Santri Kilat dan Santri Virtual Ramadan
Oleh Hamidulloh Ibda*
Setiap Ramadan, bahkan setiap hari, saya rajin menonton video Youtube para kiai-kiai yang saya kenal. Selain sosok kiai mainstream seperti Gus Baha, Gus Mus, Gus Ulil, saya sering menonton live streaming dari sejumlah channel dan kiai-kiai saya dulu seperti Kiai Muslim Assalamy, Kiai Kholilulrahman, Kiai Umar, dan lainnya yang aktif ngaji secara virtual. Selain saya yang pernah mondok, tentu banyak umat Islam yang rindu akan suasana pondok pesantren.
Namun, bagi yang tidak pernah mondok, tentu menjadi “santri kilat” dan “santri virtual” muncul di bulan Ramadan. Fenomena ini biasa, karena santri kilat dan santri virtual Ramadan makin marak ketika perkembangan teknologi digital membahana seperti ini. Kita bisa rebahan sembari mendengarkan kiai maknani gandul. Apakah ini termasuk kategori bandongan atau sorogan? Bagi saya tidak keduanya. Digitalisasi melahirkan fenomena santri virtual dan “kilat”, instan, cepat, dan praktik. Meski istilah kilat, dulu berlaku bagi peserta didik MI/SD, MTs/SMP, MA/SMA/SMK yang mengikuti program pesantren kilat di madrasah dan sekolahnya.
Apakah Mentradisi?
Setiap tahun, umat Islam di seluruh dunia menyambut bulan suci Ramadan dengan penuh sukacita dan keceriaan. Ramadan bukan hanya bulan puasa, tetapi juga waktu yang penuh berkah dan kesempatan untuk meningkatkan keimanan serta ketaqwaan kepada Allah SWT. Tradisi-tradisi yang kaya dan beragam dalam Ramadan telah menginspirasi berbagai inovasi, termasuk munculnya fenomena baru: santri kilat dan santri virtual.
Konsep santri kilat telah menjadi semacam inovasi dalam pendidikan agama Islam, terutama selama bulan Ramadan. Santri Kilat adalah program intensif yang dirancang untuk meningkatkan pengetahuan keagamaan dan spiritualitas dalam waktu yang singkat. Dalam kurun waktu yang relatif pendek, biasanya selama satu bulan penuh Ramadan, peserta santri kilat akan mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran agama yang intensif, yang mencakup pembacaan Al-Quran, pelajaran agama, diskusi keagamaan, dan ibadah lainnya.
Program santri kilat tidak hanya memberikan kesempatan bagi peserta untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang ajaran Islam, tetapi juga membantu mereka memperkuat ikatan spiritual mereka dengan Allah SWT. Dengan suasana Ramadan yang penuh berkah, peserta Santri Kilat dapat merasakan manfaat langsung dari intensitas ibadah dan pembelajaran yang mereka lakukan.
Di sisi lain, santri virtual juga mengatasi batasan jarak dan waktu. Fenomena santri virtual adalah respons terhadap tantangan teknologi dan jarak dalam menjalankan ibadah Ramadan. Santri Virtual adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan peserta atau peserta pelajaran agama Islam yang mengikuti program pembelajaran secara daring atau online. Dalam konteks Ramadan, santri virtual adalah mereka yang mengikuti kajian agama, ceramah, atau kegiatan ibadah lainnya melalui platform digital.
Program atau fenomena santri virtual menyediakan solusi bagi mereka yang tidak memiliki akses ke pesantren atau lembaga pendidikan agama Islam lokal, atau bagi mereka yang memiliki jadwal yang padat selama bulan Ramadan. Dengan bantuan teknologi, peserta santri virtual dapat tetap terhubung dengan kegiatan keagamaan dan memperdalam pemahaman mereka tentang ajaran Islam, meskipun dalam lingkungan yang berbeda atau dalam waktu yang terbatas.
Menyatunya Tradisi dan Teknologi
Baik Santri Kilat maupun Santri Virtual adalah bentuk inovasi yang menarik dalam menjalankan ibadah Ramadan dan memperdalam pemahaman agama Islam. Meskipun mungkin terlihat berbeda secara konsep, keduanya memiliki tujuan yang sama: untuk memperkuat ikatan spiritual dengan Allah SWT dan meningkatkan pengetahuan tentang ajaran Islam.
Kedua konsep ini juga menunjukkan bagaimana teknologi dapat dimanfaatkan untuk mendukung praktik keagamaan dan memfasilitasi akses terhadap pembelajaran agama. Dalam era digital ini, penggunaan teknologi untuk tujuan keagamaan tidak hanya menjadi mungkin, tetapi juga semakin umum dan diterima secara luas.
Santri kilat dan santri virtual merupakan dua fenomena yang menarik dalam konteks ibadah Ramadan dan pendidikan agama Islam. Meskipun keduanya berbeda dalam pendekatan dan implementasi, keduanya memainkan peran penting dalam membantu umat Islam memperdalam pemahaman mereka tentang ajaran Islam dan memperkuat ikatan spiritual mereka dengan Allah SWT.
Dengan terus mengembangkan konsep-konsep inovatif seperti santri kilat dan santri virtual, umat Islam dapat memanfaatkan waktu Ramadan dengan lebih efektif untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan mereka, serta memperkuat komunitas umat Islam secara keseluruhan.
Melalui perkembangan teknologi, sistem ngaji telah mengalami banyak perubahan. Saya bisa menyebut ini terjadi bandongan virtual atau sorogan virtual yang bisa diakses kapan saja, olah siapa saja, dan di mana saja. Tapi ingat, ini hanya alat dan metode. Soal karakter, keberkahan, pengalaman, ya jelas tidak mungkin didapatkan sepenuhnya oleh alumni pesantren kilat dan lulusan pesantren virtual. Begitu nggak?
*Dr. Hamidulloh Ibda, M.Pd., penulis lahir di Pati, 17 Juni. Saat ini menjadi dosen Institut Islam Nahdlatul Ulama Temanggung, Koordinator Gerakan Literasi Ma’arif (GLM) LP. Ma’arif NU PWNU Jawa Tengah 2018-2023, Pengurus LTN NU PCNU Kabupaten Temanggung 2019-2024, Kabid Media, Hukum, dan Humas Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Tengah 2020-sekarang, aktif menjadi reviewer 19 jurnal internasional terindeks Scopus, reviewer 9 jurnal internasional, editor dan reviewer 25 jurnal nasional.