Puisi-Puisi Puji Pistols
Boneka Perca
– Marina Tsvetaeva
Di Elabuga
kutemukan ia
kepalanya pecah
berdarah
dekat karangan bunga
ada tanda merah
Musim dingan
hanya angin
tandang dan pulang
Siapa mencipta suara senapan di tepian hutan?
Di Elabuga
pesona matamu
dibekukan buku
karam – bersalju
– Rumah Tikar Hujan ’Februari 2013
Cerita Tentang “Cien Sonetos De Amor”
– Kepada: Mattilde Urrutia
Kisah penyair tak seperti syair
di meja kayu selalu ia sisakan catatan,
menahun…
terbang terbuang di bawah kolong tahun
ya.. tahun pun terus mencibir kesepian penyair
suatu hari, kita mabuk di tumpukan sampah koran bekas dan terikat
untuk setia pada narasi puisi
puisi sebatang kara yang menua di pinggiran media?
Mattilde…
berhentilah tersenyum.
ia bukan milikmu…
kau tahu seperti apa sisa rintih, perih yang tak bosan kau bawa pulang
seperti jejaring waktu, tiap 10 menit kau lepas pesan
seperti kabar terbiar di tikungan akhir pekan
akankah mataku sebiru matamu
beku yang selalu kau tunggu di daun pintu
Mattilde….
suatu hari pernah kau tulis kisah seekor anjing pudle yang melintas di jalan “PARRAL”
katamu ia dungu
sepertinya ada kabut di sudut matanya
tapi kau memilih mengamati warna debu
yang mewarnai sepasang sepatu
sepasang sepatu yang mengingatkanmu
saat kau mengulum dua jari ibu
saat itu Ibumu bersenandung tentang
“CIEN SONETOS DE AMOR”
Ya…
21 tahun yang lalu aku, kamu, dan ibumu kenapa bisa begitu?
Mattilde…
ah…usia selalu mencatat sesuatu untuk setia pada kisah kata-kata
kisah kata kata yang pernah tertinggal
di kamar ibu
juga biru langit kesukaanmu
kini ia tak lagi kita tempati
aku, syair,
kau penyair
pilih berpisah atau berkisah
Pati, Agustus 2010
Catatan kaki:
- PARRAL: Kota Kelahiran penyair PABLO NERUDA (1904-1973)
- CIEN SONETOS DE AMOR : puisi puisi NERUDA yang di persembahkan Buat istrinya MATTILDE URRUTIA
Imaji Kota-Kota Tak Bernama
Andy Warhol-Berdansa di bawah baliho Rock ‘n’ Hedonisme
Begitulah
Dari lubang dunia maya kita selingkuh
Meminjam es krim bekas jilatan lidah Marillyn Monroe
Fukuoka Art Musium yang sedih menyimpan rekaman
Ada kurator dan tukang foto berbagi tanda tangan ber – inisial A.W.
“I like anything that is American”
Ilusi, refleksi, mediasi, halusinasi, pulang pergi menemani mesin cetak.
Dan kau kembali rutin mengatur drawing pada sebuah kertas.
Viva Mao Wallpaper !
Teriakan keras keluar dari mulutmu yang selalu rapi.
Gerakan Pop Art di Amerika pada tahun 1960 tak seperti mengemas antologi puisi
(sial, aku selalu tak pandai membaca diskusi sejarah para akademisi)
Ada bau industri pada labirin otakmu
Sejarah tak harus berdarah
Ia bisa lebih manis dari adegan ciuman dua perempuan sesama jenis.
Seperti tembang melankoli
“Love Me Tender”
Thank’s Warhol
Beruntung kita berselingkuh di dunia maya selama 8 jam
Kau menikmatinya ?
Kau bilang ini “Last Supper”
Ziarah berhenti pada lapisan bantal-bantal warna pasta
Dimana cinta dan lupa tidur bersebelahan
Hiruk pikuk perempuan berdada montok saling bersapa di Pittsburgh.
Seorang seniman berdasi sewarna hitam dan merah muda
Berada di dunia penuh fiesta.
Konsumerisme !
Candu menggairahkan, membawa kita berjalan mulai dari awal
Menikmati mesin-mesin hasrat.
Uang – kekuasaan – miniatur perusahaan
Berapa hari kita berpose di ruang ini ?
Piringan hitam kembali melagukan “Love Me Tender”
Angkuh dan tampak tua
Dan ingatan kota muram – menunggu kereta berjalan
Pati, April 2013
Kaligrafi Untuk Takuan Soho
Aku hanya ingin tahu
siapa pelajang
pengantar kaligrafi pulang ?
Acapkali ia kau sebut
rumah haiku
tempat kanak-kanak belajar menunggu
sambil belajar menyusun sejumlah serpihan bangau kertas origami
seusia ibu
Boleh kukatakan.
haiku tak lagi lugu
ia terinstal mesin
kemarin
pengembara Zenrin membuat kaligrafi bergambar cermin
yang tak memantulkan apa-apa
sekuntum kembang sakura jatuh
memenuhi halaman kuil Tokaiji
sedikit putih
seperti mimpi kaligrafi soho
Pati, Februari 2014
Kenangan Pada Sajak Despedida
Tersebab sajak cinta Garcia lorca
Demikianlah kitapun memilih menaiki kuda kurus
Berhenti di sebuah garis tebing
“mungkin seseorang akan terbaring ragu disini
Pada garis tebing kitapun melepas imaji sapu tangan
Terbang menjauh dari fantasi kamar tidur
Jauh tak terukur
Dari warna pagi kau lihat kuda kurus membutakan kedua mata
Konon merindukan bau kuning rumput
Kau disana ?
Begitu lama balada Romancero Gitano tercecer dalam perjalanan
Pernghujan terlalu santun mengirim kesepian
-Surga melahirkan rumah, hanya rundung, mengantar murung
Biarkan dia pergi
Biarkan..
Ada tangan, luka melepas Sonata berucap “Despedida”
-Rumah akar hujan, Pati, Maret 2013
Puji Pistols Lahir di Pati. Bekerja sebagai penjual kopi di kampung. Penikmat sastra Tiongkok serta Latin. Buku puisinya berjudul Tokoh-Tokoh dalam Sepuluh Lompatan (Basabasi, 2019).
*Puisi-puisi tersebut pernah di muat di antologi Puisi Mata Angin Mata Gelombang (Fire Publiser, 2016)