Puasa dari Media Sosial
Oleh Hamidulloh Ibda*
Di era digital yang semakin berkembang, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Entah sekadar untuk berinteraksi dengan teman, mendapatkan informasi terkini, atau mengungkapkan pendapat, platform-platform media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan lainnya telah menjadi tempat utama bagi jutaan orang di seluruh dunia. Namun, bagaimana puasa, sebuah praktik spiritual dalam banyak agama, bertahan di tengah arus informasi dan distraksi yang tak ada habisnya di dunia maya?
Kita bisa melihat, bahwa We Are Social (2024) mencatat ada 139 juta identitas pengguna media sosial di Indonesia pada Januari 2024. Jumlahnya setara 49,9% dari total populasi nasional yang sudah diketahui oleh semua orang melalui sejumlah rillis berita. Nah, tentu dengan jumlah tersebut kita bisa melihat bahwa umat Islam di Indonesia paling banyak, dari data itu tentu jumlah orang berpuasa yang menggunakan medsos juga banyak.
Saat ini, tidak ada data spesifik yang mencakup jumlah konsumsi dan kecanduan media sosial (medsos) yang secara eksklusif terkait dengan umat Islam di Indonesia. Namun, beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi pola penggunaan media sosial secara umum di Indonesia. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media sosial di Indonesia telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu, ada kekhawatiran tentang tingkat ketergantungan pada media sosial di kalangan semua segmen masyarakat, termasuk umat Islam.
Penelitian yang dilakukan oleh lembaga riset dan survei seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia atau lembaga swasta seperti Lembaga Survei Indonesia (LSI) dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang konsumsi dan kecanduan media sosial di Indonesia secara menyeluruh. Pada umat Islam, penggunaan media sosial dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pendidikan, status ekonomi, dan lingkungan sosial mereka. Ketika ada data yang lebih baru atau spesifik tentang konsumsi dan kecanduan media sosial pada umat Islam di Indonesia, sumber resmi seperti lembaga survei atau penelitian pemerintah dapat memberikan informasi yang lebih akurat.
Puasa Medsos?
Puasa adalah praktik ibadah yang penting dalam agama-agama seperti Islam, Kristen, Hindu, dan Budha. Dalam Islam, puasa Ramadan adalah salah satu dari lima rukun Islam dan merupakan bulan suci yang penuh berkah di mana umat Muslim di seluruh dunia berpuasa dari fajar hingga matahari terbenam. Namun, dengan adanya media sosial, tantangan baru muncul bagi umat beragama yang ingin menjalankan puasa dengan khusyuk.
Salah satu tantangan utama puasa dalam era media sosial adalah godaan untuk terus-menerus terhubung dan terlibat dalam aktivitas online. Dari scroll tanpa henti di beranda Instagram hingga ketergantungan pada ponsel untuk berkomunikasi, media sosial bisa menjadi penyebab utama kehilangan fokus dan kekhusyukan selama puasa. Hal ini dapat mengaburkan tujuan sejati puasa, yaitu untuk membersihkan pikiran dan hati serta meningkatkan kesadaran spiritual.
Di sisi lain, media sosial juga bisa menjadi alat yang bermanfaat untuk memperkuat komunitas dan memperluas pengetahuan tentang agama dan budaya. Banyak umat beragama menggunakan platform media sosial mereka untuk berbagi pengalaman, motivasi, dan nasihat terkait puasa. Mereka juga dapat menggunakan media sosial untuk menyebarkan pesan-pesan positif tentang pentingnya kesederhanaan, pemberian, dan empati yang menjadi nilai-nilai yang sangat ditekankan selama bulan puasa.
Selain itu, media sosial juga memungkinkan umat beragama untuk terlibat dalam aktivitas filantropi dan kemanusiaan dengan lebih efektif. Kampanye penggalangan dana online, pembagian makanan kepada yang membutuhkan, dan berbagai kegiatan sosial lainnya dapat dengan mudah diorganisir dan dipromosikan melalui platform-platform seperti Facebook dan Twitter.
Bagaimanapun juga, kunci untuk menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh media sosial selama bulan puasa adalah dengan mempraktikkan keseimbangan dan disiplin. Mengatur waktu penggunaan media sosial, memilih konten yang bermanfaat dan mendukung, serta tetap fokus pada tujuan spiritual puasa adalah langkah-langkah penting yang dapat membantu menjaga kesakralan dan makna puasa dalam era digital ini.
Dengan demikian, sambil tetap beradaptasi dengan perubahan zaman, umat beragama dapat memanfaatkan media sosial sebagai sarana untuk meningkatkan pemahaman dan kebermaknaan dalam menjalankan praktik ibadah mereka, termasuk puasa. Dengan pendekatan yang bijaksana dan disiplin yang kuat, puasa dalam era media sosial dapat tetap menjadi pengalaman yang penuh makna dan berarti bagi umat beragama di seluruh dunia.
Bahaya Medsos saat Berpuasa
Saat berpuasa, penggunaan medsos dapat memiliki beberapa implikasi yang perlu dipertimbangkan dengan bijak. Berikut adalah beberapa tips untuk menggunakan media sosial dengan baik saat berpuasa. Pertama, konten positif. Pilih untuk mengonsumsi konten yang memberikan nilai positif bagi diri Anda. Hindari konten yang mungkin memicu emosi negatif atau membuat Anda tidak nyaman. Kedua, berbagi kebaikan. Gunakan platform media sosial Anda untuk berbagi pesan-pesan inspiratif, motivasi, atau pengalaman positif selama bulan puasa. Ini bisa menjadi sarana untuk memberikan dukungan kepada sesama yang sedang menjalankan ibadah puasa.
Ketiga, pengaturan waktu. Atur waktu penggunaan media sosial agar tidak mengganggu konsentrasi Anda dalam beribadah. Gunakan waktu luang di luar waktu beribadah untuk berselancar di media sosial. Keempat, hindari kontroversi. Jauhi topik-topik yang kontroversial atau memicu perdebatan sengit. Bulan Ramadan adalah waktu untuk memperdalam spiritualitas dan kebersamaan, bukan untuk bersengketa di media sosial. Kelima, beri dukungan. Jika Anda melihat seseorang membutuhkan bantuan atau dukungan, manfaatkan media sosial untuk memberikan bantuan atau nasihat positif. Hal ini dapat menjadi amal yang baik selama bulan puasa. Keenam, sikap hormat. Jaga sikap hormat dan kesopanan dalam interaksi online. Hindari komentar atau perilaku yang tidak pantas atau merugikan orang lain.
Ketujuh, istirahat dari medsos. Sesekali beri diri Anda istirahat dari media sosial sepenuhnya. Gunakan waktu tersebut untuk merenungkan diri, beribadah, atau melakukan kegiatan yang mendukung kesejahteraan Anda secara keseluruhan. Kedelapan, refleksi diri. Gunakan waktu Anda di media sosial untuk merenungkan makna puasa dan memperdalam pemahaman Anda tentang ajaran agama. Diskusikan hal-hal tersebut dengan teman-teman atau komunitas online yang berbagi minat yang sama. Kesembilan, jangan sembarangan menggunakan medsos, dan perkuat literasi digital.
Dengan memperhatikan tips-tips di atas, Anda dapat menggunakan media sosial dengan bijak dan tetap menjaga fokus pada nilai-nilai spiritual dan ibadah selama bulan puasa. Melalui artikel ini, diharapkan pembaca dapat memahami puasa dalam era media sosial, serta bagaimana menghadapinya dengan bijaksana. Begitu!
*Dr. Hamidulloh Ibda, M.Pd., penulis lahir di Pati, 17 Juni. Saat ini menjadi dosen Institut Islam Nahdlatul Ulama Temanggung, Koordinator Gerakan Literasi Ma’arif (GLM) LP. Ma’arif NU PWNU Jawa Tengah 2018-2023, Kabid Media, Hukum, dan Humas Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Tengah 2020-sekarang, aktif menjadi reviewer 17 jurnal internasional terindeks Scopus, reviewer 7 jurnal internasional, editor dan reviewer 25 jurnal nasional.