Breaking News
light_mode
Trending Tags
Beranda » Kolom » NU dan Pesantren Sebagai Embrio Pendidikan Nasional

NU dan Pesantren Sebagai Embrio Pendidikan Nasional

  • account_circle admin
  • calendar_month Sen, 29 Nov 2021
  • visibility 77
  • comment 0 komentar

 Oleh : Siswanto*

png_20211124_000000_0000-6282946

Sebagai organisasi sosial kemasyarakatan dan keagamaan, Nahdlatul Ulama (NU) telah berperan serta dalam bidang pendidikan. Bahkan sejak kelahirannya pada tahun 1926 organisasi tersebut sangat memperhatikan pendidikan terutama keberadaan  pesantren. Dalam Anggaran Dasarnya (1927) maupun dalam Statutent Nahdlatoel Oelama (1927) dinyatakan, bahwa bidang garapan NU untuk mencerdaskan sumber daya manusia dengan membantu pembangunan  pesantren.

Istilah  pesantren sebagaimana dikutip oleh Zamakhsyari Dhofier berasal dari kata santri, yang diawali dengan awalan pedan akhiran an yang artinya adalah tempat tinggal bagi santri. Di mana Pesantren tidak hanya sebagai tempat tinggal bagi santri, tetapi pesantren bisa dijadikan sebagai tempat belajar mengajar dalam mencari ilmu agama bagi santri dan masyarakat sekitar.

Oleh karena itu, untuk mendeskripsikan lebih lanjut tentang pesantren, ada lima unsur penting dalam pesantren yaitu kiai, santri, kitab kuning, masjid, dan pondok. Kelima unsur itulah merupakan pondasi utama dari keberadaan pesantren dalam melakukan interaksi timbal balik. Karena sifatnya yang dinamis dalam mengikuti perkembangan zaman, baik meliputi di bidang sosial, pendidikan, budaya, dan ekonomi. Maka, eksistensi pesantren tidak lepas dari peran kiai dalam melakukan manajemen pesantren. Sehingga kiai dalam pesantren merupakan pemilik otoritas tertinggi di pesantren serta memiliki pengaruh kuat terhadap santri dan masyarakat sekitar.

Selain itu, pesantren juga merupakan embrio munculnya sistem pendidikan nasional di Indonesia. Karena sejak dahulu sampai sekarang pesantren memiliki sumbangsih yang sangat besar dalam mencetak kader muda bangsa. Hal ini sesuai dengan tujuan awal dari pendidikan nasional  sebagaimana disebut dalam UU No. 2 tahun 2003, bahwa “pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar, menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, sehat, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Karena selama ini pendidikan moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia, nilai yang berlaku di masyarakat merupakan sumber acuan nilai dan standar baik buruk bagi suatu perilaku individu di tengah masyarakatnya.       

Kegagalan pendidikan nasional  disebabkan oleh penerapan konsep pendidikan yang telah mengabaikan pendidikan watak dan kemampuan bernalar atau dengan kata lain telah mengabaikan dengan pendidikan moral.

Pendidikan seharusnya tidak saja mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi diarahkan untuk membangun watak bangsa yang mampu memadukan akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk suatu perbuatan, sehingga peserta didik akan cenderung untuk berbuat baik, bermoral mulia, disertai kemampuan untuk berinovasi, kreatif, produktif, dan mandiri. Pendidikan Nasional tidak akan berarti apa-apa kalau hanya dapat melahirkan orang-orang yang pintar, tetapi rakus dan tamak.

Oleh karena itu, pendidikan harus diarahkan untuk membangun kesadaran kritis peserta didik tentang berbagai hal, termasuk dengan nilai-nilai moral, hak asasi manusia, kebenaran, keadilan dan kejujuran. Dengan demikian peserta didik dapat menyadari bahwa, menyontek, tawuran, dan menganiaya orang lain itu tidak baik.

Semua unsur pendidikan yang ada di sekolah, baik secara langsung ataupun tidak langsung, akan mempengaruhi pembinaan akhlak peserta didik. Guru dan tenaga kependidikan non-guru, bidang studi serta anak didik itu sendiri, akan selalu mempengaruhi antara satu sama lain, di samping suasana sekolah pada umumnya. Semua itu mempunyai pengaruh dalam proses pembinaan akhlak peserta didik.

Oleh karena itu, adanya pendidikan pesantren selain untuk memperkuat pendidikan moral juga sebagai bentuk pendidikan berbasis karakter. Mengingat pesantren saat kuat sekali pendidikan keagamaannya. Selain fokusnya pada pembentukan karakter dan moralitas, pesantren juga selalu beradaptasi dengan perkembangan zaman dengan tujuan para santri tidak ketinggalan informasi dan tekhnologi. Sehingga dengan adanya penyeimbang baik akhlak atau budi pekerti dan milek dalam tekhnologi. Santri juga mampu dalam mengemban amanah menuju Indonesia maju ke kancah Internasional. Sepertihalnya kaidah yang sering kita dengar adalah al muhafadzatu ‘alal al qadimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah (menjaga khazanah lama yang masih relevan dan mengambil khazanah baru yang lebih baik). 


*Aktivis Literasi

 

  • Penulis: admin

Komentar (0)

Saat ini belum ada komentar

Silahkan tulis komentar Anda

Email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang bertanda bintang (*) wajib diisi

Rekomendasi Untuk Anda

  • Bupati Undang Tokoh Agama di Pendopo Kabupaten

    Bupati Undang Tokoh Agama di Pendopo Kabupaten

    • calendar_month Kam, 26 Jun 2025
    • account_circle admin
    • visibility 126
    • 0Komentar

      pcnupati.or.id – Ratusan Pengurus Nahdlatul Ulama se-Kabupaten Pati memadati Pendopo Kabupaten, Kamis (26/6) malam. Mereka terdiri dari jajaran PCNU, MWC-NU lengkap dengan Banom-Banomnya. Kehadiran para ulama’ ini dalam rangka memenuhi undangan Setda Pati untuk melaksanakan Istighotsah Ulama’ dan Umaro’. Kegiatan ini diaktifkan kembali oleh Bupati Sudewo setelah beberapa saat vakum. Melalui KH. Yusuf Hasyim, […]

  • HARLAH NU KE 89 DIPERINGATI DENGAN BALAP MOTOR LAMBAT DAN PANJAT PINANG

    HARLAH NU KE 89 DIPERINGATI DENGAN BALAP MOTOR LAMBAT DAN PANJAT PINANG

    • calendar_month Rab, 4 Feb 2015
    • account_circle admin
    • visibility 101
    • 0Komentar

    IPNU-IPPNU Komisariat MA Tarbiyatul Banin Pekalongan Kec. Winong Kab. Pati,  pada hari Sabtu, 31 Januari 2015 menggelar  tasyakuran hari lahir (Harlah) ke-89 NU di halaman MA Tarbiyatul Banin, (31/1). Perhelatan kali ini mengusung tema “membangkitkan jiwa beragama dengan tetap berjiwa muda.”. Peringatan Harlah NU ke 89 tahun ini, dimeriahkan dengan berbagai kegiatan antara lain Lomba […]

  • Ribuan Mahasiswa Baru UIN Jogja Kumandangkan Mars Syubbanul Wathon

    Ribuan Mahasiswa Baru UIN Jogja Kumandangkan Mars Syubbanul Wathon

    • calendar_month Rab, 28 Agu 2019
    • account_circle admin
    • visibility 88
    • 0Komentar

    YOGYAKARTA-UIN Sunan Kalijaga mengadakan PBAK (Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan) Senin (26/8) hingga Rabu (28/8) malam ini. Kegiatan ini merupakan kegiatan wajib tahunan untuk mengenalkan para mahasiswa baru kepada kampusnya. 3.856 mahasiswa baru UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyanyikan Mars Syubbanul Wathon di Gedung Dr. Amin Abdullah  “Selama tiga hari, mahasiswa baru diberikan edukasi seputar kampus […]

  • Perkuat Pembelajaran Ke-NU-an, Ma'arif NU Jepara Gelar Workshop

    Perkuat Pembelajaran Ke-NU-an, Ma’arif NU Jepara Gelar Workshop

    • calendar_month Kam, 27 Feb 2025
    • account_circle admin
    • visibility 138
    • 0Komentar

      Pcnupati.or.idJepara – Dalam rangka capacity building guru-guru ke- NU-an, LP. Ma’arif NU PCNU Jepara menggelar Workshop Penguatan Aswaja guru MI, MTs, MA, dan SMP se- Kecamatan Donorojo dan Kecamatan Keling. Kegiatan yang digelar di Gedung MWC NU Donorojo hari Selasa 25 Februari 2025 diikuti 70 guru Ke- NU- an di lingkungan LP Ma’arif NU […]

  • Sholat Jama’ah, sekaligus I’tikaf

    Sholat Jama’ah, sekaligus I’tikaf

    • calendar_month Jum, 27 Okt 2017
    • account_circle admin
    • visibility 125
    • 0Komentar

    Assalamualaikum Wr Wb. Pak ustadz saya mau tanya, bolehkah setiap menunaikan sholat jama’ah, saya sambil sekalian niat i’tikaf dimasjid tersebut? apakah ketika saya keluar (pulang) dari masjid seketika itu i’tikaf saya langsung dihukumi batal? Mohon jawabannya. Terima kasih Wa’alaikum salam Wr Wb. Hukum I’tikaf adalah sunah muakkad jika kita tidak bernadzar untuk melakukannya, dan disayogyakan […]

  • Masjid Harus Ramah Anak

    Masjid Harus Ramah Anak

    • calendar_month Sel, 10 Sep 2019
    • account_circle admin
    • visibility 120
    • 0Komentar

    Masjid adalah bangunan pertama Nabi pasca hijrah. Masjid berfungsi sebagai pusat penyucian hati, pendalaman ilmu dan kaderisasi. Jamaah shalat lima waktu, termasuk shalat jumat, pengajian ilmu, dan mendidik kader-kader muda Islam sejak dini tentang akidah, ilmu Al Qur’an, dan syariat Islam adalah sebagian kegiatan masjid. Era Nabi Muhammad Shallahu Alaihi Wa Sallam, masjid benar-benar tempat yang ramah […]

expand_less