Puisi-Puisi Ardhi Ridwansyah
ELEGI BUKA PUASA
Ramah azan menyapa senja
Lepas dahaga biar tak usang
Ucap syukur termaktub dalam tetes air
Yang melintasi kerongkongan;
Rekah jiwa di bulan berkah.
Ingin lekas hati pulang
Namun jalan tak lekas luang
Mobil motor berbagi ruang
Saling tegur mesin menderu jalang.
Ingat opor ayam kepala meriang
Dan kurma goda selera menuai bara
Hendak rasa berguguran usai kepala
Pandang iri ibu ayah santap sendiri.
Jakarta, 2023
TIKUS SIANG HARI
Tikus-tikus siang hari
Sembunyi bersuara lirih
Pelan-pelan ke dapur menyisir piring
Apa yang ada siap ditaksir.
Ada raga bersembunyi
Lupa diri hilang kendali
Satu dua suap nasi
Hanya sisa nafsu babi.
Tikus-tikus siang hari
Baru belajar satu hari
Esok lagi tahu diri
Puasa kudu tahan diri.
Jakarta, 2023
SAHUR
Dini hari muda-mudi
Sapa jalan begitu sepi.
Lantang suara bangunkan diri
Dari buai mimpi-mimpi
Suntuk jiwa kantuk jemawa
Namun ingat dahi mulai mengerut
Dan esok wajib tahan diri
Tak bebas santap sana-sini.
Telur bulat sambal balado
Aduhai seksi menawan hati
Tak tahan menikmati
Hingga azan mengetuk
Layar televisi.
Jakarta, 2023
MALAM BEKU
Bising kendara pelipur lara
Renung mata ringkus malam beku
Gugur mimpi satu per satu
Datang lapar tubuh tepar
Lalu lalang doa ibu
Tertera di gerobak berdebu
Adik kakak lelap berkawan gigil udara
Kardus air mineral jadi selimut kentara.
“Apakah Tuhan ada di pinggir jalan?”
Pertanyakan hakikat cobaan
Yang menempa kepala sekukuh beringin
Tak lepas dari sang akar yang erat menancap.
Dari tanah harapan.
Jakarta, 2023
MALAM RAMADAN
Genit mata muda mudi
Sajadah terbentang azan berdentang
Riuh doa rekah bersemi
Seraya mata menatap waktu
Bibir bertasbih menuai kasih
Tiap sujud kenang diri
“Aku pada-Mu sampai mati.”
Malam-malam tak lagi sepi.
Jakarta, 2023
MOMEN LAMPAU
Sebab wajahmu lenyap
Di selimuti debu-debu
Terbentang di jalanan
Dengan derai klakson berjejalan
Pecah hening di kening
Kepul asap kecup mata bening
Merah geram sapa langit kelam
Jadi risalah pemecah pening.
Namun suara itu telah parau
Terasa gersang dada kemarau
Telah tewas lagu galau
Redam risau sakit terlampau
Jakarta, 13 April 2023
LAPAR
Tikus beranak pinak di perut
Cericit yang menyiksa
Menggema di daksa
Bau kemarau panjang
Mengetuk hidung jalang
Sedang tandus bibir menerjang
Kering kerontang jatuh kejang
Layu di terik siang
Lalat bersenang-senang.
Butir beras dalam kenang.
Jakarta, 10 April 2023
Ardhi Ridwansyah kelahiran Jakarta, 4 Juli 1998. Puisinya “Memoar dari Takisung” dimuat di buku antologi puisi “Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival 2019”. Termasuk 115 karya terbaik dalam Lomba Cipta Puisi Bengkel Deklamasi 2021. Puisinya juga dimuat di media seperti labrak.co, litera.co.id, kawaca.com, balipolitika.com, galeribukujakarta.com, Majalah Kuntum, Majalah Elipsis, Radar Cirebon, Radar Malang, koran Minggu Pagi, Harian Bhirawa, Dinamika News, Harian Fajar, koran Pos Bali, Riau Pos, Suara Merdeka, Radar Malang, Radar Madiun, Radar Banyuwangi, Radar Kediri, Nusa Bali, Suara Sarawak (Malaysia), koran Merapi, Pontianak Post, Harian Waspada, Radar Tuban, Babel Pos, Harian Analisa, dan Media Indonesia. Instagram: @ardhigidaw.