Oleh : Muhammad Rofiq
Dikisahkan bahwa Abu Hayyan merupakan seorang guru dalam Ilmu Nahwu.Pada suatu malam, Abu Hayyan bermimpi melihat Sayyidah Fatimah Az-Zahra memenggam tangan kedua putranya yang masih kecil, yaitu Sayyidina Hasan Ar-Ridho dan Sayyidina Husein Al-Murtadho. Kemudian Sayyidah Fatimah Az-Zahra berkata kepadanya : “ Wahai Abu Hayyan, Tolong ajarilah kedua putraku ini tentang ilmu nahwu”. Seketika itu Abu Hayyan langsung bangun dari mimpinya, ia bahagia sekaligus bingung. Abu Hayyan bahagia karena mimpinya baik. Namun Abu Hayyan juga bingung, apakah ia benar-benar layak mengajari limu nahwu kepada Sayyidina Hasan Ar-Ridho dan Sayyidina Husein Al-Murtadho.
Hingga pada suatu hari itu, Abu Hayyan berangkat pagi hari untuk mengajar ilmu nahwu seperti biasanya. Ketika disuatu tempat, Abu Hayyan bertemu Sayyidah Fatimah Az-Zahra persis seperti apa yang ada di dalam mimpinya. Lalu Sayyidah Fatimah Az-Zahra berkata kepadanya : “ Wahai Abu Hayyan, Tolong ajarilah kedua putraku ini, tentang ilmu nahwu”. Akhrinya Abu Hayyan yakin bahwa mimpinya itu benar, lalu Abu Hayyan berkata : هَٰذَا تَأْوِيلُ رُؤْيَايَ مِنْ قَبْلُ قَدْ جَعَلَهَا رَبِّي حَقًّا” “. Kemudian Abu Hayyan mengandeng Sayyidina Hasan Ar-Ridho dan Sayyidina Husein Al-Murtadho ke tempat majlis ilmu nahwu. Di majlis ilmu nahwu itu, Sayyidina Hasan Ar-Ridho dan Sayyidina Husein Al-Murtadho mendengarkan seksama apa yang beliau berdua pelajari.
Di tengah-tengah pelajaran, Abu Hayyan bertanya kepada Sayyidina Hasan Ar-Ridho, “ Wahai Sayyidina Hasan Ar-Ridho, apakah alamat nashob dari kata “ عمر “ pada kalimat ضرب زيد عمرا “. Lalu Sayyidna Hasan Ar-Ridho pun menjawabnya, “ Alamatnya kebencian(ketidaksetujuan) Amr pada Ali bin Abi Thalib ”. Seketika para hadirin di majlis itu takjub dengan kecerdesan dan kemahiran ilmu sejarah yang dimiliki Sayyidna Hasan Ar-Ridho. Mereka tidak pernah menyangka bahwa Sayyidna Hasan Ar-Ridho akan memberikan jawaban seperti itu.[1]
[1] Habib Ahmad bin Umar Asy-Syathiri, Syarah Yaqut Nafis ( Dar Minhaj ) hal,414.
