Iklan
Berita

Haul Mbah Mad Karim, Keluarga : Jangan Tinggalkan NU

GEMBONG-Habib Ali Zainal Abidin kembali hadir di Gembong untuk ke sekian kalinya. Kali ini, Minggu (20/10) Habib asal Jepara ini diundang oleh keluarga KH. Imam Shofwan untuk mengisi haul ke-36 KH. Muhammad Karim, ayah KH. Imam.

Dalam kesempatan tersebut, Habib Ali tidak hanya mengumandangkan sholawat, namun juga memberikan pencerahan kepada jama’ah. Ia berpesan agar selalu mencintai Nabi Muhammad SAW dan terus mengenang jasa para pendahulu. Dengan penuh hidmat, sekitar seribu jama’ah yang hadir memadati Ponpes Shofa Az Zahro’ tempat dimana agenda tersebut dilangsungkan, larut dalam suasana semarak.

Acara Puncak Haul ke-36 KH. Muhammad Karim bersama Habib Ali Zainal Abidin Jepara di Aula Ponpes Shofa Az Zahro’ Gembong, Minggu (20/10). (Foto : Idanov)

Rangkaian Haul ke-36 ini juga diisi dengan kegiatan-kegiatan lain seperti istighotsah, tahtimul qur’an dan ziarah massal yang telah dilaksanakan Jumat (18/10) hingga Sabtu (19/10). Sedangkan gema sholawat yang diisi oleh Habib Ali merupakan puncak acara sekaligus penutup.

Iklan

Hadir pula Bupati Pati, Haryanto yang turut memberikan sambutan. Dalam sambutannya yang cukup singkat, ia sempat menyinggung soal jasa-jasa KH. Muhammad Karim dalam ranah pendidikan. Kapada para hadirin, Bupati berkumis tebal tersebut berpesan agar perjuangan para pendahulu seperi KH. Muhammad Karim ini dapat dilestarikan, sebab menurutnya menjaga hasil perjuangan juga merupakan salah satu tugas berat.

“Mari kita teladani KH. Muhammad Karim yang telah banyak berjasa dalam pendidikan. Kita juga harus mampu meneruskan perjuangan beliau” tuturnya.

Bupati Pati juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada para penyelenggara pendidikan swasta. Sebab menurutnya, pemerintah daerah tidak akan mampu menampung peserta didik secara keseluruhan tanpa bantuan lembaga pendidikan swasta.

KH. Muhammad Karim

KH. Muhammad Karim atau akrab disapa Mbah Mad Karim merupakan salah satu tokoh pendidikan, tokoh NU dan tokoh perjuangan melawan kolonialisme. Rumahnya pernah digunakan sebagai markas kedua Tentara Kita saat masa penjajahan Belanda dan Jepang. Hal ini sampai membuat nama Muhammad Karim menjadi DPO penjajah.

Kiprahnya di NU diawali paska kemerdekaan sebagai ketua ranting NU Gembong. Pun dalam hal pendidikan, santri KH. Salam Kajen ini juga pelopor pendidikan yang kini besar dan bernama Yayasan Al Ma’arif Gembong.

“Bapak saya pernah berpesan agar kami, anak-anaknya jangan sampai meninggalkan NU. Pesan ini saya sampaikan lagi kepada bapak-ibu, khususnya bagi santri Al Ma’arif dan Ponpes Shofa Az Zahro'” ungkap K. Sholikhin, putra bungsu Mbah Mad Karim dalam sambutan panitia siang tadi.(karim/ltn)

Iklan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Konten Terkait

Back to top button