03, Gembong. Ketua MWC NU Gembong, K. Sholikhin yang juga mendapatkan mandat menyampaikan mauidloh hasanah menanggapi positif kegiatan ini.
“Ide-ide kreatif semacam ini sangat diperlukan, apalagi dalam hal melestarikan budaya agar tidak terkesan kuno dan tetap diminati anak-anak muda kita,” tuturnya.
Ketua MWC NU dua periode tersebut juga mengajak warga untuk terus menyambung tali silaturrahim. Menurutnya, persatuan hanya bisa dicapai dengan kerukunan. Selain itu, lanjutnya, rasa tentram juga bisa diraih dengan cara menjaga kerukunan dengan tetangga.
“Rukun itu salah satu nikmat Allah. Kalau kita tidak rukun, kita dalam kondisi darurat, maka malu lah kita meminta bantuan tetangga. Susah sekali hidup orang yang tidak menjaga kerukunan,” tandas dia.

15 Janur
Kepada pcnupati.or.id., Abdul Jalil menjelaskan mekanisme pengumpulan 1000 ketupat dan 1000 lepet tersebut.
Awalnya, pihaknya berkoordinasi dengan beberapa tokoh masyarakat untuk mengkalkulasi jumlah KK yang ada di wilayah RT 03 dan 04. Kemudian, ia membeli janur sebanyak 2000 buah dan dibagikan kepada masing-masing KK.
“Setiap KK kebagian 15 janur untuk dibuat ketupat dan lepet,” ungkapnya.
Intinya, ia mengharapkan meningkatnya kerukunan warga. Dengan membagi 15 janur per KK, ia menegaskan bahwa dalam gunungan tersebut terdapat kontribusi warganya.
“Dalam gunungan itu ada kontribusi seluruh warga. Intinya, kalau kita bersama-sama, betapapun sulitnya permasalahan akan bisa iatasi,” tandas dia.
Bukan hanya generasi tua, para milenial juga turut andil dalam agenda ini. Mereka tampak antusias dalam mengikuti rangkaian acara yang baru pertama digelar di kampungnya.
Salah satu milenial yang berhasil ditemui pcnupati.or.id, Izzatin Naila Husna memaparkan bahwa anak muda seusianya sudah mulai merasa kesulitan mengadaptasikan diri dengan budaya semacam bada kupat.
“Tapi alhamdulillah, kami dibuatkan momentum semacam ini untuk bisa lebih dekat dengan budaya kami sendiri yang sudah mulai asing untuk anak-anak seusia saya,” tegas gadis kelahiran 1997 tersebut.
Ia berharap, agenda-agenda budaya semacam ini bisa terus diadakan setiap tahunnya. Tujuannya, agar generasi muda tidak kehilangan identitasnya.(lut/ltn)