Memburu Lailatul Qodar
Oleh: Maulana Karim Sholikhin*
Ramadhan merupakan bulan istimewa yang dilengkapi fitur canggih, lailatul qadr. Satu malam pada lailatul qadr, bernilai setara atau bahkan lebih dari seribu bulan.
Artinya–menurut sebagian ulama–shalat satu rakaat pada malam ini, berpeluang memdapat jackpot keutamaan shalat satu rakaat selama seribu bulan atau 83 tahun penuh.
Hanya saja, Allah tidak memberi bocoran dimana letak lailatul qadr. Dia hanya memberi clue, pokoknya malam istimewa ini ada di bulan Ramadhan. Sementara Ulama bahkan nabi pun sungkan memastikan. Beliau-beliau hanya berani memberi kisi-kisinya.
Al hasil, ummat islam berlomba-lomba meraih malam seribu bulan ini. Mereka lembur sepanjang malam-malam di Bulan Ramadhan dengan munajat, tadarus dan berupa-rupa ibadah lain.
Harapannya–kadang–ialah demi bobot pahala 83 tahun. Pahala, pahala dan pahala!. Satu hal yang patut diacungi sepasang jempol.
Hanya saja, ada perkara yang sering dilupakan. Ialah pemberi pahala sekaligus Dzat yang menjanjikan timbangan seribu bulan. ‘Nasib’ Tuhan kerap menjadi nomor dua.
Kita larut dalam uforia lailatul qodar dengan birahi spiritual yang menggila. Selaras dengan dzikir-dzikir malam itu pula, kita hanya ingat pahala 1000 bulan, namun lupa se lupa-lupanya akan eksistensi Allah SWT yang dengan kedermawanannya mau menurunkan lailatul qodar.
*Penulis adalah Mudir Ponpes Shofa Az Zahro’ dan MI Hidayatul Islam