Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Cerpen » My Lovely Chan

My Lovely Chan

  • account_circle admin
  • calendar_month Ming, 4 Feb 2024
  • visibility 58
  • comment 0 komentar

Oleh : J. Intifada

Bertemu denganmu hanya selalu lewat mimpi. Tak terhitung lagi berapa kali aku memimpikanmu. Kapan lagi aku akan bertemu denganmu. Aku berpikir, tak akan bertemu denganmu lagi. Meski dalam mimpi setidaknya telah melegakan hati.

Masih menjadi misteri. Kenapa kamu. Padahal kita hanya bertemu sekali saat seminar bahasa Mandarin. Kamu bersama Aldo. Temanku di kelas bahasa. Aldo memperkenalkanmu sebagai teman SMA di sekolah kebangsaan yang hanya ada siswa dari etnismu saja.

Sekali kita duduk bersebelahan. Sesekali aku bertanya padamu arti dari bahasa Mandarin yang tak ku mengerti. Dengan halus kamu mengajariku. Cara pegucapan dari bahasa ini tidak ada yang sama walau tulisannya hampir mirip.

Aku keturunan Jawa asli sangat kesulitan dalam mempelajarinya. Kamu bercerita, dari kecil kamu sudah belajar bahasa Mandarin. Bahkan bahasa sehari-harimu ketika berada di rumah adalah bahasa tersebut. Aku sedikit terkagum. Juga tak heran karena memang kamu dari keturunan negeri bambu itu.

Aldo sama denganmu. Tetapi entah kenapa, aku tak pernah tertarik dengannya. Sedangkan denganmu hanya sekali kita bertemu dan berkenalan, sepertinya sudah mengenal lama.

Beberapa kali ketika pulang dari kampus, aku mencoba memutar melewati kampusmu. Siapa tahu kamu sedang duduk-duduk di depan kelas atau sedang berjalan pulang. Tiap hari aku pergi ke kampus juga sengaja berjalan lewat depan kampusmu. Lumayan cukup jauh. Tapi tak masalah bagiku.

Sepekan dua pekan tak mendapatimu ada di kampus. Engganku ingin bertanya pada Aldo. Aku takut dia tahu aku tertarik padamu. Aku mulai menyerah untuk mencarimu. Mencoba melupakan pertemuan kita saat itu. Kembali beraktifitas seperti biasa.

Tak banyak yang bisa aku lakukan. Biasa mahasiswa kupu-kupu. Yang habis kuliah pulang ke kost. Sesekali diajak perkumpulan Himpunan Mahasiswa Jurusan. Belajar tentang bahasa mandarin. Aku semakin tertarik mendalaminya. Mungkin juga karena kamu.

Sesaat sebelum pulang dari seminar itu, kamu menanyakan padaku. Kenapa memilih bahasa mandarin? Aku tergagap. Tak menyangka kamu akan menanyakan hal itu.

“Mungkin agar bisa bertemu denganmu di forum ini.” jawabku bercanda

Kamu sedikit tertawa. Tak menyangka bahwa aku akan menjawab dengan gurauan. Setelah itu kamu tidak menanyakan lagi dan pamit pulang ke rumah. Iya rumah. Bukan kost. Kamu warga asli ibu kota, Semarang. Sekilas kamu menyebut tempat tinggalmu dekat Johar. Aku tak menanyakan detail lagi rumahmu. Karena tak mungkin aku datang ke rumahmu. Siapa pula yang akan berteman denganku.

Aldo sepertinya tahu. Beberapa hari aku terlihat di kelas. Menanyakan padaku kenapa tak seperti biasa. Aku tersenyum kecil dan menjawab tak ada masalah yang berarti. Ingin sekali aku bertanya bagaimana kabarmu. Tetapi suara seakan tertahan.

Hingga suatu hari saat kita mempunyai tugas untuk wawancara warga lokal yang menggunakan bahasa mandarin, aku buru-buru mengangkat tangan tetapi si Aldo keduluan bicara.

“Gimana kalau temanku? Dia masih menggunakan bahasa mandarin sehari-sehari dirumah.”

“Oh yang kemarin ikut seminar itu sama kamu?”

 

Aldo mengiyakan. Ya siapa lagi kalau bukan kamu. Teman-teman menyetujui. Akhir pekan kita akan ke rumahmu. Kamu tahu bagaimana ekspresiku saat ini. beberapa hari aku bersemangat mengumpulkan pertanyaan dan mempelajari kosakata. Berlatih cara pengucapannya dengan teman ku yang lain.

“Kamu semangat sekali Er ?”

Aku tersipu. Tak mungkin aku mengatakan bersemangat bertemu denganmu. Dalam hati aku ingin terlihat pandai di hadapanmu. Aku juga ingin menjawab pertanyaanmu yang belum ku jawab. Kenapa aku memilih bahasa mandarin.

Tiga jam sebelum berkumpul ke rumahmu, Aldo mengajakku mencari buah tangan. Iya masa kita bertamu ke rumahmu tidak membawa apa-apa. Adat jawa biasa seperti itu. Membawa sesuatu ke tuan rumah. Aku yang mengusulkan. Sebagai tanda terima kasih kita karena keluargamu mau diwawancarai. Aldo dan teman-teman tidak menolak. Bahkan dia yang menawarkan diri untuk mengantar membelikannya.

“Biasanya apa? tanyaku

“Terserah saja.”

“Kalau parcel buah?”

Kami berempat sudah patungan. Aldo menjemputku di kost ke toko buah dekat kampus. Kami memilih parcel yang besar. Aldo memilihkan buah-buahan kesukaan papa mamamu. Aku menurut saja dibelakang Aldo sambil sesekali melirik arloji. Satu jam lagi kita berjanji berkumpul di depan gerbang kampus untuk berangkat bersama ke rumahmu.

Di depan rumah, kamu sudah menunggu kedatangan kami. Kaos merah celana levis membuatmu semakin tampan. Aku tak bisa menyembunyikan kegembiraanku. Inginku berlari memelukmu, tetapi aku tahu batas. Itu tidak pantas.

Aku senyum-senyum sendiri sesaat memasuki gerbang rumahmu. Kamu seraya berdiri meletakkan buku filsafat yang sedang kau baca. Sekilas aku membaca tulisan di sampulnya, buku tentang filsafat barat. Kamu melihatku dan menjabat tanganku.

“Hey ketemu lagi.”

“Iya. Senang sekali.” Ku coba atur napas dan nada bicaraku agar tidak terlihat antusias. Kamu tersenyum dan mempersilakan kami masuk.

Zǎo shang hǎo sapa papamu sambil menyalami. Papa mu mempersilakan kami duduk dan ibu mu datang membawa baki minuman. Aku menyerahkan parcel kepada ibumu. Dengan senang hati diterimanya dan mengatakan tak perlu repot-repot.

Selanjutnya acara perkenalan. Orang tuamu sangat welcome. Tak membuat segan dan selalu bisa mencairkan suasana. Menanyakan asal kita, bagaimana kuliah kita, bagaimana rasanya hidup di perantauan. Seperti bukan sedang menyelesaikan tugas karena papamu sangat suka bercanda. Kita sangat senang dan tak terasa telah menyelesaikan semua pertanyaan.

Saking asyiknya tak terasa telah selesai semua pertanyaan yang kita berikan. Papamu malah meminta pertanyaan tambahan lagi. Kita semua tertawa dan merasa ini lebih dari cukup. Akhir dari tugas ini, kata penutup dari papamu.

“Kami hanya tidak ingin melupakan bahasa leluhur kami. Untuk itu sebisa mungkin bahasa sehari-hari dirumah ini menggunakan bahasa mandarin. Bukan kami tak mencintai negeri ini. kami sangat mencintai negeri ini. kami lahir dan dijamin hak yang sama. Kami juga belajar bahasa indonesia dengan baik dan benar.”

Aku mencatat semua yang papamu katakan. Sambil merekam di dalam memori. Apa yang beliau sampaikan penuh dengan arti. Selain membahas bahasa mandarin, papamu juga menceritakan tentang tempat tinggalmu ini. Rumahmu cukup sederhana bagi ukuran orang chinese. Dalam bayanganku, kamu terlahir dari keluarga kaya. Aku pikir memang benar kamu kaya hati.

Papamu lahir dan hidupnya dihabiskan dirumah ini. banyak kenangan yang terukir di setiap rumah. Papamu sengaja tidak banyak merenovasi, agar kelak anak cucunya bisa mengetahui sejarah hidup dari leluhurnya.

Selesai wawancara mamamu menjamu kita dengan makan siang. aku dan teman-temanku saling melirik. Aldo seperti tahu apa yang kita khawatirkan. Dia berbisik dan mengatakan aman. aku masih tak percaya. Aldo pun menjelaskan. Walau keluarga keturunan asli, tetapi sangat menghormati adat disini. Tidak makan babi dan memelihara anjing. Aku baru menyadari di rumahmu hanya ada kucing.

Selesai pertemuan itu, tak ada lagi pertemuan denganmu. Mimpi bertemu denganmu pun tak ada lagi. Aku hampir sudah lupa denganmu. Hingga kita tak sengaja bertemu papasan di ATM. Aku melihatmu di dalam ruangan bersama wanita. Kalian terlihat akrab saat mengeluarkan uang dari mesin atm.

Apakah itu kekasihmu? Kenapa Aldo tidak bercerita bila kamu sudah punya pacar. Wanita itu keluar dan kamu masih di dalam untuk melakukan transaksi lagi. Teman wanitamu melihatku mengantri. Dia menyapa dan bertanya apakah aku akan ambil uang. Aku mengangguk dan buru-buru masuk. Menutup pintu ruangan dengan gugup. Aku takut kamu mengenaliku.

Di ruangan ber ac yang ada dua mesin atm itu, kita berdiri berdampingan. Ku coba menguasai diri untuk tidak salah tingkah. Aku bisa mengontrol diri, tapi tidak di dalam hati. Ku rasakan jantungku berdegup lebih cepat. Inginku menyapa, namun enggan. Kita seperti tak saling mengenal. Selesai mengambil uang, kamu terlihat menghampirinya. Ku pandangi kalian dari balik kaca dan berseru dalam hati.

”Kenapa aku deg-degan.”

  • Penulis: admin

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • PAC PERGUNU Gembong Gelar Konferancab

    PAC PERGUNU Gembong Gelar Konferancab

    • calendar_month Rab, 24 Mar 2021
    • account_circle admin
    • visibility 62
    • 0Komentar

    GEMBONG – PAC Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PERGUNU) KEcmaatan Gembong Kabupaten Pati Kemarin menggelar konferensi Anak Cabang (Konferancab) yang dihadiri oleh MWC NU, PC Pergunu Pati, Guru semua jenjang pendidikan Serta Ustadz dan Ustadzah Perwakilan dari Badko TPQ, FKDT Madin dan beberapa tamu undangan lainnya.   Kegiatan yang berlangsung di pondok pesantren Shofa Az Zahro […]

  • PCNU-PATI Photo by Pawel Czerwinski

    Pernikahan Kritis Part 2

    • calendar_month Ming, 24 Mar 2024
    • account_circle admin
    • visibility 58
    • 0Komentar

    Oleh : Elin Khanin Najila segera menegakkan punggung. Baru pukul setengah tiga dini hari. Para santri Al-Mukmin pasti sudah banyak yang bangun jam segini. Ada yang mengerjakan tugas kuliah, tahajud, atau melakukan hal lain. Dia juga harus bergegas, mengenyahkan rasa malas. Jika terus-terusan memeluk guling seperti ini, hanya akan membuatnya terjebak oleh rasa sedih berkepanjangan. […]

  • Hak Perempuan dalam Islam

    Hak Perempuan dalam Islam

    • calendar_month Sel, 13 Jul 2021
    • account_circle admin
    • visibility 85
    • 0Komentar

      Islam adalah agama rohmatan lil’alamin, semuanya sudah ada tata cara dan ketentuan untuk menjadi panduan kita dalam beragama. Ada banyak aspek yang dibahas didalam Islam, salah satunya mengenai perempuan. Saya mencoba mengulas kitab Assittin Al-Adliyyah semampu saya, dan sesuai dengan pemahaman saya. Dalam kitab tersebut terdiri dari 60 hadist yang bisa menjadi rujukan bagaimana […]

  • Reformulasi Aswaja Sebagai Manhajul-fikr & Manhajul-amal

    Reformulasi Aswaja Sebagai Manhajul-fikr & Manhajul-amal

    • calendar_month Rab, 14 Mei 2014
    • account_circle admin
    • visibility 144
    • 0Komentar

    Oleh : DR. Abdul Karim, M.Pd A. Tuntutan Dunia Baru Kehidupan yang terus mengalami perubahan pada semua aspek baik sosial, budaya, ekonomi, dan politik menuntut pembaruan pemahaman aswaja yang menjadi pedoman dalam menjalankan syariat dan pembinaan umat. Bukan menggeser isi dan substansi namun menyelaraskan metode kajian (manhaj) agar hasil pemaknaan teks yang sudah ada menjadi […]

  • Pelantikan PAC Fatayat NU Winong

    Pelantikan PAC Fatayat NU Winong

    • calendar_month Jum, 27 Okt 2017
    • account_circle admin
    • visibility 64
    • 0Komentar

    Pati.Pelantikan Pimpinan Ranting dan Rapat kerja Pimpinan Anak Cabang Fatayat NU Kecamatan Winong  Masa Khidmad 2017-2021, acara tersebut bertempat di Aula  Madrasah Tarbiyatul Banin Pekalongan Winong, 21/9 kemarin. Dengan menghadirkan tamu undangan yang meliputi Pimpinan Cabang Fatayat NU Pati, Camat Winong, Kapolsek Danranil, Ketua MWCNU Winong beserta Banom-banomnya, total keseluran yang menghadiri 185 orang. Sedangkan […]

  • Membina keluarga SAMAWA

    Membina keluarga SAMAWA

    • calendar_month Kam, 19 Nov 2015
    • account_circle admin
    • visibility 66
    • 0Komentar

    Dalam hubungan suami istri tidak luput dari permasalahan-permasalahan. Dan itu tidak hanya terjadi satu atau dua kali tetapi berulang-ulang dan dalam permasalahan yang sama. Yang seringkali menjadi persoalan adalah apa yang dulu pernah dipeributkan pada saat sebelum menikah itu akan muncul kembali pada saat sudah menikah. Hal ini disebabkan kemungkinan belum adanya penyelesaian dengan sungguh-sungguh […]

expand_less